Budhe Sari sedang mengupas kentang dan memotongnya kecil-kecil seukuran dadu. "Iya. Malam ini, budhe tidur sini biar gak capek bolak balik," ucap budhe.
"Dana?" tanya Dante lagi.
"Dia sudah biasa Tuan Muda ditinggal di rumah sendirian," jawab Sari.
"Kamu kenapa sih dari tadi tanya Dana terus?" bisik Sinta sangat pelan pada Dante, merasa terganggu dengan pertanyaan anaknya.
"Nggak apa-apa. Ya sudah buk, Dante mau tidur," ucap Dante. Dan, setelah Sinta mengangguk, Dante pun naik ke kamarnya.
Saat sudah di kamarnya dan dia sudah berganti pakaian, Dante merebahkan diri di atas tempat tidur, kemudian mengecek ponselnya. Ada pesan baru dari Dana.
Dana:
Maaf kalau aku tadi tidak sopan. Padahal kau sudah memberiku tumpangan pulang. Maaf merepotkan. Semoga berhasil dengan kencanmu besok.
Oh ya, mobilmu terlalu bagus dan mewah. Kalau kau mengerti maksudku.
Dante:
Aku juga minta maaf karena berteriak-teriak padamu tadi. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku merasa kesal.
Dana:
Kau sudah minta maaf tadi. Tidak perlu meminta maaf lagi. Aku tidak marah.
Dante hendak mengetik pesan balasan, namun jarinya berhenti. Dia memutuskan menelepon Dana. Setelah dua kali nada sambung, Dana mengangkat panggilan itu.
*
Dana, yang merasa sangat lelah dan sudah tiduran di atas tempat tidur, terlonjak kaget saat ponsel yang dipegangnya berdering cukup keras dan nama Dante muncul di sana.
'Ngapain dia telepon,' batin Dana.
Dana pun mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa?" tanya Dana, kemudian duduk.
"Sudah mau tidur?" Dana bisa mendengar suara berat Dante di seberang sana. Kenapa rasanya menenangkan sekali mendengar suara pria itu? Kenapa dibandingkan marah, dia merasa sedih Dante tadi memarahinya? Dan terutama sekarang, saat dia mendengar suara pria itu melalui telepon, tidak sedikit pun Dana mengingat apa yang Dante lakukan tadi.
"Iya, ini sudah pake selimut. Ada apa telepon?" tanya Dana.
"Kau sendirian di rumah?" tanya Dante.
"Ha? Ah kau melihat Ibuku di rumahmu ya. Sudah biasa. Ibu cukup sering tidur di sana," ucap Dana santai.
Dana, kemudian mengingat acara besok. "Oh ya, besok kencanmu jam berapa?" tanya Dana.
Dana bisa mendengar Dante tertawa pelan. "Bisa kau ganti kata kencan yang selalu kau pakai itu? Kami belum resmi berkencan. Kami hanya keluar sebagai teman. Tapi, mungkin setelah besok dia akan lebih terpesona sama aku. Jadi, kemungkinan besar setelah besok kami akan resmi berkencan," kata Dante sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...