_________
____Merasa hampa, karena sendirian di rumah. Rafe seperti ditikam kenyataan, bahwa mulai sekarang kehidupannya berubah. Setelah mendapatkan energi, semangat dan kebahagiaan yang ditawarkan keluarga Raen. Sesudahnya malah lebih sulit dari yang dia bayangkan. Mengelap wajahnya frustasi, Rafe juga berulang kali menghela nafas panjang.
"Kenapa? Apa kekasihmu tidak menginap di sini?" Suara yang mengintrupsi, dapat Rafe kenali dengan cepat. "Aku datang, karena Mamamu itu yang menitipkanmu. Kau mau lihat usaha yang Papamu rintis di tahanan. Aku harap cukup membiayaimu sampai bisa sendiri."
Punggung kekar itu menampilkan ukiran nama serta sayap bertuliskan Eliezer dan dibagian dekat jantung terdapat nama Elina. "Aku telah membuatnya sejak lama. Ini usaha Papamu. Tato, apa kau tertarik? Kau bisa dapat kapanpun kamu mau."
Membawa segelas coklat panas, Ezra menganggap putranya seperti anak kecil. Padahal gelas yang dipegangnya berisikan minuman alkohol. "Kau pernah mencobanya? Maaf kalau Papamu ini menganggapmu seperti anak kecil nan polos. Karena aku merasa Elina memperlakukanmu seperti itu."
Tentu saja, Rafe tidak pernah minum di rumah. Dia akan melakukannya bersama kedua sahabatnya di tempat asing yang jauh dari rumah. "Terima kasih, ini lebih baik untuk suasana saat ini." Tanpa sadar, semua mengalun begitu saja. Obrolan antara Papa dan putranya, tidak memiliki kecanggungan lagi.
Bahkan keduanya membuat rencana untuk jalan-jalan. Camper Van, yang selalu menjadi rencana terindah di hidup Ezra mungkin tidak sejalan dengan keinginannya. Tetapi, setidaknya dia masih bisa melakukannya.
Memilih izin dan tidak masuk. Rafe tidak lupa memberikan pesan kepada Raen agar tidak khawatir dan mencarinya di sekolah. Baru saja malam berganti, Rafe sudah ingin melihat tingkah manis dan manja dari perempuannya.
Suara musik 80-an menjadi pengantar perjalanan keduanya. Huey Lewis and the News berjudul The Power of Love. Papanya menyanyikan dengan seksama dan senang. Seperti sedang merasakan jatuh cinta. "Apa kau merokok, nak?"
"Hmm, tapi tidak sering. Hanya saat merasa bosan dan tidak nyaman."
Ezra mengangguk, dan mulai sedikit memahami putranya. Musik berganti, menjadi rock masih dengan nuansa 80-an Bon Jovi dengan judul I'd Die For You. Melihat putranya hidup tanpa peran pria di hidupnya. Menjadikan Ezra sedikit tersentil.
"Kita harus menghabiskan banyak waktu untuk membuat kenangan antara putra dan Papanya. Menghabiskan akhir pekan itu menonton festival musik atau konser? Memancing? Mencuci mobil, dan ya melakukan mekanik di rumah. Apa kau tertarik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELRAEN
FanfictionKisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?