Perjalanan ke Klaten malam itu kurang lebih satu jam. Selama perjalanan, Dante menceritakan tentang kencannya dengan Mila, walaupun dia beberapa kali harus berhenti bicara saat jalanan yang mereka lewati cukup terjal.
"Kalau dia mau kamu ajak nonton, kemungkinan besar, dia suka sama kamu," ucap Dana, sambil mengeratkan jaketnya. Angin malam tiba-tiba terasa jauh lebih dingin.
"Jadi, kamu juga suka sama cowok tadi, karena, kamu mau waktu dia ngajak kamu?" tanya Dante balik.
"Aku? Cowok tadi? Maksud kamu Hirawan? Aku sama Hirawan sudah temenan dari SMA. Waktu kamu sekolah di luar negeri. Dia cucunya Bu Darmi sama Pak Slamet, yang kerja di kebun kubis. Ya beda kasusnya sama kamu dan Mila, yang barusan kenal," kata Dana.
"Itu pagar hijau rumahnya!" teriak Dana cepat, sambil menunjuk sebuah rumah di depan mereka.
Dana dan Dante masuk ke dalam rumah Pak Gito. Keduanya melihat bulek Nur keluar untuk menyambut mereka dengan perasaan lega dan bahagia.
"Syukurlah bisa dianter malam ini. Paklikmu kalau minum jamu ini, langsung enakan. Maaf ya Dana jadi merepotkan kamu sama temen kamu," ucap Bulek Nur pada Dana dan Dante.
Setelah itu, Dana bersama Nur masuk ke dalam kamar paklik Gito, sedangkan Dante menunggu di ruang tamu. Sekitar lima belas menit kemudian, Dana keluar bersama Nur.
"Bilang Ibumu besok gak usa ke sini kalau masih pegel badannya. Nanti malah tambah sakit," kata Nur.
"Iya Bulek, nanti Dana sampaikan. Dana pamit dulu ya Bulek," kata Dana, sambil mencium tangan wanita kurus tersebut dan Dante ikut berdiri, kemudian menyalaminya.
"Hati-hati di jalan ya. Mendungnya gelap," kata Nur terlihat khawatir. "Yakin gak nginep di sini aja?" tanya Nur lagi.
"Gak papa Bulek. Gak sampe satu jam sudah sampe rumah kok," ucap Dana.
Di perjalanan, Dana kembali mengeratkan jaketnya. Sepertinya mau hujan karena malam itu udara terasa lebih dingin. "Dante kamu gak kedinginan kan?" tanya Dana pada Dante.
"Musim dingin di London jauh lebih dingin dari sekarang. Ini bukan apa-apa," ucap Dante.
"Baguslah," kata Dana, kembali mengepalkan tangannya di balik saku jaket.
Baru lima belas menit perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Dante pun langsung menepikan motornya di depan sebuah pos yang cukup sepi dan gelap.
Beruntung karena langsung menepi, mereka tidak sampai basah.
"Semoga ada jas hujan," kata Dante, kemudian membuka jok motor Rio.
"Ada!" seru Dante, sambil mengeluarkan jas hujan berwarna abu-abu besar. "Cuma satu," ucap dante.
"Gak masalah. Itu Jas hujan bisa dipake berdua. Aku bisa nutupin kepala dan badanku dengan bagian belakang jas hujan," jelas Dana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...