KALANA sudah komplet on playbook ya, yuk yang mau baca bisa melipir.
Ikuti juga kisah ARKANSA ya, kisah manis Kansa yang menemukan bahagia dan cinta sejati di tengah perjalanan mencari Tuhannya.
"Kayak yang di bilang sama si Uler mantan Lo itu Ngga, kalau pun gue cuma teman nggak ada hubungan apapun, hubungan itu bisa di ciptakan! Apalagi ngeliat Alana yang muak bahkan nggak sudi lihat muka Lo lagi, tinggal tunggu waktu buat ubah status teman di antara kami jadi yang lain. Gue belajar dari Mantan tersayang Lo itu, simpati bisa rubah segalanya. Kayak Lo yang terikat sama dia karena simpati, gue juga bisa lakuin hal yang sama buat ngikat kaki Alana."
"............"
"Gue heran dengan otak segoblok Lo kok bisa-bisanya jadi Danyon! Jaga rumah tangga aja nggak becus, nggak bisa bedain mana berlian mana batu kali sok-sokan mau jaga Negara."
Kalingga ternganga dengan semua cemoohan Kaindra seolah dia baru saja di lempar kotoran tepat di depan muka, tidak pernah ada yang mempermalukannya seperti Kaindra sekarang ini.
Sebegitu bodohnyakah dirinya ini hingga jabatan yang sekarang di percayakan kepadanya kini di pertanyakan?
Kepercayaan diri Kalingga benar-benar merosot sekarang ini, acuhnya Alana dan kecewa yang di perlihatkan Alana barusan membuatnya seolah tidak berdaya. Jika sebelumnya Kalingga melawan dan menyangkal segala apa yang di ucapkan Kaindra maka sekarang Kalingga tidak bisa mengatakan apapun, lidahnya terasa kelu seolah membenarkan betapa bodohnya dia ini.Dengan pandangan nanar Kalingga hanya terdiam di tempat, merana dan menyesal karena untuk mengejar Alana pun dia merasa malu. Semua orang di sekelilingnya seolah menamparnya kuat-kuat menyadarkan betapa sikap simpatinya melukai istrinya, Kalingga terlalu sibuk menyembuhkan luka, tidak ingin ada anak lainnya yang kehilangan figur orangtua seperti dia kehilangan dua buah hatinya sampai lupa jika ada hati lain yang terluka luar biasa karena sikapnya.
Dalam diamnya Alana bersabar.
Dalam acuhnya Alana menunggunya sembuh dan kembali, namun Kalingga tidak kunjung menyadari dan sekarang saat Alana benar-benar lelah hingga menyerah, menatap pun Alana sudah enggan kini Kalingga baru menyesal."Bang, buat apa sih ngejar Mbak Alana." Suara Nadya terdengar di belakangnya, menyentak Kalingga menyeretnya dari lamunan akan bodohnya yang tidak terkira, bahkan kini Nadya dan anak-anaknya yang sebelum-sebelumnya memenuhi kepalanya karena hangat sebuah keluarga lengkap yang dia dambakan hilang sama sekali tidak berbekas. "Kalau Mbak Alana mau pergi ya biarin Bang, sudah pasti Mbak Alana pergi duluan karena malu sudah terbukti nyerang aku duluan. Abang lihat kan gimana Mbak Alana Jambak dan dorong aku."
Kalingga menarik nafas panjang, rasanya kepalanya ingin pecah, di dalam rekaman cctv terlihat jelas apa yang terjadi, di mulai dari Alana dan Kaindra yang datang bersama-sama sampai akhirnya Nadya dan dua anaknya bergabung, keributan di mulai di mana Nadya yang menyiram Alana lebih dahulu di balas Alana dengan begitu sadis, di Jambak, di dorong dan di permalukan saat Alana menunjukkan KPI miliknya yang menunjukkan jika Alana adalah istri seorang Kalingga Dharmawan.
Jika sebelumnya Kalingga akan marah dan jengkel dengan semua tindakan Alana yang di sebutnya kekanakan hingga celaan mengenai Alana yang sangat tidak keibuan maka sekarang dengan otaknya yang mulai bisa berpikir jernih Kalingga justru berpikir sebaliknya.
Dengan cepat Kalingga berbalik, begitu cepat hingga Nadya terlonjak kaget nyaris menjatuhkan Carita yang ada di gendongannya. Tatapan tajam kini terpancar di mata Kalingga, tatapan seorang Komandan yang mampu membuat lutut anggotanya goyah kini dia berikan pada Nadya, mengintimidasi perempuan dua anak itu hingga Nadya merasa gentar.
Sosok hangat Kalingga yang begitu kebapakan saat bersama anak-anaknya lenyap, ada kemarahan di dalam tatapan mata Kalingga untuk Nadya.
