Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Saat membuka mata yang pertama kali Rafe lihat adalah sahabatnya dalam keadaan teler. Bahkan Arsen saat ini, tidak memakai celananya dengan benar. Hanya celana dalam, dan jeans yang digunakan menggantung di bawah aset masa drpannya. Memegangi kepalanya yang cukup pusing. Rafe berusaha mencari Reiga yang tidur di pojok. Sahabatnya satu ini masih waras, dan tidak melakukan hal aneh. "Sial, bokap lu dateng! Cepetan bangun bangsat!" Mendengara kata 'bokap' Reiga langsung bangun dan matanya terbuka lebar.
"Anjing, kok udah sampai sini aja sih! Arsen woy! Arsen!" Dengan malasnya, Rafe menutup hidung sahabatnya yang masuh terlelap. Dalam hitungan 5 detik, Arsen sudah panik bukan main dan terbangun.
"Sial! Lu pada liat aset gua. Jangan ngatain, nanti dia insecure." Memakai celananya buru-buru. Arsen masih diambang batas, dengan kepalanya yang masih pusing.
"Masih aja lu mikirin itu. Bokapnya Reiga dateng."
"Kok bisa sampai sini sih?!" Dengan rasa panik, Arsen gelisah memakainkan jarinya. Di pintu masuk ada Reiga dan juga Bapaknya.
Jendral TNI itu dengan gagahnya masuk ke dalam sirkuit dan mengamati semua anak muda yang masih terlelap dengan beberapa botol minuman alkohol di sampingnya.
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Katanya balapan. Akhirnya apa? Pesta minum? Dan sex?" Reiga hanya membuang nafasnya kasar. Dia tidak bisa berbohong lagi. Keadaan sekitar sangat jelas tergambar di sana. Ada pemuda dan pemudi yang tidak mengenakan pakaian saling berpelukkan, tanpa mengenakan busana.
"Apa Bapak akan terus dipermalukan seperti ini? Cepat pulang! Ajak kedua sahabatmu!"
"Iya."
Di jalan Reiga benar-benar mirip dengan zombie. Dia tidak ada gairah hidup dan penuh dengan tekanan. "Di tempat umum bisa bijak, di rumah auto kena bantai gua."
"Susah kalau bokap lu anak militer. Keras, bro!"
Ucapan Arsen kali ini benar. Reiga selalu di didik layaknya seorang prajurit. Penuh dengan aturan dan kebijakkan. Dia tidak bisa semena-mena layaknya anak muda lainnya.
"Berarti bokap lu peduli. Sayang sama lu. Jadi jangan sampai nyesel." Kedua orang yang berada di samping Rafe terkejut. Rafe lahir dengan krisis identitas. Banyak orang yang mengatakan Papanya seorang penjahat yang sedang di tahanan. Seumur hidupnya dia tidak pernah bertemu sekalipun.
Mamanya juga hanya mengatakan, dia tidak pernah ada dengan nada yang marah. Hidup berdua dengan Mamanya, menjadikan Rafe tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian seorang Papa.