Rose langsung memeluk Rio, mendekap kepala nya untuk menenangkan sang suami.
"Apa pun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan oppa, tetaplah tinggal, apa yang terjadi adalah bagian dari masa lalu, dan aku percaya, oppa tidak bersalah, jangan pergi, anak kita butuh papa nya" ucap Rose yang memilih bertahan untuk tetap berada di sisi Rio, meski ia bermasa lalu kelam, Rio membalas pelukan sang istri, tangis nya semakin menjadi, karena selama ini ia menyimpan beban nya sendiri, dan sekarang ada Rose sebagai teman berbagi nya.
Rose, gadis delapan belas tahun yang baru pertama kali mengenal namja, dan pertama kali juga merasakan jatuh cinta, itu pada Rio, ia memilih untuk tetap bertahan pada pria pertama nya itu, pria yang selama ini bersembunyi di balik topeng kepura-puraan, yang akhir nya berani keluar setelah bertemu dengan gadis lugu berkacamata, yaitu Rose.
Rio memilih hidup sederhana di tempat Rose, ia menyerahkan perusahaan nya pada Jennie, dan membantu mertuanya menjadi petani sayur, sang istri tengah memakan buah semangka yang dipetikan oleh appa Kim, mereka juga menanam buah tapi tidak banyak, Rio yang baru selesai memberi pupuk pun mendekati sang istri, Rose tersenyum dan menyuapi sang suami, Rio pun menerima nya.
Cup
Rio mengunyah sambil mengecup pipi istri nya.
Cup
Lagi ia mengecup, Rio tak bisa berhenti menciumi pipi istri nya yang menggemaskan.
"Oppa, hentikan" ujar Rose sambil tertawa geli.
"Tidak bisa, kamu terlalu menggemaskan, salahkan saja pipi mu" balas Rio, ia kembali menciumi pipi Rose.
Perut Rose semakin membesar, usia kandungan nya sudah hampir sembilan bulan, karena kasur mereka lesehan, Rose kesusahan untuk berdiri setiap bangun tidur, dan harus dengan bantuan suami nya, Rio pun tak tega melihat istri nya kepayahan, siang itu Rose tidur siang di ruang keluarga, dengan posisi miring, terdengar suara berisik dari samping rumah, yang membuat Rose terganggu, ia lalu terjaga, ia berusaha berdiri sendiri dan bisa, kemudian berjalan menuju samping rumah untuk melihat apa yang menjadi sumber keberisikan tadi.
Rupanya Rio sedang membuat sebuah dipan untuk istri nya, agar Rose tak kesusahan lagi setiap akan bangun atau akan tidur, di bantu appa dan Jisoo untuk memasukan nya ke dalam kamar, ia juga yang menata nya sendiri, dan Rose hanya duduk diatas dipan menemani sang suami sambil mengusap-usap perutnya sendiri.
"Jika seorang perempuan bertemu dengan pria yang tepat, ia akan di perlakukan seperti ratu, dan sebaliknya, jika perempuan bertemu pria yang salah, ia akan diperlakukan seperti pembantu" ujar appa Kim
"Iya, dan aku lega putri kita bertemu dengan Rio" balas Fanny eomma, melihat perlakuan Rio pada Rose yang masih sangat muda, mereka hendak tidur malam itu, Rio menatap iba sang istri yang tak bisa berbaring dengan bebas, terlentang sesak nafas, miring kiri terus capai, ganti miring kanan susah.
"Begini saja" Rio menahan tubuh sang istri, lalu memberinya tumpukan bantal yang banyak di balik punggung Rose, jadi ia bisa tidur dengan posisi setengah duduk, Rio rela memberikan semua bantalnya demi kenyamanan sang istri, ia tak tidur demi menjaga sang istri yang mungkin akan terbangun jika butuh sesuatu, dan benar.
"Oppa, aku ingin buang air kecil" kata Rose.
"Oh baiklah, ayo" Rio membantu Rose berdiri dan menemani nya ke kamar mandi.
"Oppa, aku ingin di peluk" pinta Rose manja.
