Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Pulang dari acara dengan Papanya. Di depan rumahnya sudah ramai dan heboh Arsen Reiga yang masih memakai seragam sekolah. Bingung dengan sosok yang berjalan di belakang Rafe, keduanya hanya bisa menatapnya diam-diam. "Pa, ini temen yang semalem aku ceritain. Ini Reiga. Ini Arsen."
Tidak seharusnya mereka diam membatu tanpa suara. Hanya karena obrolan didominasi oleh Papanya Rafe. "Ya, salam kenal. Penjahat kelas kakap yang ditahan dipenjara 12 tahun."
"Kok bisa, Om? Maksudnya karena apa gitu?" Arsen yang terpancing menggaruk kepalanya kikuk. Dia tidak berniat penasaran, tapi Ezra memancing jiwa keponya yang bergetar.
"Mafia ganja dan senjata api. Jangan sampai salah jalan kalian. Denger-denger dari Eliezer semalem, Reiga yang Bapaknya Jendral ya?"
"Eh iya, Om bener."
"Kita sama. Mau bebas dan tidak mau mengikuti aturan. Hidup layaknya orang yang berlawanan dengan Bapak. Tapi itu menyenangkan, tidak akan kamu sesali."
"Bapak, suka banget ngatur ini itu. Tanpa nanya aku suka atau enggak. Jadi agak tertekan, dan malah melenceng."
"Nah, itu. Perjalanan sejarah hidup yang bakal dikenang. Mau minum apa? Bir? Wine? Whiskey? Atau Vodka?"
Ketiganya tercengang dengan penawaran yang diajukkan Ezra barusan. Yang bertanya menatap ketiga anak muda di hadapannya bingung. "Ini bukan hal baru buat kaliankan? Ga ada salahnya kan sedikit."
"Mana bisa, Om! Ga bisa sedikit maksudnya."
Rencana Ezra terlaksana dengan lancar. Pemuda yang ada di sekitarnya jadi berkata jujur dan banyak menceritakan banyak hal. Begitupun dengan anaknya. Toleransi mabuknya yang tinggi, membuat Ezra tidak tipsy. "Om, luka di mata El keren. Gimana dapetinnya? Banyak yang nanya. Tapi selama ini dia ga pernah jawab kenapa."
Mengamati luka yang ternyata tidak lekang waktu. Ezra meringis, dia juga tidak pernah ada di tkp dan mengetahui apa yang terjadi. Tapi satu hal yang dia tau, bahwa musuhnya memang ingin menyakiti putranya sebagai alat.
"Pisau tajem, mau gua gores nih kayak yang dulu gua alamin HAH?"
Arsen minggir takut, dan bersembunyi di balik tubuh Reiga. Merasa ditatap sebagai penjahat, Reiga ikut panik dan takut dengan seringai menakutkan Rafe. Keduanya bagai diincar penjahat, padahal Rafe tertawa setelahnya. Lagipula dia tidak memegang pisau ataupun benda berbahaya saat ini.
Tok tok tok
Membuka pintu rumahnya, Ezra mendapati perempuan cantik yang dia temui di pemakaman. "Cari Eliezer ya? Dia lagi mabok di dalem sama Reiga Arsen. Jadi saya tidak akan menawarkan kamu untuk masuk ke dalam."