FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!!
"Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya.
"Apa yang bisa kulakukan?"
"K...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bapak cuma mau menghasilkan hasil perkebunan yang berkualitas dengan orang-orang bahagia mengelolanya. Mengundang banyak orang ke sini itu juga harus tahu konsekuensi mereka memiliki potensi untuk merusak perkebunan yang orang –orang sini jaga dengan segenap hati mereka. Bapak sama Ibu memang menjalankan bisnis tapi bukan hanya profit yang kita lihat. Kita mau lihat orang-orang yang bekerja di perkebunan bisa hidup tenang dan tercukupi. Itu sudah bikin Bapak dan Ibu merasa berhasil," urai Rio.
"Kamu mau perkebunan kita jadi alih fungsi seperti itu?" todong Rio dan pertanyaan tersebut membuat Dante bungkam. Dante pun sedikit tidak rela melihat rumah mereka dimasuki banyak orang asing. Tapi sepertinya sekarang ini cukup banyak perkebunan yang dilengkapi dengan fasilitas homestay bahkan out bond. Hanya saja, itu sama sekali tidak masuk ke dalam visi Rio.
"Dante cuma mau memajukan perkebunan kita Pak. Dan sepertinya tawaran tersebut bisa membuka peluang besar bagi perkebunan kita," jelas Dante.
"Maju mungkin, beralih fungsi iya. Lagipula Dana setuju sama Bapak. Jadi, Bapak cukup yakin sama keputusan ini," ucap Rio tegas.
"Apa hubungannya Dana sama semua ini?" tanya Dante merasa ada yang sudah dia lewatkan.
"Dana yang tadi bantu Bapak menemui mereka. Dia menggali informasi tentang rencana yang mereka mau lakukan buat perkebunan kita. Dana cukup yakin menerima hal ini bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan perkebunan ke depannya," ucap Rio.
Entah kenapa Dante merasa Bapaknya ini lebih percaya pada gadis itu dibandingkan pada anaknya sendiri. Dan Dante tidak menyukainya. Lagipula, Dante sudah sempat berbicara dengan Mila tadi dan cukup yakin rencana mereka membuka penginapan di sini tidak akan serta merta membuat perkebunan beralih fungsi. Dia harus bicara pada Dana soal ini.
"Dante mau bicara sama Dana. Bapak gak bisa hanya mempertimbangkan pendapat satu orang," protes Dante.
"Bapak sudah menolak mereka dua minggu lalu saat mereka pertama kali datang. Waktu itu Bapak langsung menolak. Dana yang hari ini menemui mereka lagi karena tidak ingin Bapak melepaskan kesempatan baik. Tapi ternyata, setelah bicara sama mereka, Dana jadi punya pendapat yang sama dengan Bapak. Bapak ini bukannya cuma mempertimbangkan pendapat satu orang. Dari awal Bapak hanya mempertimbangkan pendapat Bapak dan itu yang paling utama. Dan sekarang Dana setuju, tentu saja tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan," urai Rio Panjang.
"Bisa kasih Dante kesempatan ketemu mereka?" tanya Dante kali ini berdiri tegak dengan dua tangan dia lipat di depan dada. Dante merasa terganggu pendapatnya sama sekali tidak dipertimbangkan.
"Boleh. Tapi kamu ajak Dana juga," jawab Rio memberikan persyaratan.
"Bapak ini mau menyerahkan perkebunan ke Dante atau Dana sih kenapa daritadi nama anak itu yang disebut," cibir Dante.
"Kamu sih kelamaan pergi. Kalau sama Dana, Bapak cukup yakin anak itu cinta mati sama perkebunan kita," jelas Rio sambil berdiri dari duduknya kemudian menepuk bahu anaknya. "Ayo pulang."