"Baiklah" Rio duduk di tempat Rose tidur tadi dan kini sang istri tidur sambil menyandarkan punggung nya di tubuh Rio, tapi dengan begini, Rio justru malah bisa ikut tertidur, sambil mengusap-usap perut besar istri nya.
Deg
Rio tersentak karena tangan nya merasakan tendangan dari dalam perut Rose, tapi sang istri tetap terlelap tak terganggu sama sekali, mungkin karena sudah terbiasa.
Rose mulai merasakan kontraksi, ia mengeluh mulas pada Rio, yang akhir nya membawa Rose ke rumah sakit dengan mobil nya, bersama Fanny eomma yang akan menemani sang putri, seorang wanita yang akan melahirkan, pasti butuh sosok seorang ibu, apalagi Rose masih belum genap berusia dua puluh tahun, jadi appa dan eomma pasti akan mengkhawatirkan nya.
Rio menemani sang istri memasuki ruang bersalin, Fanny eomma menunggu dengan gelisah, tak lama Jennie muncul sendiri, ia sudah dikabari Rio, tapi sang sepupu meminta ia untuk tidak memberitahu Yuri appa dan papa Yoong, ia tak mengenali Tiffany, jadi keduanya saling acuh.
Suara tangis pun terdengar, Jennie terkejut, tapi bahagia, Fanny eomma tersenyum lega, kedua nya saling bertatapan penuh tanya karena sama-sama bereaksi oleh suara tangis anak dari Rio dan Rose.
"Anda siapa?" Tanya Jennie ragu pada Tiffany.
"Saya Tiffany, putri saya yang melahirkan di dalam" jawab nya
"Astaga, nyonya Kim?" Tebak Jennie, Tiffany mengangguk.
"Anda?" Ia balas bertanya.
"Saya Im Jennie, sepupu nya Rio, nyonya, maaf tidak mengenali nyonya Kim" Jennie berkali-kali membungkuk, meminta maaf.
"Tidak apa-apa Jennie-ahh, kita memang belum pernah bertemu bukan" ujar Fanny eomma, ia tersenyum bahagia, menggenggam tangan kanan Jennie dengan kedua tangan nya.
"Eomma, noona" panggil Rio, ia keluar sambil menggendong bayi nya.
"Hey cucu eomma" sambut Tiffany, Rio menghampiri nya, dan sang eomma mengambil alih sang cucu dari gendongan menantu nya.
"Dia namja eomma" beritahu Rio.
"Noona, ini eomma, kalian belum saling mengenal kan?" Rio memperkenalkan sang mertua nya.
"Sudah Rio" jawab Jennie.
"Sebentar lagi Rose keluar" beritahu Rio.
"Iya, aku sudah rindu, lama tidak mengobrol dengan Rose" balas Jennie.
Hidup Rio kini terasa lengkap, dengan kehadiran seorang putra yang ia beri nama Im Hueningkai, setelah pengakuan nya pada Rose waktu itu, Rio bisa sedikit berubah sekarang, menjadi lebih terbuka, dan menjadi sosok ayah serta suami yang menyayangi keluarga nya, Rose menimang baby Kai yang terbangun dan merengek menangis, Rio ikut terbangun, ia menemani sang istri yang terjaga.
"Kemarilah, biar aku yang menggendong Kai, kamu tidur lah" ujar Rio, ia lalu menggendong Kai, dan menimang nya.
"Tapi oppa. . ." Tolak Rose
"Kamu juga butuh istirahat sayang, tidurlah" Rio menyelimuti sang istri, dengan tangan kanan nya, tangan kiri nya menggendong sang bayi.
Rio juga tak segan menggunakan punggung nya untuk sandaran sang istri sambil menyusui Kai saat tengah malam terbangun, seharus nya, seperti itulah cinta sejati, saling menerima, dan merawat anak bersama-sama, bukan hanya sang istri, tapi Rio juga ikut bertanggung jawab membesarkan, mendidik dan mengasuh Kai.
E N D
Masih ada epilog
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Glasses
Fanfictiontentang Rio yang terjebak dalam situasi mother complex, lalu di pertemukan dengan gadis lugu berkacamata Kim Rosseane