Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Kehebohan di rumah sudah terdengar sejak 1 jam yang lalu. Harum wangi masakkan beradu dengan berisiknya alat masak. Menjadi alarm tersembunyi bagi seluruh anggota keluarga yang masih terlelap di alam mimpi. "APA KALIAN SEMUA LIBUR HARI INI?!" Teriakkan menggelegar itu, tidak mempan untuk membangunkan orang rumah. Mau tidak mau, mengecilkan api kompor sambil menghampiri kamar yang tertutup rapat.
"RAEN! REX! AYAH! BANGUN UDAH SIANG LOH! JAM 7 INI BENTAR LAGI!"
Ketiganya yang dipanggil terbangun di saat bersamaan. Merasa jiwa kompetitifnya bangkit setelah membuka mata. Rex berlari tanpa persiapan apapun menuju kamar mandi. "REX CEPETAN!" Raen menghela nafas sambil melanjutkan tidurnya di depan kamar mandi.
"KAK! AMBILIN GUA HANDUK."
"Idih ogah, ambil aja sendiri."
"EMANG LU MAU LIAT GUA TELANJANG BULET?"
Mata Raen melotot sadar, kemudian berjalan ke kamar adiknya. "Ewh, baju kotor di mana-mana. Kok ada yang mau sama dia sih!" Lirihnya jijik, dan buru-buru keluar dari kamar apek bau asap rokok.
"Nih!"
Rex keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Raen tidak peduli dengan wajah sok ganteng adiknya, dan mendorong Rex yang berjalan layaknya di catwalk. Bukan tanpa alasan, keberadaan adiknya di depan kamar mandi menghalangi jalannya masuk. "Lama banget lo!"
Terhuyung ke tembok, Rex tetap memasang wajah cool dan merasa paling keren. Membenarkan rambut basahnya dan berjalan ke kamar.
Brakk
Seluruh mata menatap Raen yang menaruh tas sekolahnya di meja makan. Ayahnya bahkan hanya menggelengkan kepalanya. "Raen, jangan ditaruh tasmu di atas meja! Taruhlah di bawah!"
"Kalau ga ganggu, bukan Raen namanya!" Ketus Rex acuh. Tidak ingin anak-anaknya bertengkar, selaku Bundanya hanya bisa menenangkan putranya agar tidak menganggu kakaknya.
"Rex! Tidak seperti itu untuk mengingatkan kesalahan."
Bocah menengah pertama tersebut mengangguk remeh, dan melanjutkan kegiatan makannya. Pemandangan itu tidak lepas dari mata Raen, ingin rasanya dia mencutit mata yang selalu saja meremehkannya. Memasukkan makanannya sekaligus, Raen bangkit dari kursinya dan berangkat begitu saja. "Re, kamu melupakan sesuatu?" Sahut Ayahnya yang mengingatkan putrinya. "Hati-hati di jalan! Semoga hari ini menyenangkan."
"Siap, bos! Berangkat dulu."
Jalan menuju depan gang untuk mencari angkot. Tiba-tiba Rex sudah di depannya sambil menggeberkan motornya. "Norak banget sih!"