3

1K 120 3
                                    

Waktu menunjukan pukul 2 dini hari. Seungmin menghela nafas panjang, memperhatikan punggung indah yang masih sibuk dengan kanvas dan cat nya di galeri.

" Istirahatlah! Ini sudah hampir pagi!" Seungmin menyodorkan segelas air hangat pada Hyunjin.

" Terimakasih." Hyunjin menerimanya dengan senang hati.

" Hah? Apa itu lukisan lotus Emerald? Bunga langka dari planet ini?"

" Iya. Aku ingin memamerkannya dalam acara seni di planet delapan sebagai maha karyaku. Bagaimana pendapatmu? Apa ini cukup indah?"

" Entahlah ---- aku sendiri tidak pernah melihat bunga itu secara langsung. Jadi aku tidak bisa membandingkankan ke duanya."

" Apa kau ingin melihatnya?"

" Apakah bisa? Aku dengar bunga itu hanya tumbuh di museum sejarah di planet delapan dengan penjagaan yang super ketat."

" Kebetulan pameran seninya akan di selenggarakan di sana. Aku juga mengenal dengan baik kepala penjaga di sana. Aku bisa meminta ijin padanya jika kau mau."

" Wah! Aku mau! Jeongin pasti akan sangat senang mendengar hal ini."

" Ini semua tidak ada hubungannya dengan anak itu!" Raut wajah Hyunjin yang terlihat ramah tiba-tiba berubah ketat dan masam.

" Sebenarnya --- dari pada melihat bunga itu ---- aku lebih berharap kau bisa lebih memperhatikan Jeongin. Anak itu selalu mencintaimu. Tidak bisakah kau melihatnya untuk semenit saja dan biarkan dia merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ayah." Seungmin menatap khawatir punggung yang kini menjadi lebih dingin dari gunung es.

" Sudah ada kau yang menjaganya, aku tidak perlu semua melakukan itu." Tegas Hyunjin.

" Jeongin mengalami lebam di bahunya hingga membuatnya demam sejak pulang sekolah. Dia terus menangis tanpa henti merintih kesakitan."

" Apa yang dokter katakan?"

" Lukanya tidak parah, hanya saja Jeongin mengalami shock dan ketakutan berlebih hingga membuatnya demam."

" Apa kau tidak mencari tahu bagaimana luka itu bisa bersarang di tubuhnya?"

" Dia mengatakan padaku jika ada monster yang mendorongnya --- entahlah..." Seungmin mengangkat bahunya.

" Sejak kecil, Jeongin memiliki kebiasaan memanggil seseorang yang menakutkan dengan sebutan monster. Apa kau ingat?"

Seungmin merenung sebentar untuk mencerna apa yang Hyunjin katakan.

" Benar juga! Itu artinya ada seseorang yang mendorongnya."

" Mama...." Suara lirih itu menghentikan perbincangan ringan pagi ini. Jeongin turun dari kamarnya dengan membawa guling kesukaannya dan selimut keropi kecilnya.

" Sayang, kau sudah bangun? Kemarilah!" Seungmin melambaikan tangan dengan senyum manis pada Jeongin, namun fokus sang anak tertuju pada sosok di samping Seungmin yang terus membuang pandangan darinya.

" Mama..." Lirih Jeongin hampir menangis. Tubuhnya gemetar hebat. Sosok tampan itu menjadi sangat menakutkan di mata Jeongin.

" Kemarilah sayang!" Seungmin tetap meminta sang anak masuk kedalam galeri sang ayah.

Bukannya menghampiri lambaian tangan Seungmin, Jeongin menggeleng dan perlahan melangkah mundur.

" Lihatlah, betapa menakutkannya kau baginya. Jika keadaan ini terus berlanjut maka lambat laun, kau pasti akan kehilangan cinta dan kasih sayang dari Jeongin." Seungmin bangkit dan berjalan menghampiri Jeongin, sementara itu Hyunjin hanya diam di kursinya dengan ujung matanya yang menguntit langkah Seungmin.

[ BL ] BLUE EMERALDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang