Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Pulang sekolah, Raen seperti seorang vampir yang kehabisan darah. Duduk menyender di sofa dengan mata terpejap. "Kak, kamu udah pulang? Kamu ga nongkrong sama temen-temenmu?"
"Capek. Lagian tiap hari udah ketemu. Males!"
Sarah mengangguk paham. Putrinya tidak seperti anak bungsunya yang selalu saja meminta izin untuk sekedar menongkrong ataupun bermain di rumah sahabatnya. "Baiklah, Bunda buat makanan ringan. Apa kakak mau coba?"
Mendengar cemilan, mata Raen terbuka dan mengekori Bundanya ke dapur. Menikmati putrinya yang lahap memakan cemilan buatannya, tentu Sarah senang bukan main. Bahkan senyum di wajahnya tidak turun sedikitpun. Putri yang selalu dia manja, sudah beranjak dewasa. Sudah seperti dirinya. "Kak, kalau ada apa-apa bilang sama Bunda Ayah. Kita berdua bisa jadi temen atau sahabat kakak. Terus juga ga cepu."
"Hmm, akan Raen coba."
"Wah-wah ada pesta cemilan sepertinya?" Tanya Ayahnya setelah memasuki rumah dari kantor. Tidak ada wajah kusut, hanya ada senyum hangat dan pelukkan untuk Sarah. Sejauh dan selelah apapun berkelana Ayahnya. Rio tidak akan merasakannya lagi setelah kembali ke rumah. Menatap mata Sarah seperti pertama kali jatuh cinta, menghilangkan bebannya di luar rumah.
Raen menyaksikan bagaimana cinta itu tetap utuh dan terjaga pada hubungan orang tuanya. Saat ini, keduanya berdansa seperti hanya ada mereka di dunia ini. Raen memutar bola matanya malas sambil terus memakan cemilan di hadapannya. "Ekhem, aku ada di sini hellow!"
Tidak ingin perempuan lain cemburu dan tersisihkan. Rio mengecup puncak kepala putrinya. "Bagaimana di sekolah tadi? Jangan bilang kamu sudah memiliki kekasih? Perkenalkan dia pada Ayah jika ada. Dia harus seperti Ayah."
"Tidak ada. Apa mungkin orang seperti Ayah tidak ada di luar sana. Aku tidak tertarik."
"Jangan berkecil hati. Pasti ada yang akan menatapmu seperti Ayah menatapmu hari ini dan menanyakan kabarmu."
"Aku tidak yakin."
"Kenapa begitu? Apa buruk orang-orang disekitarmu?"
"Tidak seburuk itu. Tapi kebanyakan dari mereka malah bangga dengan tittle playboy. Berasa keren, setelah menjadikan banyak perempuan sebagai mantan kekasihnya."
Bukannya terkejut ataupun kaget. Rio terkekeh, dan membuat Raen bingung bukan main. "Kenapa Ayah malah ketawa? Itu ga lucu tau!"
"Memang tidak lucu. Apa ini Sarah 20 tahun yang lalu? Sangat mirip." Yang disebut menoleh dan ikut duduk di samping putrinya.
"Lihatlah, sekarang perempuan yang Ayah cintai tumbuh dalam versi lebih mudanya. Maaf, kalau Ayah melenceng. Tetapi saat muda, semua laki-laki berusaha membangun citra dirinya. Agar tidak terlihat lemah dan buruk. Itu bukan hal baik, tapi kenyataannya mereka masing berpikir pendek. Kalau udah capek, dan dewasa. Mereka akan malu dan berpikir kalau yang telah dilakukan itu buang-buang waktu."