Sari terdiam. Wajahnya memucat. Tidak pernah dia merasakan malu sebesar ini. Wanita itu hanya bisa meremas tangannya berusaha menahan perasaan seakan dirinya ditampar dengan sangat keras.
"Kamu ngerti, kan, sama maksud omonganku ini?" tanya Sinta.
"Injih Buk. Saya ngerti."
"Kalau aku yang ngomong sama Dana, dia bisa tersinggung dan sedih. Beda kalau kamu yang ngomong. Dia juga bakal lebih nurut sama kamu," lanjut Sinta.
Sari mengangguk dengan sangat berat. Ya, tidak pernah dia merasakan kepalanya seberat ini. Bukan karena dia tidak setuju dengan kata-kata Sinta, tapi kenapa dia gagal mengingatkan anaknya hingga Sinta menegurnya sekarang.
"Aku minta tolong ya, Sar," imbuh Sinta sambil meraih tangan Sari dan menggenggamnya.
Sekali lagi, Sari mengangguk, sembari menjawab, "Saya ngerti Buk. Saya sangat ngerti."
"Makasih ya, Sar. Ya wes, kamu balik masak lagi, aku juga mau nemenin Mila ketemu sama bapaknya lagi," kata Sinta sambil melepaskan genggaman tangan Sari kemudian menepuknya pelan dua kali sebelum bangkit dan meninggalkan Sari.
Tanpa disadari, tangan Sari sudah naik dan memegang dadanya. Entah dia harus marah pada Dana ataukah dirinya.
*
Sepanjang perjalanan singkat kembali rumah utama, Dante memutuskan sesuatu. Dia harus segera melakukan sesuatu tentang Ibunya. Semakin lama dia bersama Dana, semakin dia yakin dia ingin terus bersama gadis itu. Tidak pernah dia merasakan seberat ini harus mengantarkan seorang gadis kembali ke rumahnya dan kemudian harus kembali ke rumah sendiri.
Setelah memarkirkan motor bututnya, Dante masuk ke dalam rumah dan beruntung dia melihat bapaknya sedang menikmati kopi sorenya dengan sebuah koran di tangan. Rio yang menyadari kedatangan Dante, kemudian meminta anaknya duduk di sampingnya.
"Bapak mau bicara sama kamu," kata Rio dengan raut wajah yang hangat.
"Aku juga Pak," ucap Dante yang terlihat serius. Sekarang pun dia sudah sangat merindukan Dana.
"Bapak mau bicara apa sama aku?" tanya Dante.
"Soal undangan workshop di Bali, Bapak minta Dana yang berangkat. Kamu bisa nemenin dia," kata Rio sambil menatap anaknya hangat. "Bapak tahu kalian selama ini main kucing-kucingan. Anggap ini hadiah dari Bapak. Kalian bisa menikmati waktu berdua di tempat-tempat cantik di sana setelah workshopnya selesai. Tapi jangan kecewain kepercayaan Bapak, lho," ucap Rio dengan memberikan sedikit penekanan di kalimat terakhir.
Tentu saja mata Dante langsung berbinar mendengar ide dari Rio. Dante sendiri merasa akhir-akhir ini Ibunya terlihat lebih mencolok saat mendorong Mila ke dirinya. Seperti pagi ini, Sinta memintanya berangkat dengan Mila dan menyuruh Dante untuk menemani Mila menemui Ayah Mila, Andrew, di hotel yang tidak jauh dari perkebunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...