19. Pesta dan Pernyataan

53 6 0
                                    

_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________
____






Mondar-mandir sedaritadi di kamar, dengan disaksikan Rex yang menyemil snack di atas tempat tidur kakaknya. Tidak menanyakan apapun, Rex menunggu kakaknya bersuara terlebih dahulu. "Pesta 80-an? Terus juga Rafe bilang Ayahnya datang. Omg! Gimana ini? Gua ga punya baju!"

"Lu ribetin bokapnya bang Rafe? Emang lu suka sama dia? Kok repot."

"Ish, bodoh! Bukan gitu! Lu bayangin aja nih, Bunda sama Ayah juga ikut. Berasa pertemuan keluargakan. Kecuali lu."

"Gua ikut gampang!"

Mengeluarkan bajunya dari lemari. Raen memegangi kepalanya bingung. Di saat seperti ini, rasanya dia tidak memiliki pakaian yang bisa dikenakan. "Ini bagus!" Menyadari tangan adiknya yang kotor habis memakan snack. Raen berteriak histeris dan menepis tangan Rex kasar.

Jejak snack membekas di salah satu pakaian yang dikeluarkan. Menatap ketus Rex, sang pelaku hanya acuh dan menatapnya tanpa dosa sambil menaikkan alisnya seakan bertanya apa kesalahannya.

"Rese banget sumpah!" Mendengar ada keributan di lantai atas. Sarah mendatangi kedua anaknya yang sedang berkumpul.

Tok tok tok

"Bunda, bisa masuk?"

Tidak mendapatkan jawaban, mau tidak mau Sarah masuk tanpa izin. "Kenapa nih? Kok Bunda denger dari bawah ada teriakan?"

"Ini! Baju aku kotor dipegang sama Rex! Padahal ini yang dikeluarin tuh paling cocok sama tema pesta."

"Ohh ya? Adek tidak mau minta maaf? Lain kali harusnya jangan asal sembarangan pegang barang orang ya. Sekalipun punya keluarga sendiri. Izin dulu."

"Iya, bun. Kak, maaf."

Berdecih kesal, Raen masih tidak menerima dengan permintaan maaf adiknya. "Kakak butuh pakaian? Gimana kalau liat punya Bunda?"

"Mana? Mau liat!" Mendengar semangat putrinya. Sarah mengajak Raen untuk menuju kamarnya. Beberapa pakaian yang sudah dikeluarkan sebelumnya, ditatap penuh binar oleh Raen.

"Bunda mau pakai yang mana? Nanti aku pilih yang ga dipakai aja."

"Kakak boleh pilih duluan. Lagian spesialkan besok?"

Bersemu merah, Sarah dapat memahami benih-benih cinta yang sedang dialami putrinya.

Semalaman, Raen menatap pantulan cermin yang menunjukkan dirinya yang anggun dan terkesan klasik. "Cantik juga gua! HAHAHAHA."

ELRAENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang