Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Di kampus, karena mendapati kelas siang. Clara mengintrogasi Raen sepanjang jalan. Mau bagaimanapun, Clara tidak akan percaya dan menganggapnya telah melakukan hal yang tidak-tidak dengan kakak tingkatnya tersebut. "Ga mungkin! Lu tau ga sih? Cowok tuh aslinya lemah buat nunggu. Cowok lu aja bego!"
Memutar bola matanya malas, pembahasan Clara pasti tidak jauh dari menjelekkan Rafe.
"Shut up, bitch! Mau berapa lu sering ngomong cowok gua itu bego atau gimana yang negatif. Gua sebenernya ga peduli, tapi sekarang gua sedikit muak."
Ditinggalkan oleh Raen, Clara menghela kasar nafasnya dan berusaha menghampiri temannya itu. "Kemarin ada temen gua yang nanyain lu. Gua ngomong gini, cuman ngasih tau aja."
"Makasih!"
Clara berharap di dalam hatinya, bahwa Raen tertarik dengan pernyataannya. Ternyata tidak sama sekali, dan malah mengatakan terima kasih. "Dia tuh ganteng banget. Lu liat dulu dong! Baru bilang makasih!" Mendekati Raen seperti layaknya sales yang menawarkan produk. Itu yang dilakukan Clara saat ini, dia bahkan mencari foto laki-laki yang disebutnya ganteng tadi.
"Ini! Dia mirip sama cowok lu. I mean, dia nakal tapi ga pernah mainin perempuan. Banyak orang yang bilang, katanya kita bakal suka sama seseorang yang mirip masa lalukan?"
Dari wajahnya saja, Raen sudah mengetahui. Kalau keduanya tidak sama. Lagipula, kalau bukan Rafe memang dia bisa menyukainya? Dunianya Raen seakan berhenti saat Rafe meninggalkannya. Semua terasa hambar dan tidak menarik. Banyak laki-laki tampan nan baik dia temui di sini. Namun, tidak ada yang membuatnya bisa merasa seperti bersama Rafe. "Apa gua harus move on? Tapi dia bakal datengkan?"
Mendengarkan penjelasan dosen di kelas, Raen mengetuk-ngetuk pulpennya pada buku. Pikirannya masih melayang, berbanding dengan Clara yang menutupi ponselnya pada buku. Jadi seakan dia sedang membaca, padahal melihat mame yang membuatnya menahan tawa di tengah kelas.
Tentu menganggu, apalagi bagi yang duduk bersebelahan dengan Clara. Tidak jarang dia menunjukkan apa yang membuatnya tertawa. Mau tidak mau, orang di sampingnya ikut menahan tawanya dan Clara menyukai itu.
"Baru 1 bulan? Masih ada 1430 hari lagi."
Menjatuhkan kepalanya di atas meja, Raen rasanya sangat frustasi. Kenapa Rafe bisa melakukan ini? Apa jangan-jangan di sana dia tidak sama sekali memikirkannya.
Di kantin, ada sosok yang terus menatapnya. Penasaran dengan pelakunya, Raen malah mendapati kakak tingkatnya Ailean di sana. Benar saja seperti dugaannya, banyak adik tingkat yang memberi Ailean dengan berbagai macam makanan. Melihat itu, Raen tertawa dan tidak lepas dari mata Ailean. Mengetahui ditatap tajam, Raen malah mengacungkan jempolnya.