_________
____Sebulan berjalan, Raen dan Rafe sibuk dengan realitas kehidupan sebagai siswa akhir di Sekolah Menangah. Ujian demi ujian mereka lalui, hampir tidak ada lagi waktu manis yang bisa dihabiskan keduanya. Di perpustakaan, Raen menghela nafas berulang kali. Dia mengamati real time pemberitaan perguruan tinggi. Setiap kali membaca beberapa yang ditampilkan, Raen merasa tidak percaya diri dan seakan tidak mampu melakukannya. Bisa dikatakan dia pengecut handal yang menyerah sebelum mencoba.
Grep
Zoe yang sedaritadi mengurusi berkas di ruang guru, akhirnya menghampiri Raen yang sendirian di perpustakaan. "Lu pasti bisa, Re! Satu jalan yang tertutup ga menutup semua jalan yang lain. Gua yakin lu bakal lebih keren dari yang lain. Tunggu tanggal main dan waktunya. Semua akan indah."
Kata-kata semangat, tidak lagi memotivasinya untuk berambisi dengan penuh bara api di hidupnya. Raen malah menjatuhkan tubuhnya di atas meja. Dia tidak lagi mengetahui harus melakukan apa.
"Lu jadi ambil kuliah itu, tanpa mau coba yang lain lagi?"
Mengangguk yakin, Zoe benar-benar tidak goyah dan memiliki pendirian yang kuat di mata Raen. Bagaimana tidak, sebelum semua dimulai. Zoe telah menentukan pilihan yang berbeda dibandingkan orang kebanyakan. Mungkin banyak yang mencoba menjatuhkan dengan hinaan dan makian. Tetapi, Zoe tidak tersulut dan menanggapinya. Dia malah semakin bersinar dan terlihat keren. "Re, gua masih punya waktu. Kalau sekarang gua mau fokus dan ga dapatin apa yang direncanakan. Ga jadi masalah. Gua bisa coba tahun depan. Dengan persiapan yang semakin matang dan plan B di sampingnya."
Tidak ada yang salah sama sekali dengan ucapan Zoe. Raen menyetujuinya 100%. "UCLA cuman jadi satu-satunya objek. Kalau kedepannya ada yang lain, berarti gua udah mulai mencoba menerima kenyataan dan ikhlas sama pilihan Tuhan."
California. Menjadi tujuan Zoe sejak dulu. Lihatlah, Raen seperti tidak memiliki masa depan. Hanya karena dia terlalu menganggap enteng dan mudah kehidupannya. Sampai-sampai dia tidak memiliki planing apapun. "Ga usah dibawa stress. Apa yang lu liat itu ga selamanya indah. Mungkin jalan lu lebih indah. Jadi jangan pernah bandingin diri lu sama pencapaian orang lain. Itu cuman buat hidup lu ga tenang."
"Iya!"
Seminggu ini, telah melaksanakan ujian penting di sekolah yang menentukan kelulusannya. Raen sampai lupa menyenangkan dirinya sendiri. Di taman dekat rumahnya, Raen meneraktir semua anak-anak yang ada di sana tanpa kecuali. Melihat senyum dan semangat anak-anak di hadapannya. Raen terkekeh dan senyum merekah di wajahnya yang akhir-akhir ini muram.
Dari arah belakang tiba-tiba ada yang memberantaki rambutnya. Rafe kemudian memunculkan wujudnya dan duduk di samping perempuannya. "Hebat banget kesayangan aku ini! Udah lewatin semua ujian dengan baik. Apapun hasilnya, semua luar biasa. Kok gua ga ditraktir juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELRAEN
FanfictionKisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?