Sudah beberapa hari Seungmin mencoba menghubungi Hyunjin untuk memohon ijin keluar dari rumah sang seniman yang telah di huninya selama 3 tahun belakangan.
" Kenapa ponselnya selalu tidak aktif? Aku merasa tidak enak hati jika pergi begitu saja dari rumah itu. Aku harus bagaimana?" Tubuh Seungmin menggelosor, menyandar kuat pada kursi kerjanya.
Jam menunjukan pukul 22.15 malam namun sang empu belum menunjukan tanda-tanda akan meninggalkan meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan kertas dan map.
" Assisten Kim!" Panggil Manager Yoon yang melangkah mendekatinya.
" Iya Manager Yoon, ada yang bisa saya bantu?!"
" Coba kau cek email pengiriman material dari tuan Hong. Bukankah estimasinya hari ini?"
" Sebentar, saya cek dulu!" Seungmin mulai menggulir kursor di layar dan mencari email yang Manager Yoon maksud.
" Benar, seharusnya barang itu masuk sore ini."
" Apa kau sudah mendapat laporan dari pihak gudang bahan baku jika ada barang yang masuk sore ini? Seharusnya Manager Wang mengabari kita jika memang sudah terima. Bisa kau bantu aku untuk menelpon Manager Wang sekarang?"
" Sekarang? Apa --- tidak masalah?" Seungmin ragu.
" Tidak ap____"
" Tentu saja masalah!" Suara tegas lain menimpali percakapan keduanya.
" Oh, tuan! Selamat malam! Saya kira tuan sudah kembali." Ujar Manager Yoon basa basi.
" Manager Yoon! Aku peringatkan padamu untuk menjalankan tugasmu sesuai dengan jobdes yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hubungan antar suplier dan pengecekan fisik barang adalah tugasmu sepenuhnya. Sementara assisen Kim akan membantumu untuk membuat dokumen pajak, harga pemasaran dan pengeluaran, serta dokumen penting lainnya. Jangan menyalahi aturan yang ada jika kau tidak ingin terkena pinalti dari perusahaan!" Minho mentapa tajam hingga membuat Manager Yoon tak bisa berkutik.
" Ba --- baik --- tuan... Kalau begitu saya permisi." Manager Yoon kembali kekursi kerjanya.
Minho memperhatikan punggung acuh yang masih sibuk dengan komputer dan file di hadapannya. Minho mengekang pergerakan Seungmin dengan kedua tangannya. Kepalanya yang lelah Minho sandarkan di bahu kecil Seungmin.
" Sudah lewat lima belas menit, apa kau masih belum selesai dengan kertas-kertas itu sayang?" Bisik Minho menja.
" Kalau kau lelah, kau bisa pulang lebih dulu. Aku tidak memaksamu untuk menantiku saat kerja lembur."
" Apa itu artinya kau mengusirku secara halus?!" Raut kesal wajah Minho kembali menajam.
Seungmin menggeser kursinya, dia menahan kedua pipi Minho dengan telapak tangannya yang dingin dan menggerakan pipi tersebut dengan gemas.
" Mana mungkin aku berani mengusir laogong ku yang begitu tampan dan mempesona ini!" Ucap Seungmin gemas.
" Kalau begitu, berikan laogong mu ini satu ciuman besar di bibir, supaya aku tidak marah padamu lagi." Minho meruncingkan bibirnya.
" Jadi kau marah padaku?"
" Itu kalau kau tidak mau menciumku."
" Baiklah, kalau begitu marah saja! Aku tidak perduli!" Seungmin kembali berbalik menatap monitornya.
Minho terseringit, dia meraih dagu Seungmin dengan cepat dan menjatuhkan ciuman hangat di bibir pria manis itu, hingga membuat mata puppy Seungmin membulat.
" Apa yang kau lakukan?! Bukankah kau sudah berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu di kantor? Kalau Manager Yoon lihat bagaimana? Lalu CCTV nya --- aakhh! Aku malu!" Misuh Seungmin lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BL ] BLUE EMERALD
Fanfiction[ 2MIN AREA ] 23+ BIJAK SEBELUM MEMBACA!! Book ini mengandung konten dewasa 23+, BXB, Mpreg, dan lain-lain. Bagi yang berbeda pandangan / Belum cukup umur harap SKIP saja. Sekian dan terimagaji. Salam Manis, @Kyuji_25