Siang itu itu juga, Rose langsung pulang ke rumah nya di pegunungan Halla, perjalanan nya sangat lah jauh, hingga malam ia baru tiba di rumah orang tua nya, Rose berdiri di depan pintu gerbang rumah nya, suasana yang ia rasa kan masih lah sama, dan sangat ia rindukan semenjak ia mulai aktif kuliah enam bulan yang lalu.
Rose tak memberi tahu keluarga nya jika ia akan pulang hari ini, ia ingin memberi kejutan pada appa, eomma dan oppa, jadi ia langsung membuka pintu gerbang dan masuk begitu saja, ia melirik jam tangan yang menunjukan jika biasanya jam segini, keluarga mereka pasti sedang makan malam bersama, Rose pun tak sabar untuk segera masuk dan ikut menikmati masakan sang eomma, tanpa mengetuk, Rose langsung menuju me pintu samping yang menuju ke ruang makan di dekat dapur.
Brak
"Appa, eomma, Rose pu. . . " appa Kim, Fanny eomma dan Jisoo semua menatap terkejut ke arah pintu di mana Rose muncul, mereka semua kaget setengah mati, begitu juga dengan Rose, melihat menu yang keluarga nya santap, hanyalah bubur dengan lauk sayur asin.
Kim appa pun langsung tersadar, menatap raut wajah sang putri yang berubah sendu.
"Putri appa pulang, ayo kemarilah nak, kita makan malam bersama, oppa mu bosan makan nasi dan daging, jadi ia meminta eomma untuk memasak bubur dan sayur asin saja, tahu kamu akan pulang, pasti appa akan meminta eomma mu belanja daging di tempat tuan Oh tadi" appa Kim mulai bersandiwara, ia menyenggol kaki sang istri, memberi kode agar tak memasang raut wajah sedih.
"Iya Rose, daging terus tak baik untuk kesehatan appa yang sudah semakin menua" imbuh Jiso
"Duduklah nak, mau eomma belikan daging? Toko tuan Oh pasti masih buka" Tiffany buru-buru berdiri, hendak berhutang satu potong daging segar di toko ujung jalan masuk ke kampung nya.
"Tidak perlu eomma, Rose sudah sangat lapar, kita makan ini saja" cegah Rose, hati nya teriris melihat keluarga makan seadanya, karena gagal panen dan demi mengirimi nya uang untuk biaya kuliah, ia lalu mengambil tempat duduk di samping Jisoo, lesehan dengan meja makan bundar, dan eomma mulai mengambilkan nya bubur serta sayur asin, appa menuangkan air putih untuk sang putri, Rose melahap bubur nya sambil menunduk, air mata nya menetes membasahi tangan kanan nya, Jisoo melirik sang dongsaeng, ia tahu Rose sulit menelan bubur nya karena ia menangis dalam diam.
Mereka berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam, appa Kim memasuki kamar nya, dan keluar lagi membawa kotak kayu kecil tempat ia menyimpan uang tabungan nya selama ini.
"Maaf appa belum bisa mengirimi mu uang Rose, tapi ini masih ada tabungan yang bisa kamu gunakan untuk mencicil biaya kuliah mu" appa Kim menyerahkan beberapa lembar uang yang yang tersisa untuk sang putri, karena ia berpikir jika Rose pulang untuk mengambil uang yang tak kunjung appa kirim, padahal bukan itu alasan nya.
"Gumawo appa" suara Rose tercekat, ia tetap menerima uang pemberian appa nya agar tak curiga, sang ayah tersenyum bangga.
Pagi-pagi sekali, Rose sudah terbangun, ia memakai jaket tebal nya, keluar menuju perkebunan sayur milik orang tua nya yang berada di belakang rumah, perasaan Rose tak karuan melihat kebun yang rusak karena hama, dan belum sempat ayah nya urus.
"Kami belum punya dana untuk membeli pupuk dan bibit, jadi appa membiarkan dulu kebun kita seperti ini" Jisoo ternyata mengikuti Rose sejak sang dongsaeng terbangun tadi.
"Lalu kalian makan dari mana?" Tanya Rose, jika tidak menanam sayur, mereka pasti tak punya penghasilan bukan.
"Appa dan eomma bekerja di tempat tuan Shindong, mengechek sayur kiriman dari luar kota, dan oppa yang mengangkut nya menggunakan sepeda appa" jawab Jisoo, melihat dan mendengar cerita tentang keluarga nya yang mengalami kesulitan, Rose pun jadi berubah pikiran.
"Oppa" Jisoo menoleh
"Aku akan menikah minggu depan, tapi tolong jangan beri tahu appa dan eomma" beritahu Rose, Jisoo terbelalak.
"Kamu, astaga Rose, apa yang kamu lakukan" Jisoo tak percaya sang dongsaeng tiba-tiba memutuskan untuk menikah padahal baru enam bulan yang lalu Rose pindah ke kota.
"Jangan-jangan. . ." Tebak Jisoo mengira Rose hamil di luar nikah.
"Tidak oppa, demi Tuhan tidak, aku belum pernah di sentuh oleh siapa pun"
"Lalu?" Jisoo tak habis pikir dengan ucapan Rose.
"Ini hanya sementara oppa"
"Maksud mu?"
"Aku berencana akan menceraikan nya setelah kuliah ku selesai oppa, itu lah kenapa aku melarang oppa memberitahu appa dan eomma"
"Apa dia orang kaya?" Rose mengangguk
"Jadi kamu hanya akan memanfaatkan hartanya?"
"Tepat sekali oppa"
"Jika kamu hamil, bagaimana cara ku memberitahu appa dan eomma?" Jisoo terlihat putus asa
"Tidak oppa, karena kami tidak tinggal serumah, oppa jangan khawatir" Rose berusaha menenangkan kakak lelaki nya itu.
"Kenapa harus seperti ini Rose? Apa tak ada jalan lain?"
"Tawaran seperti ini tidak akan datang dua kali oppa" Jisoo mengacak rambut nya sendiri yang tak gatal.
"Ini, oppa serahkan pada appa, gunakan untuk membeli pupuk dan bibit sayur" Rose menyerahkan uang pemberian Seo beberapa waktu yang lalu.
"Kamu punya uang sebanyak ini?" Kaget Jisoo tak percaya.
"Pemberian nyonya, mama dari calon suami ku oppa" jawab Rose.
"Katakan pada appa dan eomma aku kembali ke kota karena aku harus ke kampus" pamit Rose, Jisoo pun segera memeluk tubuh dongsaeng nya itu.
"Jaga diri mu Rose, maaf oppa belum bisa melakukan apa-apa untuk keluarga kita, dan jadi kamu yang harus menanggung semua nya" sesal Jisoo dengan suara serak menahan tangis.
"Jangan merasa bersalah oppa, karena di sini pun oppa juga sudah bekerja keras menjaga appa dan eomma, terima kasih oppa" balas Rose dalam pelukan Jisoo.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Glasses
Fanfictiontentang Rio yang terjebak dalam situasi mother complex, lalu di pertemukan dengan gadis lugu berkacamata Kim Rosseane