"Waahhh, nggak mungkinlah Lingga denger, orang Alana sama Lingga aja sudah pisah rumah. Seharusnya kalau pun nggak ada di adain aja, Kai. Tuh lihat Alana cocok banget jadi emaknya anak Lo. Lagi pula biar klop gitu, gue balik sama Lingga happily ever after sama anak-anak gue, dan Lo bisa dapetin cinta nggak sampai Lo."
Gerakanku menyuapi Kaila terhenti saat mendengar kalimat keji dari Nadya, aku sebenarnya penasaran, jika Kalingga mendengar bahwa perempuan yang menurutnya baik ini berucap demikian apa penilaiannya akan berubah.
"Lo tahu Nadya?" Ucapku dingin, "Lo benar-benar sampah, ular iblis yang datangnya dari Neraka. Lo lebih rendah daripada kain pel, mengharapkan suami orang? Menjijikkan!"
Wajah cantik namun berhati busuk perempuan yang ada di hadapanku berubah menjadi berkeriut, sudah terlihat jelas jika dia menahan amarah yang sama sekali tidak aku pedulikan, mengalihkan pandanganku dari Nadya aku menatap Caraka, yang sibuk makan makanan milik Kaila, bukan karena aku membencinya karena dia anak Nadya, tapi aku akan menegur siapapun yang tidak sopan, "dan kamu Raka, berhenti makan makanan orang tanpa izin. Apa Ibumu yang baik hati nggak pernah ajarin kamu minta izin dan sopan santun? Ohh iya Tante lupa, ibumu sendiri orang nggak punya sopan santun sih."
Byuurrrr. "Perempuan sialan!"
"Nadya!"
"Bu doktellll!!"
Segelas teh manis yang aku pesan kini menyiram wajahku, kekeh tawa tidak bisa aku tahan karena geli sendiri seorang yang begitu jahat kepadaku, merebut segala yang aku miliki namun kini justru menyiramku seolah aku adalah yang bersalah dalam perkara.
Deru gumam penuh tanya terdengar dari sekelilingku, bercampur dengan teriakan Nadya yang masih berusaha menyerangku dan tangisan anak-anaknya yang kini di bentak-bentak oleh Kaindra yang menahannya.
"Beraninya kamu nyiram Alana, Nad!"
"Dia lancang ngatain anakku lebih dulu!"
"Pergi kamu dari sini"
"Aku nggak akan pergi sebelum botakin dokter nggak tahu diri ini. Dia yang rebut Kalingga dari aku!"
Habis sudah kesabaranku menghadapi drama menyebalkan Nadya, selama ini aku tidak pernah bersikap kelewatan karena aku menjaga mental anak-anaknya, namun sekarang dia justru semakin menginjak-injak harga diriku, aku merebut Kalingga darinya? Sehebat apa dia sampai aku harus merebut apa yang dia miliki.
Dengan emosi yang sudah meluap hingga aku nyaris tercekik olehnya, aku mendudukkan Kaila di kursi, dan menghampiri wanita gila yang di tahan oleh Kaindra ini dan menjadi penyebab aku mendapatkan cibiran tentang aku seorang perebut.
Tanpa belas kasihan sama sekali aku merenggut rambut Nadya kuat-kuat bahkan aku bertekad untuk merontokkan rambut yang ada di kepalanya. "Perebut lo bilang perempuan sundal? Kalingga suami gue, dasar wanita gila! Lo yang masuk dan merusak rumah tangga gue dan sekarang lo nyebar fitnah kalo gue ngerebut Lingga?" Masih dengan tanganku yang mencengkram kuat rambut Nadya yang memberontak berusaha melawanku aku menunjukkan KPI-ku pada setiap orang yang mencemoohku usai Nadya menyebutku perebut.
"Saya Alana Kalingga Dharmawan, istri sah dari Mayor Kalingga Dharmawan, sementara wanita sundal yang menyebut saya seorang perebut tidak lebih dari mantan pacar suami saya yang gagal move-on karena mertua saya tidak setuju dengannya, suaminya sudah meninggal secara terhormat saat bertugas, tapi istri yang dia tinggalkan justru menodai gugur penuh hormatnya dengan menggoda suami saya, dia menjual simpati dan anak-anaknya untuk menjerat suami saya. Tanpa tahu malu bahkan dia terang-terangan mengatakan ingin merebut suami saya sekarang ini di hadapan kalian semua."Aku mendorong Nadya kuat-kuat, menghempaskannya hingga jatuh tersungkur ke arah kerumunan orang-orang yang menonton perdebatan kami, sama sekali tidak simpati pada Nadya yang menangis tersedu-sedu di kelilingi kedua anaknya, aku hanya memberikan seringai penuh kepuasan mendapati semua orang beringsut mundur tidak menolong Nadya seolah Nadya adalah kuman yang harus mereka hindari.
