19.

11.7K 1.2K 95
                                    

"MBAK! TOLONG TENANG!"

Suara bentakan dari Kepala Security membuat Nadya yang masih menangis mengadu tersedu-sedu seketika terdiam, nyaris tersedak dengan air matanya sendiri.

Dan teguran dari Kepala Security ini membuat Kalingga mendapatkan kesempatan untuk duduk di kursi kosong menunggu duduk perkara yang membuat Nadya dan Alana ada di sini lengkap dengan kehadiran Kaindra mendampingi Alana.

"Siapa Bapak ini? Bapak tahu jika dua orang ini sudah membuat keributan dan bukan tidak mungkin mereka akan kami tindak karena sudah membuat kericuhan di tempat umum." Pertanyaan ketus dari Security tertuju pada Kalingga, seragam yang seringkali membuat orang-orang segan sama sekali tidak berpengaruh untuk Kepala Security bernama Mustapa tersebut, Mustapa sudah benar-benar jengah dengan tangisan dari Nadya dan anak-anaknya sedari mereka masuk ke ruangan ini.

Mustapa hanya ingin memberikan teguran pada dua wanita yang terlibat keributan di area mall elite ini, sayangnya salah satu dari mereka, yaitu Nadya, justru memaki-maki dan marah-marah lengkap dengan ancaman jika dia memiliki backingan seorang Perwira.

Mustapa benar-benar muak dengan orang-orang seperti Nadya ini, dan hadirnya Kalingga pun sebetulnya sudah Mustapa tebak karena telepon Nadya, namun pandangan Kalingga yang tidak lepas terhadap wanita pendiam yang terus menerus mengernyit jijik kepada Nadya seolah Nadya adalah kuman membuat Mustapa juga penasaran.

"Saya suami dari Alana Mahesa, Pak Mustapa. Dan saya ingin tahu apa yang terjadi hingga istri saya di bawa kesini! Rasanya mustahil istri saya membuat keributan."

Ucapan dingin dari Kalingga yang sama sekali tidak menyinggung Nadya yang sedari tadi sibuk mengadu membuat siapapun di ruangan ini terperanjat, kembali isakan Nadya terdengar, kelegaan dan kepercayaan dirinya akan di selamatkan oleh Kalingga musnah saat Kalingga bahkan tidak meliriknya sedikitpun, menyembunyikan ketakutannya akan ketidakpedulian Lingga terhadapnya yang beberapa saat ini muncul, Nadya memeluk kedua anaknya yang ketakutan.

Mustapa yang mendengar pernyataan dari sosok berseragam militer dengan pangkat Pamen ini melirik Alana, Mustapa tadinya sempat mengira kalau Kaindra yang mendampingi Alana adalah suami wanita tersebut, nyatanya perkiraan Mustapa salah, menahan rasa herannya mendapati interaksi aneh antara suami istri yang ada di hadapannya, Mustapa kembali menjelaskan apa yang sudah menjadi penyebab keributan.

Dan apa yang di lakukan Mustapa ini membuat wajah Nadya semakin pucat, terlihat jelas di rekaman cctv bagaimana dia yang datang menghampiri Alana dan memulai pertengkaran dengan menyiram Alana.

Selama ini Nadya merasa di atas angin karena Kalingga begitu peduli dengannya dan anak-anaknya, dia begitu percaya diri Lingga kembali jatuh kepada dirinya hingga bisa membuat Lingga mengabaikan Alana, tapi semenjak hari di mana Nadya merasa dia sudah semakin dekat dengan Lingga saat Lingga menampar Alana, semuanya berubah cepat.

"Mbak Alana yang lebih dahulu ngatain Raka, Bang. Kalau Mbak Alana....." Dengan panik Nadya hendak menghampiri Lingga, namun Kaindra sudah lebih dahulu menahannya dengan tatapan tajam.

Tentu saja sikap Kaindra yang berdiri paling depan melindungi Alana ini membuat tangan Lingga terkepal kuat, rasanya dia begitu marah tidak terima ada Kaindra di sisi Alana.

Lebih dari pada rasa ingin tahu Kalingga tentang semua penyebab keributan ini, Kalingga justru lebih ingin tahu kenapa Duda satu anak ini bisa bersama dengan Alana.

Dan yang menyesakkan bagi Kalingga adalah ketiadaan ekspresi di wajah Alana, sungguh di bandingkan wajah datar istrinya yang hanya menatap bosan ke sekeliling tanpa minat, Kalingga lebih berharap Alana akan mengeluarkan kata pedasnya seperti yang biasanya dia keluarkan saat mendapati Nadya dan anak-anaknya menumpang di rumah mereka.

Di balik wajah angkuh dan berwibawa seorang Kalingga sekarang tersembunyi kekhawatiran akan kehilangan Alana yang nampak sudah tidak membutuhkannya lagi. Penyesalan sudah mengabaikan Alana benar-benar mencekik Kalingga hingga dia sulit bernafas.

"Al, kasih lihat suamimu itu apa yang bikin kamu bisa semarah ini pada perempuan ular menyebalkan ini."

Suara Kaindra yang terdengar geram menyentak kesadaran Kalingga yang sedari tadi terpaku pada Alana. Kalingga menunggu apa yang di maksudkan oleh Kaindra, ego Kalingga sebagai suami masih berharap Alana akan mengatakan apapun agar Lingga mempercayai istrinya seperti yang selalu Alana lakukan, namun sepertinya harapan Lingga terlalu tinggi, Lingga lupa dengan ucapan Alana tempo hari jika Lingga tidak akan menemukan Alana yang sama lagi.
Alana, dia tidak main-main dengan kata menyerah yang pernah dia ucapkan.

"Untuk apa memperlihatkan rekaman tersebut padanya, Bang Kaindra." Bang Kaindra? Mendengar suara lembut tersebut memanggil Kaindra dengan panggilan Abang membuat Kalingga semakin nelangsa, astaga kenapa panggilan sederhana antara seorang yang lebih muda ke orang yang lebih tua atau di hormati menjadi begitu panas di telinganya, sekali lagi inikah yang di rasakan Alana setiap kali mendengar Nadya memanggilnya Abang? Hal yang tidak di pikirkan oleh Lingga ternyata begitu menyakitkan hatinya. "Mas Lingga nggak pernah percaya sama Alana, ya kan Mas Lingga?"

Senyuman indah seorang Alana yang di dapatkan Lingga benar-benar seperti sebuah belati untuk Lingga. Kenapa saat Alana berucap demikian terdengar begitu keji?

"Lagi pula Mas Lingga datang kesini karena Nadya meneleponnya, Bang Kaindra. Mas Lingga mana tahan istri dan anak-anak sahabatnya di sakitin sama istrinya. Berani taruhan, sekali pun di sini Alana di nyatakan nggak bersalah sudah membuat keributan dan melakukan pembelaan, Mas Lingga tetap akan menjamin Nadya biar nggak di giring ke kantor polisi. Berani taruhan?"

Semua terdiam saat Alana melemparkan tatapan tajam penuh isyarat pada Kalingga, interaksi suami istri yang membuat Kalingga menelan ludah, Kalingga tidak pernah menyadari jika Alana tanpa dirinya pun Alana adalah seorang wanita kuat yang mampu berdiri di atas kakinya sendiri, kini Alana tengah menagih ucapannya, janji yang pernah Kalingga ucapkan jika dia ingin memperbaiki semuanya bersama Alana, Alana ingin Kalingga menyingkirkan semua hal yang di benci Alana yang tidak lain dan tidak bukan adalah simpatinya pada Nadya dan anak-anaknya.

Alana menunggu jawabannya, tidak di ragukan lagi jika Alana menuntut Nadya atas beberapa pasal yang di sebutkan istrinya tersebut dengan segala nama besar yang di miliki Alana dan dukungan Dharmawan Tua, Nadya akan masuk bui tidak peduli bersalah atau tidak, bukan, bukan Nadya yang di pikirkan Kalingga, tapi kedua anak Nadya yang kini menangis di pelukan Ibunya, sedari awal simpati Lingga pada anak-anak Rizky yang membuat Lingga tidak bisa lepas dari Nadya.

"Tolong Nadya, Bang Lingga. Kasihan anak-anak kalau sampai Nadya di penjara."

"Alana, anak-anak Rizky...." Kalingga benar-benar ingin memperbaiki semuanya, meminta maaf dan menyesal atas apa yang sudah di perbuat terhadap istrinya, tapi anak-anak Rizky.

Tidak ada jawaban yang keluar dari Alana, tatapannya yang sudah datar kini menjadi sedingin es terhadap Kalingga, dan saat Alana mengalihkan pandangan Kalingga tahu, kesempatan yang di berikan Alana telah hilang.

Dengan satu gerakan luwes Alana berdiri, menggendong sosok cantik Putri Kaindra tanpa terbebani sepatu tinggi yang di benci Kalingga, "saya rasa saya sudah memberikan keterangan saja, Pak Mustapa. Jika Bapak atau perempuan di sebelah ini mau melaporkan saya atas apapun yang sudah saya lakukan, silahkan laporkan!! Polisi tahu di mana saya lebih dari pada suami saya sendiri."

Kalingga tahu, vonis mati baru saja di berikan Alana kepada dirinya yang lemah karena simpati.

KALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang