32. Demi

1.3K 202 36
                                    

Rose beberapakali terlihat meringis menahan nyeri di selangkangan nya, sebelum ia terbangun, Rio sudah lebih dulu pergi, dan meninggalkan uang saku untuk nya seperti biasa.

Sementara Rio melamun di kantor nya, membayangkan pergumulan nya dengan Rose semalam.

"Ternyata dia lebih nikmat" batin nya mesum, terjawab sudah rasa penasaran Rio beberapa hari belakangan ini.

Dan karena kesibukan nya, Rio tak lagi mengantar Rose ke kampus ia bahkan sudah dua minggu tidak mengunjungi istri nya, karena harus keluar negeri untuk memperbarui kontrak kerjasama pengiriman makanan siap saji, dan Rio tidak berpamitan, Rose pun murung, ia di landa rindu, duduk termenung di meja belajar nya sambil memangku botol sabun mandi nya, untuk ia cium aroma yang mengingatkan nya pada sang suami.

Tink tonk

Rose tersentak, ia spontan langsung berdiri dan berjalan cepat menuju ke pintu unit nya, berpikir bahwa akhir nya Rio datang.

Ceklek

"Unnie"

"Rose" ternyata yang datang adalah Jennie

"Aku boleh masuk kan?" Tanya Jennie.

"Tentu unnie, maafkan aku, ayo masuk lah" Rose mungkin kecewa karena tebakan nya salah, tapi bukan berarti ia tak suka dengan kehadiran Jennie, sang tamu pun masuk, meletakan tas nya diatas meja belajar Rose dan duduk di bangku nya, sang pemilik rumah duduk di tepi ranjang.

"Rio mengirim ku kesini, dia sedang di Indonesia sekarang" beritahu Jennie.

"Indonesia?" Gumam Rose

"Iya, salah satu negara pengimpor makanan khas Korea terbesar untuk saat ini" jelas Jennie.

"Dia meminta ku untuk memberikan ini pada mu" Jennie menyerahkan platinum card dari Rio atas nama Rose.

"Kamu bebas menggunakan nya, untuk apa pun, itu milik mu" ujar Jennie.

"Tapi unnie, aku tidak bisa menggunakan nya" Rose menatap polos pada Jennie, dengan ekspresi bingung, sang ipar terkekeh lucu.

"Ayo aku ajari, bersiap lah, kita keluar" ajak Jennie.

Mereka pun ke mall, Jennie mengajari Rose cara menggunakan platinum card nya, dan Rose yang memang pintar pun langsung bisa menangkap nya, saat mereka hendak pulang, kedua nya melewati sebuah toko optik, Rose menghentikan langkah nya, Jennie pun jadi ikut melakukan hal yang sama.

"Unnie"

"Hm" Rose menatap Jennie dengan ragu.

"Aku ingin mengganti kacamata ku, apa boleh?" Tanya nya ragu, takut Jennie tak akan mengijinkan nya, yang ditanya tersenyum lebar.

"Boleh Rose, kenapa tidak, guna kan kartu mu" balas Jennie, ia lalu menarik tangan kanan Rose memasuki toko optik, Jennie lah yang memilihkan nya, karena sang ipar masih minim pengalaman, dan Rose yang menurut saja, mereka pun menunggu pesanan kacamata Rose siap, sambil duduk santai dan di siapkan minuman kemasan karena yang merela beli adalah kacamata mahal.

"'Kacamata mu yang ini mulai tak enak atau bagaimana?" Tanya Jennie, Rose malah langsung tertunduk malu dengan wajah memerah, Jennie pun mengerutkan kening nya.

"Aku. . . Aku. . ." Jawab Rose, Jennie pun di buat makin penasaran.

"Jika aku ingin tampil menarik di hadapan oppa, salah tidak?" jujur nya takut dan ragu.

"Tantu saja boleh, begitulah seharus nya cara perempuan mempertahankan milik nya, Rio adalah suami mu, tampil cantik di hadapan nya adalah kewajiban mu" gemas Jennie, ia lalu menarik tangan kanan Rose, mengatakan bahwa ia akan pergi sebentar pada pegawai optik.

"Kita kemana unnie?" Bingung Rose.

"'Membeli alat untuk mempercantik diri" jawab Jennie acuh.

"Tapi unnie, aku malu" Rose menghentikan langkah nya.

"Percayalah, Rio tak akan menertawakan mu" yakin Jennie, ia kembali menarik tangan Rose, memasuki sebuah toko kosmetik, dan toko baju, sebelum mereka kembali ke apartemen Rose, kedua nya mengambil kecamata baru Rose tadi.

Jennie dan Rose terbahak bersama sambil mencoba segala macam kosmetik yang mereka beli tadi sambil berkaca, Jennie lah yang mengajari Rose.

"Kamu lebih cocok pakai make up yang tipis saja Rose" ujar Jennie sambil memakaikan sesuatu di bulu mata Rose.

"Oppa sendiri menyukai wanita yang tampilan nya seperti apa unnie?" Tanya Rose

"Jadilah diri mu sendiri, inti nya itu, karena percuma menarik tapi meniru orang lain, berarti dia tak tulus menyukai mu nanti" nasihat Jennie

"Hilangkan rasa canggung mu pada Rio, ku lihat kamu masih lebih banyak diam, Rio tipe orang yang butuh di pancing, jika ia belum terlalu dekat, jika kalian sama-sama pendiam nanti, kalian tak akan segera menemukan kecocokan nanti" lanjut Jennie.

"Nah, coba pakai kacamata mu" Jennie telah menyelesai kan make up Rose.

"Sumpah kamu cantik sekali Rose" puji Jennie menatap tak percaya pada sepupu ipar nya itu, Rose pun segera mengambil cermin dari tangan Jennie dan berkaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sumpah kamu cantik sekali Rose" puji Jennie menatap tak percaya pada sepupu ipar nya itu, Rose pun segera mengambil cermin dari tangan Jennie dan berkaca.

"Apa unnie yakin oppa akan melirik ku nanti?" Tanya Rose, ia tentu takut usaha nya akan sia-sia, dan cinta nya bertepuk sebelah tangan.

"Percayalah Rose, apa yang membuat mu ragu pada usaha mu dan pada perasaan Rio? Padahal ia sudah menikahi mu" bingung Jennie, Rose meletekan cermin nya, dan menatap serius pada Jennie.

"Apa unnie akan marah jika aku bercerita yang sesungguh nya?" Tanya Rose.

"Tidak" jawab Jennie

"Meski aku jahat, unnie?"

"Menurutku kamu tidak jahat Rose"

"Aku jahat unnie"

"Aku hanya ingin memanfaatkan kekayaan oppa untuk membiayai kuliahku, untuk itu lah aku bersedia di jodohkan dengan oppa, atas permintaan mama Seo, aku menyanggupi nya, karena ku pikir aku tak akan mungkin jatuh cinta pada oppa karena kami hanya di beri waktu saat akhir Minggu saja untuk bertemu, tapi nyatanya aku salah, sebelum oppa pergi ke Indonesia, kami melakukan apa yang memang biasanya suami istri lakukan, dari situ aku menyadari bahwa aku mencintai oppa" air mata Rose pun menetes, Jennie yang tadi nya terkejut mendengar cerita Rose, kini berubah iba, ia tak tahu jika ada perjanjian seperti itu dalam pernikahan Rio, dan ia juga tidak tahu jika pernikahan mereka telah diatur oleh sang aunty, Jennie pun langsung memeluk Rose.

"Rasanya sakit unnie, menyadari bahwa oppa melakukan nya bukan karena mencintai ku" adu Rose, kini ia termakan dengan rasa percaya diri nya yang terlalu tinggi kala itu, bahwa ia tak akan jatuh cinta pada Rio.


#TBC

Girl With GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang