"O-oppa"
"Hm?" Jawab Rio sambil mengunyah, ia menatap sang istri yang menemani nya menyantap sup ayam buatan Fanny eomma.
"A-aku ingin tahu, tujuan oppa kemari, karena setahuku kita telah bercerai" tanya Rose, menatap ragu juga takut pada Rio, ia hanya tak ingin, Rio memberi nya angin surga, sebab dulu ia dengan begitu mudah nya menandatangani surat perceraian mereka.
"Aku tak ingin bercerai dari mu, itu kemauan mama, bukan kemauan ku"
"D-dengan alasan?"
"Karena aku mencintai mu" Rose menggeleng, ia tentu tak percaya begitu saja dengan ucapan sang suami.
"Apa cara ku menunjukan nya masih kurang jelas, Rose?" Tanya Rio, Rose tak mengerti, karena selama ini Rio tak menunjukan apa-apa, sikap nya dingin, tak bicara jika tak di tanya, bahkan perubahan penampilan sang istri pun ia abaikan.
"Aku memakai shampoo dan sabun yang sama dengan mu, agar aku selalu ingat bahwa aku punya istri sekarang"
"Aku tak pernah membuka sendiri pintu apartemen mu saat datang, padahal aku tahu kode nya, karena apa? Karena aku ingin kamu lah yang membuka kan nya untuk ku, sebab aku jadi merasa seperti suami pada umum nya, yang kepulangan nya di nantikan oleh sang istri di rumah, dan melihat mu membuka kan pintu untuk ku sepulang kerja juga membuatku merasa bersemangat karena ada yang harus aku nafkahi sekarang"
"Lalu untuk apa aku mengajak mu bercinta jika bukan karena hati ku yang menginginkan nya?"
"Aku bukan nya tidak suka atau tidak tahu dengan perubahan penampilan mu, aku menyadari nya, dan mengakui kamu semakin cantik, tapi aku sengaja tak mengatakan nya, karena aku khawatir, kamu akan di ambil orang nanti, jika aku mengatakan yang sesungguh nya, kamu pasti akan selalu berusaha tampil lebih cantik setiap hari nya bukan? Itu tidak boleh, kamu di ijinkan untuk tampil cantik hanya untuk ku saja"
"Apa kamu tidak merasa aku jadi lebih sering mengunjungi mu di apartemen dan tak pernah harus menunggu sampai weekend lagi?"
Rose terkesiap menyadari semua penuturan Rio yang selama ini tak terpikirkan oleh nya, setahu dia Rio tak seperhatian itu, dia cuek dan angkuh, tapi ternyata ia adalah pria yang menunjukan rasa cinta dengan cara yang romantis.
"K-kenapa oppa baru mengatakan nya sekarang?" Lirih Rose
"Karena aku ingin meyakin kan appa Kim lebih dulu, agar dia tahu jika aku serius mencintai putri nya"
"B-bukan karena aku mengandung anak oppa?" Kini Rio yang di buat terkejut dengan pertanyaan sang istri, karena ia tak tahu jika Rose tengah berbadan dua.
"M-mengandung?" Rio tak percaya, suara nya bergetar, tangan nya gemetar, Rose mengangguk.
"Anak ku?" Ia masih tak yakin karena saking bahagia nya, Rose kembali mengangguk sambil menunduk.
"Jadi aku akan punya anak?" Antusias nya, Rose mengangguk lagi.
"Dan akan dipanggil papa?" Rio mulai senyum-senyum tak jelas, jika ada Jennie disana, pasti ia sudah memukul kepala Rio sekarang.
"N-ne papa" balas Rose, Rio menganga, ia malu dipanggil papa, jadi ia salah tingkah sekarang.
"Rosie" tegur nya, tapi ia lalu memeluk sang istri.
"Kamu adalah wanita yang aku pilih sebagai pendampingku, sampai akhir nanti, aku mencintai mu" ucap Rio diakhiri kecupan di kepala sang istri
"Aku juga mencintai mu oppa" balas Rose, ia tak lagi tergagap karena sekarang sudah yakin dengan perasaan Rio pada nya, Rio tersenyum lebar, ia pun mendekat kan wajah nya, menuju ke bibir sang istri.
Belum sempat bibir mereka bertemu, Jisoo tiba-tiba masuk, Rio langsung memutar kepala nya pura-pura menepuk nyamuk, Rose terkekeh lucu, dan Jisoo menatap curiga pada dongsaeng dan ipar nya itu.
"Oppa mau kemana?" Tanya Rose untuk menutupi rasa salah tingkah nya.
"Belanja ke toko tuan Shindong, untuk makan siang kita nanti, eomma yang menyuruh nya" jawab Jisoo.
"Biar aku saja hyung" interupsi Rio.
"Bukan nya kamu semalam demam, kata appa?"
"Tidak hyung, aku sudah baik-baik saja" jawab Rio.
"Ayo sayang, kita yang belanja" ajak Rio pada sang istri yang langsung tersipu malu, karena panggilan suami nya padahal ada Jisoo disana.
Mereka berbocengan menggunakan sepeda appa Kim.
"Di dekat sini ada pasar tidak?" Tanya Rio.
"Ada tapi jauh oppa, dari toko tuan Shindong masih sekitar satu kilometer lagi" jawab Rose sambil memeluk pinggang suami nya dari belakang.
"Kita ke pasar saja ya?"
"Oppa kuat tidak? Aku takut oppa kelelahan nanti?" Cemas Rose.
"Tidak, kita ke sana ya" Rio pun mengayuh sepeda nya dengan semangat, menuju pasar terdekat.
"Kita beli apa oppa?" Tanya Rose, Rio menyebut lauk dan sayur apa yang ia mau, lengkap dengan bumbu dapur nya, ia berjalan mengikuti sang istri sambil membawa belanjaan nya, Rose berhenti di sebuah kios, membeli sebotol air mineral.
"Oppa, minum dulu, pasti oppa lelahkan membawa belanjaan sebanyak ini" Rose menyerahkan botol tadi pada Rio yang langsung membuka nya.
"Kamu dulu, aku tak mau anak ku kehausan di dalam sini, karena diajak mengelilingi pasar" jawab Rio mengusap-usap perut sang istri yang masih rata, Rose tersenyum senang, mendapatkan perhatian dari suami nya, ia pun meminum beberapa tegukan, lalu memberikan nya pada Rio lagi, ia menyisakan setengah nya untuk di minum dalam perjalanan pulang nanti.
"Rose" panggil Rio menatap sebuah toko.
"Ya oppa" sang istri menoleh
"Aku ingin memberi kado untuk appa"
"Kita masuk sebentar ya?" Ajak Rio, mereka pun memasuki toko tadi dan membeli sesuatu, sebelum pulang, seluruh belanjaan tadi, Rio lah yang membayar nya.
Rose semakin mencintai Rio karena ternyata suami nya itu tulus sampai menyusul ke kampung dan meminta restu appa bukan karena janin yang di kandung oleh sang istri, tapi karena memang Rio mencintai Rose.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Glasses
Fanfictiontentang Rio yang terjebak dalam situasi mother complex, lalu di pertemukan dengan gadis lugu berkacamata Kim Rosseane