Malam itu, jalanan tidak seberapa macet sehingga, mereka sudah sampai di kafe sepupu Doni yang berlokasi di Surakarta hanya dalam waktu satu jam.
"Ini tempatnya?" tanya Dana, sambil turun dari motor dan melepas helmnya dan menyerahkan pada Doni.
"Iya. Bagus ya tempatnya," ujar Doni, menatap kafe yang mulai ramai di depan mereka. "Keren banget Mas Satria," ucapnya lagi.
Setelah memarkirkan motornya, keduanya berjalan menuju ke kafe tadi.
"Eh itu Mas Satria," ucap Doni, menatap ke depan dengan senyum lebar. "MAS SATRIA!!!" teriak pria itu, sambil berjalan cepat meninggalkan Dana yang masih harus susah payah berjalan.
Dana melihat Doni sedang berbincang dengan seorang pria jangkung dengan rambut pendek sedikit berombak.
"Dana sini!" seru Doni pada Dana, sambil mengayunkan tangannya. Percuma saja. Walaupun ingin, Dana tidak akan sanggup berjalan lebih cepat dari langkahnya sekarang.
"Dana, ini Mas Satria, sepupuku yang buka kafe ini," kata Doni, masih dengan senyum konyolnya.
"Satria," pria itu mengulurkan tangan dan tersenyum ramah.
"Dana," ucap Dana, sambil menerima uluran tangan Satria.
"Kaki kamu terluka?" tanya Satria, sambil menunduk dan mengarahkan matanya ke pergelangan kaki Dana yang terbalut perban.
"Iya, kemarin terkilir. Sekarang sudah agak mendingan," jawab Dana, sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Maaf ya. Doni gak bilang apa-apa soal kaki kamu. Aku malah jadi merepotkan gini," ucap Satria dengan tampang menyesal.
"Gak masalah kok. Nanti kan aku mau nyanyi, bukan mau dance. Lagian aku juga udah janji," ucap Dana, berusaha membalas senyuman Satria.
"Ya udah kamu duduk yuk biar kakinya gak tambah sakit," ajak Satria. Setelah Dana mengangguk setuju, Satria menuntun Dana ke sebuah tempat duduk empuk yang berada di bagian dalam indoor area kafe tersebut.
"Don, bantuin ya," ucap satria setelah mempersilahkan Dana duduk.
"Dana, aku tinggal dulu ya. Malam ini malam pembukaan jadi agak hectic. Nanti kalau giliran kamu tampil, aku ke sini lagi. Kamu gak usa ke mana-mana. Nanti biar aku minta karyawan ke sini bawain kamu minum dan snack," kata Satria, sambil menunduk menatap Dana.
"Gak perlu repot," sahut Dana.
"Gak repot kok," jawab Satria, kembali tersenyum dengan cukup memesona.
Satria masih sangat muda. Mungkin hanya dua atau tiga tahun di atasnya.
Setelah Doni dan Satria pergi, Dana hanya bisa duduk sambil memerhatikan orang-orang yang berkunjung di sana. Kafe malam itu cukup penuh dan kebanyakan yang datang adalah muda-mudi bersama teman-teman atau pasangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...