Setelah Seo keluar dari ruangan Rio, Jennie pun masuk.
"Aku melihat aunty tadi di luar, tidak biasanya dia kemari?" Tanya Jennie
"Iya, dia meminta ku menandatangi surat cerai" Jennie terbelalak mendengar nya .
"Dan kamu menandatangani nya?"
"Iya"
"'Apa kamu tidak mencintai Rose?" Heran Jennie tak habis pikir, Rio tak menjawab, doktrin sang mama sudah mengakar kuat di kepala Rio yang sudah dicuci otak nya oleh sang mama sejak masih kecil.
"Astaga Rio, kamu sudah tiga puluh tahun, sampai kapan hidup mu akan diatur terus oleh aunty? Apa kamu tak ingin hidup bahagia bersama wanita yang kamu cintai? Sudah saat nya kamu lepas dari aunty Rio, kamu sudah menikah dengan Rose, harus nya kamu berpikir dua kali sebelum menandatangani surat itu"
"Aku masih bisa menemui nya di apartemen nanti" santai Rio seolah itu bukan masalah besar.
"Lalu apa? Mengajak Rose bercinta, kemudian kamu pergi, dan datang saat butuh pelampiasan lagi? Rose adalah manusia yang punya hati dan perasaan Rio, bukan tempat pembuangan sperma" amuk Jennie, sebagai sesama wanita, ia tentu tahu bagaimana perasaan Rose, itulah kenapa Jennie mengamuk, tak terima dengan perlakuan Rio.
Sementara Rose, ia kembali ke desa nya, sambil membawa barang-barang nya, dengan wajah sembab, keluarga nya sedang beristirahat setelah mengirim hasil panen ke rumah tuan Shindong, pemilik toko sekaligus pengepul sayuran.
"Rosie" kaget sang eomma, ia lalu berdiri menghampiri sang putri yang langsung menangis di pelukan nya, Jisoo pun ikut mendekat mengambil alih barang bawaan sang dongsaeng, appa Kim hanya diam di tempat ia berdiri.
"Pasti ulah pria kurang ajar itu" batin nya, feeling Taeyeon tepat, sejak ia bertemu dengan Rio untuk pertama kali nya, ia sudah bisa menebak bahwa Rio pasti akan membuat putri nya menangis, dan tebakan nya benar, membuat Taeyeon jadi semakin membenci Rio.
Rose merenung, ia banyak melamun di rumah nya, wajah yang ceria dan penuh senyum sejak kecil, kini berubah, tentu appa jadi semakin kesal pada Rio, yang telah membuat putri nya menjadi seperti ini.
Sudah lima hari Rio tak mengunjungi apartemen Rose, ia akhir nya datang, tapi berkali-kali menekan bell, Rose tak kunjung membuka kan nya, Rio pun mencoba menelpon nya, tapi tidak aktif.
"Kemana dia?" Batin Rio bertanya, ia pun kembali pulang ke rumah nya, dan mengunjungi apartemen Rose tiga hari kemudian, tapi tetap tak menemukan wanita yang telah menjadi mantan istri nya itu.
Merasa putus asa, Rio pun mendatangi kampus Rose, ia melihat Jaehyun duduk di tempat yang biasa ia dan Rose gunakan untuk menghabiskan waktu istirahat nya, Rio pun menghampiri nya.
"'Dimana Rose?" Tanya Rio dingin
"Aku tidak tahu" jawab Jaehyun kesal karena ia menganggap cara Rio bertanya tidak lah sopan.
"Jangan bohong" tegas Rio
"Untuk apa aku berbohong?" Balas Jaehyun.
"Karena aku tahu kamu menyukai nya" Jaehyun tentu merasa diatas angin, karena Rio tahu tentang perasaan nya pada Rose.
"Kalau pun aku tahu, berarti aku tak harus memberitahu mu bukan?" Ejek nya, kini Rio percaya, Jaehyun memang tidak mengetahui keberadaan Rose.
"'Iya, aku percaya kamu tidak tahu di mana Rose, istri ku tak akan mungkin mendatangi pria lain selain suami nya" balas Rio, ia lalu pergi meninggalkan kampus, Jaehyun terbengong, ia kaget mendengar pernyataan Rio tentang suami istri
"Jadi selama ini" Jaehyun mulai mengingat keanehan Rose dan Rio saat mereka berpapasan, juga saat Rio rela menjemput Rose ditengah hujan deras waktu itu, saat Rio membalas perundungan Jimin pada Rose, hati Jaehyun patah lagi untuk kesekian kali nya dengan wanita yang sama.
Di desa, appa Kim berusaha menghibur sang putri, agar kembali ceria, dengan mengajak nya bermain tebak-tebakan dimana appa menyimpan uang nya, apakah di tangan kiri atau kanan nya.
"Jika benar, kamu berhak atas uang ini" kata appa menyodorkan kedua kepalan tangan nya yang salah satu nya berisi uang lima ribu ₩on.
"Hmm. . ." Rose nampak berpikir sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuk nya di dagu.
"Yang ini appa" tebak Rose menunjuk telapak tangan kiri sang ayah.
Taraaaa. . .
"Yaa oppa, aku dapat lima ribu ₩on" girang Rose, Jisoo dan sang eomma ikut terkekeh melihat kegirangan sang putri, dan appa Kim yang pura-pura menggerutu karena kalah.
"Ayo oppa kita belanjakan di toko tuan Shindong" Rose menarik tangan kanan Jisoo, mereka berboncengan pergi ke toko.
"Jangan kan lima ribu ₩on, apa pun akan ku pertaruhkan demi kebahagiaan mu Rose" ucap appa Kim begitu sang putri dan oppa nya pergi, ia membuka kepalan tangan kanan nya, yang mana disana pun juga terdapat uang dengan nominal yang sama, appa Kim sengaja melakukan nya untuk membuat putri nya terhibur, sementara Rose, wajah nya kembali murung di boncengan Jisoo, ia hanya pura-pura tertawa bahagia di hadapan sang ayah agar appa Kim tak mengkhawatirkan nya, tanpa di sadari oleh kedua nya, mereka sama-sama saling menjaga perasaan antara Rose dan appa Kim.
Rio masih menjalani hari-hari nya seperti biasa, hanya, ia melamun sekarang, sambil menatap sang mama, Yoong sedang pergi, Minho menjemput Somi sekolah.
"Mama tahu di mana Rose?" Tiba-tiba Rio bertanya, sang ibu menatap nya.
"'Tidak" jawab nya tenang kembali melanjutkan pekerjaan nya, menyiapkan materi untuk kuis besok pagi.
"Pertama Sohee"
"Kedua Sakura"
"Dan sekarang Rose"
Seo pura-pura tak terkejut mendengar Rio menyebutkan satu per satu nama gadis yang di sebutkan sang putra.
"'Rio yakin, mama terlibat di balik menghilang nya mereka" tebak nya.
Prediksi Rio salah, ia pikir dengan mempermudah memberi tanda tangan pada sang mama, ia tak akan melukai atau menyingkirkan Rose, tapi rupanya, sang istri tetap di hilangkan oleh Seohyun.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl With Glasses
Fanfictiontentang Rio yang terjebak dalam situasi mother complex, lalu di pertemukan dengan gadis lugu berkacamata Kim Rosseane