Hari minggu, sekolah otomatis libur, Rio sudah siap berpetualang bersama Sohee, ia memakai baju santai nya, serta topi, dan sekantong makanan untuk sahabat nya itu.
"Ayo hyung, antar aku ke rumah Yuri appa" pinta Rio pada Minho.
"Tuan muda harus ijin mama dulu" tolak Minho.
"Papa sudah mengijinkan nya"
"Cepat hyung" Rio buru-buru karena sang mama sedang mandi, jadi ini kesempatan baginya untuk melarikan diri, ia tak mau mama nya nanti tahu, sebab pasti akan di larang.
"Hyung tidak berani tuan muda" Rio pun langsung kembali masuk ke dalam rumah, dan mendapati sang ayah sedang menelpon seseorang sambil berjalan keluar menuju garasi.
"Papa, ayo antar Rio ke rumah Yuri appa" Rio menarik tangan kiri sang ayah, jika sudah begini, Minho pun juga tak berani menahan nya, sesampai di rumah Yuri, Rio ijin untuk ke rumah Sohee, ia berlari girang menuju ke rumah sahabat nya itu.
"Aku tidak bisa bermain dengan mu hari ini" kata Sohee.
"Kenapa?" Tanya Rio kecewa.
"Halmeoni sakit, jadi aku harus menemani harabeoji bekerja sekarang" jawab Sohee.
"Sohee-ya" panggil sang kakek
"Aku harus berangkat dulu Rio-yaa" pamit Sohee.
"Aku ikut" Rio mengejar sahabat nya itu sambil menyerahkan kantong berisi makanan yang ia bawa dari rumah tadi.
"Gumawo" Sohee tersenyum senang, sambil mendorong gerobak sampah sang kakek di bantu Rio.
Di rumah Im
"Oppa, dimana Rio?" Tanya Seohyun pada Minho
"Ke rumah tuan besar, nyonya"
"Dengan siapa?"
"Diantar papa nya, nyonya"
"Ayo sekarang kita susul kesana" Seo tidak senang Rio memiliki teman perempuan selain Jennie, karena ia tak percaya pada gadis lain.
Dan setiba di rumah Yuri, Rio tak ada, Yoong juga sudah tak ada.
"Aku tidak tahu jika Rio akan kemari" jelas Jessica yang memang tak merasa sang keponakan datang ke rumah nya, karena ternyata, Rio turun di depan rumah dan langsung ke rumah Sohee, Yoong sendiri juga tak memastikan sang putra masuk ke dalam rumah hyung nya, Seo di buat cemas, mau menghubungi sang suami tak berani karena Yoong sedang ada pertemuan penting menyangkut bisnis nya.
Sementara Rio, ia membantu harabeoji Han dan Sohee mengambil sampah dari rumah ke rumah, gadis berandal itu nampak berkeringat sambil mendorong gerobak sang kakek, Rio pun mengambil sapu tangan di kantong celana pendek nya, dan mengusap peluh Sohee, gadis itu tersenyum simpul, dan meraih sapu tangan tadi dari tangan Rio.
"Rio!"
Deg
Seohyun yang hendak pulang kembali, berpapasan dengan sang putra, ia terkejut bukan main melihat Rio berpanas-panasan mendorong gerobak sampah yang kotor dan bau.
"Mama" gumam Rio ketakutan, Sohee memincingkan mata nya menatap perempuan yang Rio panggil mama itu, Seo turun dari mobil nya, menghampiri Rio dengan wajah marah.
"Sohee-yaa" panggil Rio, ia takut sang mama akan mengamuk pada gadis berandal yang ia sukai itu.
"Nyonya" Sohee menahan tangan Seo yang hendak meraih tangan Rio.
"Singkirkan tangan kotor mu itu!" hardik nya, sang kakek tak tahu kejadian itu, karena ia sedang mengambil sampah ke dalam rumah salah satu penghuni komplek, Sohee langsung mundur.
"Sohee-yaa" hanya itu kalimat yang Rio ucapkan berulang kali, menatap gadis nya yang kian menjauh karena Rio di tarik sang mama ke dalam mobil nya.
Seo menunjukan amarah nya hanya di depan Sohee, saat hanya bersama Rio, dia kembali bersikap lembut, pria muda Im itu duduk menghadap jendela memunggungi sang mama, ia pasrah saat tiba di rumah Seohyun memandikan nya, dan hari Minggu itu adalah hari terakhir Rio bertemu Sohee, karena keesokan hari nya, gadis itu sudah tidak masuk sekolah lagi.
Rio pun khawatir, dengan ajaran Sohee, ia pun membolos, melarikan diri saat jam istirahat, ia berjalan melewati pasar, seperti biasanya saat bersama Sohee, dan langsung ke rumah gadis itu, tapi kosong, rumah nya tertutup rapat, dan sudah tak ada lagi kehidupan di sana.
"Apa kamu yang bernama Rio?" Tanya seorang pria muda yang bekerja di kontruksi bangunan yang belum jadi.
"Iya samchon, aku Rio" jawab nya
"Cucu tuan Han menitipkan ini pada ku, untuk diberikan pada teman nya yang bernama Rio" pemuda itu menyerahkan sebuah topi baseball yang terdapat surat di dalam nya, ia pun buru-buru membuka kertas itu dan membaca nya.
Untuk Rio:
Rio, maaf aku tidak sempat berpamitan pada mu, harabeoji membawa ku pindah entah kemana, aku tidak tahu, sapu tangan mu tempo hari belum sempat aku cuci, jadi aku mengganti nya dengan topi ini, terima kasih sudah bersedia menjadi sahabat ku meski hanya sebentar, tapi bersama mu sangat menyenangkan.Salam
SoheeRio meremas surat tadi, ia lalu berlari ke rumah Yuri sambil menangis hebat.
"Appa! Eomma!" Teriak Rio dari luar, Jessica pun terkejut, ia menatap jam dinding di dapur.
"Jennie belum pulang, tapi kenapa aku seperti mendengar suara Rio? Bukan kah masih jam sekolah?" Batin Jessica bertanya.
"Nyonya besar di dapur tuan" teriak salah satu pegawai Jessica yang melihat Rio lari memasuki rumah Yuri, mendengar suara langkah kaki cepat, Jessica pun menoleh ke arah pintu.
"Eomma" Rio langsung menubruk tubuh Jessica sambil menangis.
"Hey, ada apa? Siapa yang berani menyakiti Rio?" Bingung Jessica membalas pelukan sang keponakan, tapi Rio tak menjawab, ia menangis tersedu-sedu atas kepergian Sohee, yang tiba-tiba dan entah kemana.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Glasses
Fanfictiontentang Rio yang terjebak dalam situasi mother complex, lalu di pertemukan dengan gadis lugu berkacamata Kim Rosseane