Orang normal yang mendapatkan peringatan sebegitu kerasnya seperti yang aku lakukan normalnya akan mundur, tapi Nadya adalah orang yang kadar tidak tahu malunya sampai mentok puncak tertinggi, bukannya pergi menjauh sejauh mungkin dariku dia justru masih berani menatapku dengan mata berkilat penuh kebencian.
"Lo yang rebut Lingga dari gue, Bangsat. Lo yang bikin orangtua Lingga nggak setuju sama gue. Dan gue pastiin Lingga bakal balik sama gue. Gue akan aduin perselingkuhan Lo sama Kaindra biar Lo di ceraiin."
Tawa sumbangku keluar di sela sorakan yang menyumpahi Nadya, simpati bagian kepada anak-anak Nadya sudah tidak ada lagi, semuanya geram dengan tingkah Nadya yang sangat tidak tahu malu bahkan sampai mengancamku.
"Sebelum lo mempermalukan diri sendiri atas aduan tanpa ada bukti konkrit sebuah perselingkuhan ke gue, lo yang harus bersiap buat ninggalin kedua anak Lo di panti asuhan, karena apa semua ocehan nggak bermutu Lo ini adalah bukti untuk pelaporan perbuatan tidak menyenangkan, pencemaran nama baik, dan fitnah!"
Mata wanita cantik mantan kekasih suamiku ini terbelalak saat aku mengangkat ponselku yang menunjukkan rekaman pembicaraannya, sungguh rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak melihat wajah pucatnya sekarang ini, dia pasti tidak mengira jika aku membalas kelicikannya dengan cara yang sama. Selama ini dia di hadapan Lingga selalu berpura-pura menjadi wanita baik hati dan lemah yang tersakiti oleh semua orang termasuk mertua yang tidak menerima dan orangtua Lingga yang menolaknya mentah-mentah.
Aku sangat penasaran bagaimana reaksi Lingga saat tahu dia di kibuli mati-matian oleh perempuan Dajjal yang selalu di belanya dengan dalih kasihan ini.
Seringai puas aku tunjukkan kepada Nadya yang kini di hampiri oleh Security, di iringi olok-olok para pengunjung food court yang menjadi saksi perdebatan kami ini, Nadya di giring pergi dengan kedua anaknya, walau pada akhirnya Security lainnya juga memintaku untuk ikut mereka ke kantor karena aku juga bersalah sudah membuat kegaduhan bahkan membalas guyuran teh manis dengan jambakan yang sangat tidak aku sesali.
"Bang Kaindra, maaf sudah merusak acara Bang Kai sama Kaila." Sebelum pergi mengikuti Security tersebut aku menyempatkan diri pamit ke arah Kaindra yang tampak syok dengan apa yang baru saja di temuinya, senyuman getir tidak bisa aku tahan saat dia menatapku dengan iba mendapati betapa bobroknya rumah tanggaku. Memilih untuk tidak mengacuhkan pandangan kasihan tersebut aku beralih pada Kaila yang tanpa jijik sama sekali menghambur kembali ke dalam pelukanku, "Kaila maafin Bu dokter ya udah ganggu jalan-jalan Kaila sama Papa."
Gelengan kecil aku dapatkan dari bocah cantik ini, saat aku hendak memberikan Kaila pada Kaindra, Kaila langsung menolak dan mengeratkan pelukannya kepadaku. "Ila mau nemenin Bu dokter, Ante tadi jahat. Ila nggak mau Ante tadi sakitin Bu dokter lagi."
Aku ingin menolak apa yang di ucapkan oleh Kaila namun Kaindra sudah lebih dahulu memutuskan dengan nada final sembari dia mengambil alih Kaila dari gendonganku. "Aku sama Kaila akan nemenin kamu, Alana. Sebagai saksi untuk kamu, percayalah, aku tidak sedang memancing di air keruh seperti Nadya yang masuk ke dalam kehidupan rumah tangga kalian."

KAMU SEDANG MEMBACA
KALANA
Romansa"Dokter anak tapi tak kunjung punya anak, apalagi usia yang sudah menginjak angka tiga puluhan, mungkin takdirmu hanya sebagai penyelamat bukan sebagai seorang yang menimang." "Gelarmu boleh indah di belakang nama, tapi sayang gelar tertinggi sebaga...