FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!!
"Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya.
"Apa yang bisa kulakukan?"
"K...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau kenapa diam saja dari tadi?" tanya Dante sambil menoleh sebentar. Dirinya saat ini berada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju ke hotel.
"Tidak. Tidak ada apa-apa," jawab Dana. Sebenarnya Dana mulai sedikit berharap pada Dante. Entah itu salah atau tidak. Kenapa Dante sebaik ini dan seperhatian ini padanya? Bolehkan Dana berharap sekarang? Dante juga mengatakan dia tidak menyukai Mila seperti yang dia pikir sebelumnya. Dan malam ini, Dana merasa seperti memiliki seorang kekasih yang sedang menjemputnya.
"Bagaimana tadi?"
Dana menoleh dan pertanyaan Dante membuyarkan lamunannya. "Menyenangkan," sahut Dana sambil tersenyum.
"Bagaimana denganmu?" Dana bertanya balik.
"Menyenangkan juga. Selalu menyenangkan bertemu teman lama," ucap Dante.
"Yah, kau benar," gumam Dana, namun kepalanya masih dipenuhi harapan akan perasaan Dante padanya.
"Dana, besok pagi ... kau tidak ada acara, kan?" tanya Dante.
"Kenapa?" tanya Dana.
"Ibu memintaku pulang pagi besok. Jadi, aku akan memesan tiket baru untuk kita," kata Dante.
"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Dana dengan khawatir.
Dante menoleh dan tersenyum padanya. "Tidak. Semuanya baik-baik saja," sahutnya.
"Syukurlah," ucap Dana sambil menghela napas.
"Ah, tapi besok aku ada janji dengan Soraya. Kau tidak perlu membeli tiket baru untukku. Aku akan tetap pulang dengan tiket yang sudah kau pesankan untukku," kata Dana.
Dante tidak langsung menyahut. Pria itu tampak tidak senang. Dia juga terlihat sedang berpikir keras.
*
Dante menoleh dan Dana masih terlihat lebih banyak diam. Dia ingin Dana pulang dengannya besok pagi, tapi dia tahu dia tidak boleh memaksa Dana. Dan lagi, Dana memiliki janji dengan temannya. Tapi, dia juga tidak mau mengecewakan Ibunya.
Jalanan bogor malam itu tidak begitu ramai walaupun besok hari Sabtu. Selama sisa perjalanan malam itu, baik Dante dan Dana tidak banyak bicara. Keduanya seperti tenggelam dengan pikiran masing-masing.
Saat sudah masuk ke dalam hotel, Dante yang melihat Dana hendak masuk ke dalam kamar, langsung memanggilnya.
"Dana ..."
"Ada apa?" jawab Dana dan gadis itu berhenti. Kamar mereka bersebelahan dan masing-masing berdiri di depan pintu kamar mereka.
"Bisakah kau pulang besok pagi denganku?" tanya Dante. Dante masih ingin dia pulang bersama Dana walaupun itu berarti dia bersikap egois.
"Kenapa?" tanya Dana.
"Aku ingin kau pulang bersamaku," ucap Dante dan Dana menatapnya cukup lama. Gadis itu tidak langsung menjawab, hanya diam sambil melihat ke arahnya. Setelah beberapa detik, "Baiklah," ucap Dana sambil mengangguk.