Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Reiga yang mendengar rencana Rafe menjadi polisi tercengang bukan main. Dia membayangkan, sahabatnya akan berubah menjadi seperti Bapaknya. Menelan ludahnya kasar, dengan wajah ketakutan yang tertera jelas. Arsen hampir menyemburkan air minumnya, begitu mengetahui ekspresi wajah Reiga. "Namanya manusia, pasti ada sisi baik dan tobatnya. Jangan gitu lu, Ga! Sahabat lu ini mau ubah kehidupan jadi lebih baik. Jadi dukung!"
"Gua tanya ke lu? Siapa yang ga dukung? Gua cuman lagi bayangin kalau misalnya Rafe jadi kayak bokap gua. Ga kebayang." Menepuk pundak Reiga pelan, Rafe terkekeh dan menggeleng pelan. Dia seakan mematahkan pikiran buruk yang sedang Reiga pikirkan.
"Gua kan pernah nakal. Ga akan lupa kok. Anak gua bebas lakuin apapun yang dia mau."
"Bininya siapa nih?"
Goda Arsen yang ditanggapi senyum simpul di wajah Rafe. Rencana yang telah dipikirkannya, tidak hanya soal masa depan yang pendek. Tetapi perkiraan yang jauh diantara dirinya dan juga Raen. Tidak ingin anak-anaknya kehilangan kasih sayang salah satu orang tuanya. Ada perasaan kuat untuk menjaga dan menjadikan keluarga yang utuh bahagia.
Arsen menyenggol lengan Reiga pelan sambil menunjukkan wajah menggodanya. "Liat tuh, sahabat lu! Dia lagi bayangin lagi gendong bayi sambil liatin istrinya masak di dapur dengan baju seragam dinasnya."
"Gua jadi ga sabar!"
Kedua sahabatnya yang mendengar kekehan dan pernyataan Rafe tercengang bukan main. Sebagai seseorang yang paling menghindari kenakalan yang jauh dan merusak perempuan. Saat ini, Rafe seperti seseorang yang menggebu untuk menikah. "Ga habis pikir benaran gua sekarang."
"Lu akhirnya ngerasain jadi gua tadi."
Kembalikan dipertemukan dengan bentangan jarak, tetapi kali ini baik Rafe maupun Raen mengusahakan komunikasi yang menjadi landasan dasar bertahannya sebuah hubungan.
Beberapa kegiatan yang harus ditempuh demi masa depan keduanya usahakan dengan baik.
Di tempat yang berbeda, dua manusia yang penuh dengan harapan dan cita-cita melakukan segala tes atau tahapan. Tidak ada keraguan lagi. Keduanya sama-sama tersenyum menatap langit yang sama.
3Bulan Kemudian
Mengetahui dirinya lulus perguruan tinggi yang dia inginkan dan juga jurusan yang sangat dia dambakan. Raen menangis haru sambil memeluk kedua orang tuanya yang menyaksikan tulisan lulus terpampang di layar laptop putrinya. "Bun, Yah! Makasih banyak. Udah support kakak sejauh ini." Rex tidak lupa mendatangi kakaknya, dengan beragam makan di plastik yang dibawanya.