"Dokter anak tapi tak kunjung punya anak, apalagi usia yang sudah menginjak angka tiga puluhan, mungkin takdirmu hanya sebagai penyelamat bukan sebagai seorang yang menimang."
"Gelarmu boleh indah di belakang nama, tapi sayang gelar tertinggi sebaga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KALANA komplet 51 part sudah ready on playbook dan Karyakarsa ya. Yang mau baca maraton bisa merapat
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Add juga Arkansa ke library, kisah manis seorang Kansa yang menemukan cinta sejatinya dalam perjalanan mencari Tuhan dan bahagia
"Bang Lingga, tungguin Nadya!"
Langkah Lingga bergegas tidak ingin kehilangan jejak Alana yang sudah lebih dahulu di ikuti Kaindra. Sudah cukup Lingga bertindak bodoh dengan tidak menjawab pertanyaan Alana dengan tegas, sekarang Kalingga tidak akan membiarkan Kaindra maupun pria lainnya memiliki kesempatan untuk menjadi pahlawan bagi Alana.
Sungguh rasanya Kalingga ingin mengutuk dirinya sendiri yang selalu lemah akan rasa simpati setiap kali melihat anak kecil seperti Carita dan Caraka, andai saja tadi mulutnya menjawab jika dia tidak akan peduli lagi dengan segala hal yang berkaitan dengan Nadya termasuk anak-anaknya seperti yang di inginkan oleh Alana, sudah pasti jalannya untuk memperbaiki rumah tangga yang sudah di rusaknya ini akan lebih mudah.
Tidak ada lagi yang ada di pikirkan oleh Lingga sekarang kecuali mengejar istrinya, mungkin Lingga bisa menyusul Alana andai saja Kaindra tidak menahannya, rekannya sekaligus rivalnya sedari mereka di dalam pendidikan ini menghadangnya dengan tampang siap membunuh, tidak jauh berbeda dengan Kalingga sekarang.
Sungguh Lingga benci melihat ada masalalu yang menginginkan istrinya kembali hadir, terlebih dalam kondisi yang sangat tidak tepat.
"Setelah apa yang Lo lakuin di dalam tadi, Lo masih punya muka buat nyamperin "
Dengan keras Lingga menyentak Kaindra, dua orang dengan tubuh tinggi besar dengan latar pendidikan militer ini saling berhadapan bersiap membunuh satu sama lain. "Bukan urusan Lo sama sekali masalah rumah tangga gue. Gue minta Lo minggir sekarang kalau Lo masih mau ketemu anak Lo dengan wajah yang utuh. "
Tapi bukan Kaindra namanya jika dia minggir begitu saja, hati Kaindra yang merasakan sesak mendapati kemelut rumah tangga Alana, pantas saja semenjak mereka bertemu wajah Alana tidak bersinar seperti dulu, ada beban dan sakit hati yang dia pikul dalam rumah tangganya, Kaindra tahu dia tidak boleh ikut campur urusan rumah tangga orang, tapi diam saja dan hanya menjadi penonton rasanya juga bukan hal yang benar.
Setidaknya, jika Alana tidak bahagia dengan pria yang menikahinya ini, Kaindra tidak ingin melihat Kalingga melukainya, dan mendapati Kalingga hanya diam saja bahkan condong membenarkan tuduhan perselingkuhan yang di layangkan oleh Alana membuat Kaindra geram.
Kaindra benar-benar tidak habis pikir, seorang Adhymakayasa seperti Lingga bisa terjerat tipu-tipu murahan Nadya yang bersikap sok lemah, sebuah tanya kini berkecamuk di dalam benak Kaindra, bertanya-tanya apa Kalingga yang sudah menikah lebih dari lima tahun dengan Alana ini masih menyimpan perasaan dengan Nadya hingga sebuta itu masih membela Nadya.
Terserah Kalingga mau mendengarkannya berbicara atau tidak, tapi Kaindra tetap akan mengatakan apa yang tidak ingin di sampaikan oleh Alana.
"Ngga, Lo tahu perempuan ular yang ada di belakang Lo itu udah habis-habisan ngejek Alana! Dia udah lukain perasaan Alana, injak-injak harga dirinya sebagai istri Lo, kalopun Alana nyekek tuh perempuan ular, dia pantas mendapatkan semuanya." Kalingga terdiam, bukan satu dua orang yang mengatakan jika Nadya adalah seorang yang bermuka dua, selama ini Kalingga selalu mendapati Nadya yang lemah lembut begitu sempurna menjadi ibu untuk anak-anaknya, hal yang memancing simpati dan rasa kasihan yang kini menjadi masalah dalam rumah tangganya. "Lo tahu Nadya bilang apa, dia minta Alana lepasin Lo buat dia karena menurutnya Alana itu ngerebut Lo darinya, dia mau bahagia sama Lo happily ever after sementara di sini ni uler yang perebut, istri mana yang nggak ngamuk denger semua itu, bahkan kalo pun Alana udah nggak mau sama Lo, harga dirinya di lukai sama mantan pacar sialan Lo ini."
