"Sejujurnya, aku cukup senang. Aku mendapatkan kepercayaanmu, bahkan, tanpa tahu kau adalah anak Pak Rio," ucap Mila dengan senyum lebarnya.
Dante ikut tersenyum. "Aku senang kita bisa bekerja bersama mulai sekarang," kata Dante.
"Kalian sudah selesai? Makan malamnya sudah siap." Baik Dante dan Mila sama-sama menoleh dan mendapati Sinta sedang berdiri di antara dinding pembatas ruang tamu dan ruang keluarga.
Mila menatap Dante, seakan meminta persetujuan pria itu terlebih dahulu.
"Ayo, makan dulu," kata Dante pada akhirnya.
Sinta terlihat senang, saat Dante dan Mila berdiri dan mengikutinya.
"Semoga kamu cocok sama menunya," kata Sinta, saat keempatnya sudah duduk di meja makan. Ada lebih dari enam macam lauk yang tertata di atas meja makan.
"Tante baru tahu kalau kamu anak Pak Andrew. Karena pembangunannya sudah dimulai, kamu pasti harus sering-sering ke sini," ucap Sinta, sembari mengambilkan nasi di piring Dante dan Mila bergantian.
"Iya, Tante. Sebenarnya, seminggu ini Mila tiap hari ke lokasi pembangunan. Mila selalu ditemani Dana buat lihat progress pembangunan. Maaf Mila nggak mampir karena Mila kenalnya sama Pak Rio dan Dante aja," ucap Mila dengan suara manisnya.
"Nggak apa-apa. Mulai sekarang, kamu harus sering-sering ke sini. Kamu bisa makan siang bersama kami di rumah ini," ucap Sinta.
"Terima kasih, Tante. Mila nggak mau merepotkan. Lagipula, Dana selalu ngajak Mila makan siang juga," imbuh Mila.
"Aduh, Tante minta maaf, ya, kalau anak itu ngajak kamu makan makanan yang seadanya," kata Sinta, membuat Mila tertawa pelan.
"Sebenarnya cukup menyenangkan, Tante. Kami beberapa kali makan sama orang-orang pekerja di perkebunan," kata Mila.
"Mulai sekarang, kamu harus makan siang sama kami, ya. Dante, kamu harus pastiin Mila makan siang bareng kita," kata Sinta yang mendadak tegas saat berbicara pada anaknya.
"Kamu pulang pergi Jogja Mila?" Kali ini Rio, yang duduk di bagian ujung meja yang menunjukkan posisinya sebagai kepala keluarga, bertanya pada Mila.
"Iya. Mila masih nginep di hotel, Om. Tapi, Dana tadi bilang nanti bakalan bantu Mila buat cari penginapan bagus daerah sini," kata Mila.
Sinta mendengus pelan. "Kenapa dia selalu sok yang paling tahu daerah sini. Nggak perlu tanya Dana. Nanti Tante bantu cari," kata Sinta. Perkataan Sinta barusan sontak membuat Rio dan Dante menatapnya.
"Eh, tunggu," kata Sinta, dengan mata melebar dan senyum terkembang. "Di rumah ini kan ada banyak kamar. Kenapa cari tempat kalau di rumah ini banyak kamar kosong?" usul Sinta, dengan mata berbinar.
"Buk," seru Dante, merasa usulan Ibunya sedikit kelewatan.
"Kenapa? Bagus, 'kan? Bagaimana, Pak?" Kali ini Sinta menoleh ke Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...