Kisah remaja yang penuh rencana. Namun, semua yang direncanakan tidak berjalan sesuai rencana. Mempertaruhkan cinta dan perasaan demi sebuah cita-cita. Akankah, Raen mampu bertahan dengan permintaan Elizier untuk menunggunya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_________ ____
Di sebuah apartemen mewah, dan keamaan yang cukup ketat. Raen terpaku dan bertanya-tanya sekaya apa kakak tingkatnya tersebut. Sepintas pertanyaan menghantui kepala Raen selama keduanya di dalam lift. "Kak, ada keluarga juga di sini?"
"Ga ada. Lu ga usah tertekan." Lebih baik jika ada keluarga yang akan menyambut kedatanga Raen. Agar tidak terjadi kesalahpahaman. Tetapi, ini benar-benar hanya ada dirinya dan juga kakak tingkatnya. Menelan ludahnya kasar, Raen ingin waktu berhenti bergerak saat ini. Sialnya, malah lift terbuka.
Ckleck
Mengekori Ailean sejak tadi. Raen tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. "Ayo masuk!"
Hawa dingin menyapa kedatangan Raen, benar-benar besar dan bersih. "Ini bukan museum yang bisa lu perhatikan! Ganti pakaian lu. Lu bukan slut pribadi gua."
Raen menyadari dirinya seperti diterpa angin kencang, dengan perkataan kakak tingkatnya barusan. "Gua ga ngatain lu. Gua nyuruh itu, biar lu nyaman. Ada beberapa baju yang kebesaran di gua. Mungkin cocok buat lu malam ini."
Hoodie berwarna orange yang hampir menyentuh lututnya dikenakan Raen. Dia menunggu pemilik apartemen ini selesai mandi. Tapi rasa ngantuk menyerangnya, tidak sadar Raen sudah meringkuk di atas sofa Ailean.
Pemilik apartemen itu, hanya berdecih dan membawa selimut untuk menutupi tubuh yang seperti janin.
Sedangkan, Ailean memilih menenggak alkohol di mini barnya. Pemandangannya tidak terlepas dari adik tingkat yang sesukanya itu. Awal mula dirinya mengetahui Edgar menyembunyikan sesuatu. Karena dia ingin membeli minum untuk beberapa narasumber acara dan beberapa makanan. Tetapi, langkahnya terhenti dengan satu hal yaitu Edgar ikut makan dengan mahasiswa baru yang mangkir di kantin.
Edgar membela habis-habisan makian yang diberikan panitia perempuan. Dan mengatakan bahwa mereka anak baik. Bahkan, dengan tidak tau malunya Edgar mengatakan adik tingkat yang lebih pendek itu meneraktirnya hanya karena tidak ingin dirinya melihat keduanya makan.
Pias, dengan pemikirannya yang dipenuhi seseorang perempuan. Ailean mengalihkan pandangannya ke arah jalanan sepi dan menggambarkan kegelapan malam. Membuka kaos putihnya, dan bertelanjang dada. Ailean seakan menikmati hembusan malam yang menerpa. Tanpa membuka jendela atau balkon.
Drtt
Drtt
Drtt
Getaran yang menganggu tidurnya, mampu membangunkan Raen dari tidur paginya. Dia melihat pelakunya adalah Clara yang menanyakan keberadaannya saat ini dan merasa bersalah telah meninggalkannya. Hembusan nafas kasar kembali menyadarkan Raen di mana keberadaannya. Selimut tebal menghangatkannya. Berbanding terbalik dengan itu, Ailean malah tidur di sofa yang berbeda tanpa menggunakan baju.