"Katakan, dengan segala keluhanmu mengenai kamu yang tidak punya biaya untuk hidup dengan Raka dan Rita bagaimana bisa kamu ada di sini, Nad? Aku masih ingat dengan jelas setiap kata-katamu yang mengatakan bagaimana sulitnya hidupmu tanpa Rizky dan tanpa keluargamu, Nad!"
Nadya menelan ludah dengan susah payah, tatapan Kalingga terasa merobek jantungnya dengan cara yang menyakitkan. Nadya tahu peran Ibu sempurna yang lemah lembut perlahan mulai terkikis tapi Nadya tidak akan membiarkannya.
Dengan terbata-bata Nadya mencoba membela diri menyelamatkannya dari todongan Kalingga. "Ya... Yang... Pe.... Penting dengan aku di sini aku bisa mergokin Mbak Alana sama Kaindra, Abang tahu....."
Kalingga mengangkat tangannya dengan geram hingga membuat Nadya terkejut ngeri karena wajah Kalingga yang marah benar-benar menakutkan untuknya, tanpa Nadya melanjutkan apa yang ingin dia katakan Kalingga sudah bisa menebak jika Nadya hanya akan mengomporinya tentang Alana dan Kaindra berbalut kata-kata manis seperti yang selama ini Nadya lakukan.
Ya, selama ini lemah lembut Nadya hanya kamuflase bodohnya Kalingga begitu percaya, sungguh benar-benar bodoh, tololnya saat semua orang menyebutnya bodoh Kalingga justru marah tidak terima. Kata bodoh saja mungkin tidak cukup menggambarkan cara berpikir Lingga.
"Nad, tolong berhenti sampai di sini buat ganggu kehidupanku, sudah cukup bantuanku selama ini untukmu dan anak-anakmu. Aku senang menghabiskan waktu bersama Raka dan Rita, mereka berdua pengobat dukaku saat aku kehilangan kedua calon bayiku, tapi cukup sampai di sini rasa peduliku terhadap kalian, toh melihatmu bisa berjalan-jalan di Mall semewah ini sudah pasti mudah bukan masalah jika sekedar membayar sekolah Raka dan juga memenuhi gizi mereka. Kepedulianku pada kalian membuat rumah tanggaku berantakan, Nad. Dan sekarang aku ingin memperbaiki semuanya, Alana tidak akan mau memaafkanku jika masih ada kamu di antara kami tidak peduli anak-anaklah yang menjadi alasan."
Mata Nadya membulat terkejut, semburat tangis terlihat di wajahnya namun Kalingga sudah tidak ingin memikirkannya lagi, sudah cukup sikapnya yang plinplan dan mudah sekali simpati terhadap Nadya dan anak-anaknya, Kalingga tidak bisa lagi merasakan kebencian lainnya dari Alana.
"Tapi Bang, kenapa harus gitu? Sekarang Nadya sama anak-anak cuma punya Abang, kalau Abang berhenti peduli sama kita gimana nasib kita, Bang?"
Nadya berusaha meraih lengan Lingga, memohon agar Lingga tidak serius dengan ucapannya, tapi tamparan dari orang di kanan kirinya yang selalu mengingatkan jika keluarga adalah hal paling utama dan berharga di bandingkan yang lainnya, karena itulah Kalingga menarik lengannya menjauh, menulikan telinga atas apa yang di dengarnya.
"Sudah waktunya untuk kamu mandiri, Nad. Tuhan akan nolong kamu dengan banyak cara. Maaf sudah menyeretmu masuk ke dalam rumah tanggaku dan membuatmu mendapatkan sebutan pelakor dari semua orang."
Kalingga berbalik, Kalingga merasa dia sudah cukup memutus kepeduliannya dengan Nadya sekarang ini, Kalingga bertekad tidak akan berbalik lagi atau Kalingga akan akan luluh dengan simpatinya, namun nyatanya teriakan keras dari Nadya membuatnya mampu menghentikan langkahnya.
"Gimana bisa kamu pergi ninggalin aku gitu saja setelah kamu naruh harapan kita bisa sama-sama lagi, Bang Lingga. Kalau Mbak Alana mau pergi, biarin dia pergi dan kembali ke aku, sebelumnya kamu selalu bahagia waktu sama aku dan anak-anak kan Bang."
"........."
"Kembali ke aku dan kita akan bahagia, Bang. Aku bisa ngasih kamu anak nggak kayak Mbak Alana. Selama ini kamu nyaman kan sama aku, kamu sudah nggak butuh dia, Bang. Biarin dia pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALANA
Romance"Dokter anak tapi tak kunjung punya anak, apalagi usia yang sudah menginjak angka tiga puluhan, mungkin takdirmu hanya sebagai penyelamat bukan sebagai seorang yang menimang." "Gelarmu boleh indah di belakang nama, tapi sayang gelar tertinggi sebaga...