"Kau tidak tahu betapa leganya aku mendengar aku tidak melakukan hal yang sudah menyinggung Bu Sinta," ucap Dana.
"Jangan khawatir. Aku akan meyakinkan Ibuku. Bapak sudah memberikan restu untuk kita," kata Dante.
Dana melepaskan tangan Dante dari wajahnya dan menatapnya dengan mata memicing. "Kau baru bilang suka kemarin dan sekarang kau sudah membahas soal restu?" potong Dana.
"Memangnya kenapa? Kau pikir aku hanya main-main denganmu?" sambar Dante dengan wajah tersinggung.
"Ibuku ..... juga tidak setuju dengan hubungan kita," sela Dana cepat dan Dante langsung berseru "APA?!" dengan mata membelalak lebar.
"Memangnya, aku kurang apa? Aku tampan, pintar, kaya, baik, dan pastinya aku sangat menyukaimu," protes Dante, dan kali ini giliran Dana yang tertawa.
"Apa kau tidak malu mengatakannya? Aku saja malu mendengarmu mengatakannya," goda Dana sambil bergidik dengan dramatis.
"Tapi, memang benar, kan?" tekan Dante. "Aku akan bicara dengan Ibumu malam ini. Aku harus tahu apa kekuranganku sampai dia tidak menyetujuiku," sungut Dante.
Dana kembali tertawa. "Justru karena kau terlalu sempurna dan kau seorang Tuan Muda, Ibu tidak mau aku dekat-dekat denganmu. Kalau kita bersama, itu seperti aku dan Ibuku mengkhianati kebaikan yang sudah diberikan orang tuamu selama ini," jelas Dana.
Dante menggelengkan kepalanya. "Ibuku dan Ibumu cocok sekali. Mereka memiliki pemikiran yang sama. Kenapa berpikir sekolot itu," gumam Dante.
Dana hanya bisa mengangkat bahunya.
"Atau ...," kata Dante sembari mengangkat kepala dan menegakkan punggungnya.
"Kalau mereka menyukai hal-hal seperti ini, aku bisa bilang ke Budhe Sari bahwa dia harus membalas kebaikan keluargaku dengan menyerahkan anak gadisnya padaku," ucap Dante dengan wajah berbinar-binar dan keduanya tertawa.
*
Keesokan harinya, seperti biasa Dana datang lebih dulu di kantor dan langsung mengunjungi beberapa area di perkebunan. Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit berkeliling, dia berniat kembali ke kantor.
Saat itu bertepatan dengan datangnya Dante. Dan, pagi itu, seperti kebanyakan pagi-pagi sebelumnya, Dante datang dengan sepeda motor butut Pak Rio dengan Mila duduk di jok belakang.
Dana tahu bahwa Mila biasanya langsung ke lokasi pembangunan dan Dante akan ke kantor setelah mengantarkan Mila. Karena itu, dia buru-buru masuk ke kantor dan tidak harus menyiksa dirinya lebih jauh dengan melihat Dante berboncengan dengan wanita lain. Tidak mungkin bagi Dana tidak cemburu. Belum resmi berhubungan saja Dana sudah tidak tahan melihat mereka berduaan, apalagi sekarang. Mungkin karena Dana merasa dia lebih berhak, kini rasa cemburunya semakin besar.
Dana menunduk dan berjalan cepat ke pendopo kantor. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Dante sedang melewatinya. Badan Dana terhuyung saat seseorang tiba-tiba menarik tangannya dengan keras dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomansaFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...