Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Di bawa menuju kawasan yang tidak searah dengan jalan ke rumahnya ataupun Rafe. Raen celingukkan di belakang. Mengamati jalanan bingung, "Kita mau ke mana?"
"Ambil motor, Papa."
Rumah yang cukup nyaman dan bersatu dengan alam menarik perhatian Raen. Ternyata itulah rumah Papa Rafe. Di depan rumah, dia menemukan Ezra sibuk membaca sesuatu di tabletnya sambil merokok dan secangkit kopi yang menemani. "Om, apa kabar?"
"Eh, ada anak Papa. Mau makan dulu atau langsung pergi nih?"
"Langsung pergi!" Ucap Rafe yang datang dari garasi untuk mengambil motor tua yang akan dijadikan kendaraannya untuk mengukir kisah.
"Jagain anak gadis Papa. Awas aja sampai lecet. Jangan lupa kalau tenaga Papamu ini akan selalu muda." Mendapati peringatan dari Papanya. Rafe hanya terkekeh dan refleks hormat seakan Papanya adalah atasannya. "Akan dilaksanakan dengan senang hati."
Berkelana menyusuri kota dengan motor, seakan dunia hanya ada mereka saja. Raen tidak dapat menyembunyikan senyumnya, sambil memeluk pinggang Rafe erat. Jalanan yang lumayan padat, sungguh tidak menganggu sama sekali. Beberapa penjual di pinggir jalan, menarik perhatian Raen. Mengetahui gerak-gerik Raen dari spion, Rafe sadar dan meminggirkan motornya. "Eh, kenapa?"
"Mau kan? Ya udah kita cobain."
"Gapapa di sini?"
"Kalau lu mau ayo. Di mana aja gas. Sini lepas dulu helmnya." Setelah minggir, Rafe langsung melepas helmnya. Jadi saat ini, dia yang membuka helm perempuannya.
Dasarnya manusia yang tidak peduli hal romantis, karena terlalu sering diratukan oleh Ayahnya. Raen pergi begitu saja tanpa terpanah atau terpesona dengan sikap Rafe. Pelakunya hanya menghela nafas pelan, dan mengejar kepergiaan Raen yang mulai jauh. "Tunggu dong!" Menatap tangannya yang digenggam, Raen terkekeh tidak percaya.
"Lucu ya? Dari sahabatan yang kayak tom and jerry. Sekarang jadi sedeket ini. Emang hidup ga ada yang tau!"
"Hmm, semua rahasia. Tapi ini rahasia gua dari lama. Lu ga lupakan apa yang gua bilang?"
"Ohh, inget. Karena gua cantik." Tertawa sampai menimbulkan bulan sabit di matanya. Hangatnya matahari sore kalah dengan apa yang diberikan Raen hari ini. "Ga sih, semuanya juga cantik yang lu pacarin. Ada yang kayak barbie, bratz terus juga apa ya? Banyak deh. Kalau gua jelasin kayaknya ga cukup."
"Ga penting lagian juga. Ga ada lagi yang harus dibahas."
"Cih, manis banget mulut lu. Tapi sore, gua manusia anti kena badai sihir mulut buaya."