Jessica dan Jennie tak mengatakan apa-apa pada Yuri tentang kecurigaan mereka, karena percuma, sebab Yoong tak percaya.
Ibu dan ayah kandung Rio tengah bersiap untuk tidur, Seo lebih dulu menidurkan Rio, ia kembali ke kamar nya, dan menemukan Yoong sudah berdiri sambil menyilangkan kedua tangan nya di dada, menyandarkan pantat nya di meja kerja sang istri, Seo menatap curiga pada suami nya.
"Rio akan aku kuliahkan di luar negeri"
Deg
Seo terkejut, ia tak mungkin bisa jauh dari Rio, ekspresi nya berubah.
"Tidak, aku tidak setuju, kehidupan di luar negeri tidak cocok untuk orang-orang Asia, terutama Rio yang masih tergantung pada kita" tolak Seo.
"Aku bisa mengirim asisten guna melayani Rio dua puluh empat jam, tujuh hari seminggu"
"Tidak oppa, aku tidak tega membayangkan Rio diluar sana bersama asisten yang juga adalah orang asing" Seo keukeuh, menolak keinginan Yoong.
"Jika oppa tetap memaksa, Rio akan ku bawa kabur"
"Kamu mengancam ku?"
"Iya, karena oppa terus memaksa, keputusan dalam sebuah rumah tangga tidak bisa di ambil hanya sepihak oppa" suara mereka saling meninggi, pertengkaran pun terjadi.
"Kalau begitu, berhenti meminum pil sialan ini" teriak Yoong.
Byaaarrr. . .
Ia melempar botol berisi pil anti hamil milik Seohyun yang ia temukan di laci nya, wanita itu terbelalak kaget, tak menyangka suami nya akan menemukan pil itu.
"Kamu juga tidak pernah meminta persetujuan ku tentang pil sialan itu, kamu yang memulai semua ini Hyunie" hardik Yoong, Seo terdiam, ia kalah sekarang, karena Yoong telah mengetahui tentang pil yang menyelamatkan hubungan gelap nya dengan sang putra.
"Aku tidak akan mengirim Rio kuliah ke luar negeri, asal kamu mengandung anak ku" pinta Yoong, Seo tak langsung menjawab.
Akhir-akhir ini, ia terlihat murung, memikirkan permintaan Yoong tentang anak, jika Seo tak meminum pil itu, sulit bagi nya nanti untuk mengetahui apakah itu anak Yoong atau Rio, jadi ia dilema.
Seo lebih banyak diam dan selalu menatap Rio dengan tatapan yang berbeda, mungkin memikirkan permintaan Yoong suami nya, dan dia yang juga tak mau berpisah dengan sang putra.
Seminggu lebih, Seo dan Yoong terlibat perang dingin, mereka saling mendiamkan, meski tidur dalam kamar dan ranjang yang sama,tanpa di sadari oleh Rio, mereka sedang makan malam bersama, dan Yoong pun mulai bertanya pada Rio.
"Rio, sebentar lagi kamu akan mulai masuk ke perguruan tinggi bukan?" Seo melirik tak senang pada sang suami.
"Ne papa"
"Coba mulai sekarang pikirkan, kamu mau kuliah di negara mana?"
"Menurut papa, kamu paling cocok dengan atmosfir Inggris" Rio tersenyum lebar, dalam hati ia tentu sangat bahagia, karena berarti dengan kuliah di luar negeri, ia bisa bebas dari cengkeraman sang mama, Rio yang waktu di sekolah nya terjadi kasus pelecehan seksual, mulai mencari-cari tentang hal-hal semacam itu di internet, dan ia menyadari bahwa, apa yang ia dan mama nya lakukan selama ini, adalah salah satu perbutan pelecehan seksual, itu lah kenapa Rio ingin lepas dari bayang-bayang sang mama.
"Pilihan ke dua kemana boy?"
"Tentu saja Swedia pa" antusias Rio, dan ini membuat Seo gelisah, karena mereka mulai membicarakan tentang kuliah Rio.
"Nanti biar papa yang urus semua nya, termasuk asisten pribadi buat mu di sana nanti" lanjut Yoong, Seo masih terdiam, selesai makan malam, dan menonton tv sejenak sambil menikmati dessert, Rio dan Yoong pun memasuki kamar masing-masing, Seo langsung menyusul sang suami.
Brak
Seo membanting pintu kamar nya, dan Yoong menoleh acuh, melanjutkan kegiatan nya memakai piyama tidur.
"Baik, aku akan mengandung anak oppa, asal biarkan Rio tetap berkuliah di sini, di kampus tempat aku mengajar" Seo pun menyerah, ia kalah, dan akhir nya memilih untuk menuruti kemauan Yoong.
Sebelum mereka tidur, Seo ke kamar Rio lebih dahulu, untuk menidurkan sang putra.
"Ma, Rio sudah bisa tidur sendiri sekarang" tolak nya halus.
"Tidak, mama tetap akan melakukan apa yang sudah menjadi kebiasaan kita" paksa Seo.
"Ma, Rio sebentar lagi kuliah di luar, jadi mari kita sama-sama belajar untuk tidak saling tergantung" mohon Rio pada sang ibu.
"Tidak ada yang akan kuliah ke luar negeri, semua keputusan di tangan mama, dan mama sudah bicara dengan papa" tegas Seo, lemas sudah tubuh Rio mendengar penuturan sang mama, ia tak bisa menolak lagi setiap kemauan Seohyun, terlalu pasrah karena saking putus asa nya.
Dan akhir nya, Rio pun lulus dari Senior High School nya, dan mulai berkuliah di kampus tempat sang mama mengajar, bersama Seulgi dan Jenno juga, ia menjadi maba idola dengan wajah tampan nya, tubuh tinggi tegap, aura boy material nya begitu mempesona, membuat gadis mana pun tak akan pernah bosan untuk menatap Rio, sang ayah juga telah menghadiahi nya mobil, sebagai penunjang segala aktivitas nya setelah menjadi seorang mahasiswa.
"Dia tampan bukan?"
"Dia keren, wajah nya menggemaskan"
"Ku dengar dia adalah putra salah satu dosen kita" bisik para mahasiswi yang berpapasan dengan Rio di lorong kelas.
"Rio, ayo kita ke kantin, disana banyak yeoja-yeoja cantik katanya" ajak Seulgi, Jenno mengangguk setuju.
Ketiga pemuda itu pun mulai memasuki pintu kantin, dan semua tatapan para yeoja mengarah pada Rio, sampai tak berkedip.
"Rio!" Seru Jennie
"Noona" balas Rio, Jennie memberi kode pada sepupu nya itu untuk bergabung di meja nya, dan Rio pun setuju.
"Wendy, kenalkan, Rio ini adalah sepupu ku, bersama teman-teman nya, Seulgi dan Jenno" Jennie memperkenalkan kedua sahabat nya.
"Hallo noona, aku Rio" sambut nya ramah, seperti nya, Rio menikmati status baru nya sebagai mahasiswa baru, ia tak tahu, jika Seohyun selalu memantau nya.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Glasses
Fanfictiontentang Rio yang terjebak dalam situasi mother complex, lalu di pertemukan dengan gadis lugu berkacamata Kim Rosseane