"Gue sama sekali nggak ada niat buat lukain Alana, Kai. Gue pengen memperbaiki hubungan kami, tapi kenapa ada ajaa masalah yang datang termasuk kehadiran Lo." Kalingga menggerung frustasi, kepalanya nyaris pecah karena penyesalan dan ketakutan akan di tinggalkan oleh Alana, sungguh Kalingga benar-benar benci dengan dirinya sendiri yang begitu sulit melepaskan simpatinya, dan semua ucapan Kaindra menambah sesalnya yang tidak sanggup mengabulkan permintaan Alana.
Sebersit rasa kasihan terlihat di wajah Kaindra mendapati Kalingga yang frustasi menghadapi masalah hatinya sendiri, namun dengan cepat Kaindra menepis semua rasa kasihan itu karena Kalingga memang pantas mendapatkannya. Kalingga sendiri yang berbuat ulah dengan memasukkan masalalunya di dalam rumah tangganya, dan hanya Kalingga sendiri yang bisa membuang masalah itu jika dia ingin memperbaiki kesalahan yang sudah memudarkan binar indah di mata seorang Alana.
"Lo tahu Ngga, gue nyesel pernah iri sama semua keberuntungan Lo, Lo punya prestasi bagus, karier oke, dan istri yang sempurna, tapi hari ini gue tahu walaupun gue nggak seberuntung Lo seenggaknya gue punya otak! Saat Alana yang luar biasa sabar lebih milih ninggalin Lo, udah kelihatan jelas kalau kesalahan Lo udah nggak bisa di toleransi lagi." Pandangan mengejek tidak bisa Kaindra tahan saat Nadya kini semakin dekat dengan Kalingga, "dan Lo salah ngasih simpati ke orang Ngga, gue bakal jadi orang pertama yang akan ketawa saat surat gugatan cerai Alana sampai ke Lo! Makan dah tuh simpati sampai mampus."
Jengah dengan semua ejekan dari Kaindra membuat Kalingga mendorong Kaindra dengan keras hingga Kaindra terhuyung nyaris keseimbangan, tak cukup hanya sampai di situ, Kalingga kini mencengkeram kuat kerah kemeja polo Kaindra bertekad untuk meremukkan leher seorang yang di anggap rival ini.
"Jauhin istri gue, Bangsat. Jangan Lo kira Lo bisa ambil kesempatan buat deketin Alana di saat rumah tangga gue bermasalah. Dalam hidup Alana, selamanya Lo cuma teman, nggak di masalalu ataupun sekarang."
Gelak tawa terdengar dari Kaindra, rasanya sangat lucu di dengar olehnya seorang yang menaruh cemburu sementara Kalingga sangat tidak tahu malu dengan apa yang dia lakukan sendiri. Kalingga cemburu mendapati ada pria lain di dekat istrinya sementara Kalingga justru membawa Nadya sampai Nadya merasa menang atas Alana. Sungguh, Kaindra geli sendiri dengan sikap Kalingga ini.
Semakin ingin membakar cemburu Kalingga, Kaindra justru mengangguk penuh semangat akan ancaman yang baru saja terlontar. "Kayak yang di bilang sama si Uler mantan Lo itu Ngga, kalau pun gue cuma teman nggak ada hubungan apapun, hubungan itu bisa di ciptakan! Apalagi ngeliat Alana yang muak bahkan nggak sudi lihat muka Lo lagi, tinggal tunggu waktu buat ubah status teman di antara kami jadi yang lain. Gue belajar dari Mantan tersayang Lo itu, simpati bisa rubah segalanya. Kayak Lo yang terikat sama dia karena simpati, gue juga bisa lakuin hal yang sama buat ngikat kaki Alana."
Sama kasarnya seperti yang di lakukan oleh Kalingga, Kaindra menepis kuat tangan rivalnya tersebut, dengan penuh gaya dan cemooh Kaindra merapikan kemeja polonya menantang Kalingga.
"Gue heran dengan otak segoblok Lo kok bisa-bisanya jadi Danyon! Jaga rumah tangga aja nggak becus, nggak bisa bedain mana berlian mana batu kali sok-sokan mau jaga Negara."