"Tidak ada yang serius. Saya kasih infus dulu dan tunggu Mbaknya siuman. Sementara itu, Bapak atau Ibu bisa menyelesaikan pembayarannya," kata dokter wanita yang sedang berjaga di IGD pada Dante dan Sari.
"Budhe di sini aja biar saya yang selesaikan administrasinya," kata Dante dan lagi-lagi, pria itu tidak menunggu Sari untuk menjawab. Sejujurnya, Dante cukup takut Sari akan menolaknya. Karena itu, dia tidak memberikan ruang bagi Sari untuk mengatakan tidak.
Setelah menyelesaikan pembayaran, Dante kembali ke bed yang ditempati Dana. Sari terlihat duduk di samping Dana.
Sari menoleh saat menyadari Dante datang. "Terima kasih Tuan Muda. Tuan Muda bisa kembali ke rumah sekarang. Saya bisa jaga Dana sendirian," kata Sari.
Dante terdiam. Kemudian, "Maaf Budhe Sari. Saya nggak mau dan nggak bisa ninggalin Dana."
Sari menunduk dan menyeka matanya. "Semalam dia nggak pulang ke rumah," isak Sari lemah.
"Maksudnya budhe?" mata Dante melebar dan dia bertanya dengan cepat. Dia akhirnya tahu kenapa semalaman dia mengkhawatirkan Dana.
"Budhe habis marahin Dana dan dia langsung keluar rumah. Dia nggak bawa handphonenya dan Budhe tahu Tuan Muda telepon terus kemarin malam karena handphone Dana dibawa Budhe. Budhe pikir Dana akan pulang menjelang malam tapi sampai pagi, dia belum pulang," jelas Budhe Sari.
Mulut Dante terbuka. Pria itu terlalu bingung harus bertanya mulai dari mana. "Dana tidur di mana tadi malam?" tanya Dante pada akhirnya.
Sari kembali menyeka matanya sambil menggeleng. "Budhe juga nggak tahu," isak Sari.
"Budhe marahin Dana soal apa?" tanya Dante masih terlihat shock.
Sari menoleh dan Dante melihat mata wanita itu sudah merah dan berair. "Tuan Muda, Dana sudah bilang kalian menjalin hubungan. Karena itu, Budhe marahin dia. Tuan Muda, Budhe minta tolong," kata Sari dengan suara tersendat karena tangisnya sendiri.
"Tolong tinggalin Dana. Kalau Tuan Muda yang meninggalkan Dana, Budhe yakin Dana nggak akan lagi berani mendekati Tuan Muda," pinta Sari sambil terisak.
"Budhe juga bukannya tidak tahu anak budhe," lanjut Sari dengan isakan yang semakin keras. "Kalau Tuan Muda tidak memberikan harapan pada Dana, anak Budhe juga nggak akan nekad. Saya sudah tidak bisa membujuk Dana, jadi," kata Sari sambil menatap Dante dengan tatapan memelas.
"Saya bisa, kan, minta tolong ke Tuan Muda. Tuan Muda bisa mendapatkan wanita yang lebih dari Dana. Saya mohon, jangan membuat posisi kami sulit," rintih Sari lagi.
Dante tidak bisa berkata. Dia hanya membalas tatapan memelas Sari. Wajah wanita itu sudah basah dengan air mata. Dante hanya ingin memastikan Dana bagun dulu. Dia ingin tahu di mana gadis itu tidur semalam. Tidak bisakah mereka fokus pada Dana dulu?
Sari masih belum memutus tatapannya pada Dante. Dante berjalan pelan mendekati Sari kemudian berjongkok di samping wanita itu, membuat Sari buru-buru mau memberikan tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Wrong Cinderella (END)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA YA!!! "Kau harus membantuku mendapatkan gadis itu. Dia satu-satunya yang melihatku sebagai diriku, bukan sebagai seorang tuan muda," pinta Dante dengan wajah berseri kepada teman masa kecilnya. "Apa yang bisa kulakukan?" "K...