Hai hai semuanyaaa
Udah siap baca part ini?
Kasih bintang dulu dong biar makin semangat
Okee makasii
****
"Gue tau tentang masalah lo, kita sama kok, cuma beda alur aja." Kata Fadlan sambil memegangi penghalang yang ada di rooftop markas.
"Maksud lo?"
Fadlan tertawa hambar, "Devano dan Devaro, saudara tiri gue."
"What,"
"Bokap gue nikah lagi, tepatnya sama nyokap kandung mereka."
"Bukannya bokap lo kerja ke luar kota, ya?" Tanya Zidan menatap Fadlan yang berdiri disampingnya.
"Iya, memang. Tapi dia bohong." Ucap Fadlan sambil menoleh ke arah Zidan. "Gue tau, hidup dibanding-bandingkan itu nggak mudah." Imbuhnya.
"Gue kira hidup lo sangat bahagia, lo punya orang tua kandung yang lengkap. Sedangkan gue?" Balas Zidan lalu menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
"Tapi kita udah nggak satu rumah lagi." Timpal Fadlan. "Masalahnya lagi adik gue, Rania, pacaran Devano."
"Masalah lo ternyata cukup berat, sama kayak gue," balas Zidan.
"Gue pengen kehidupan gue yang dulu, hidup sederhana namun lengkap dengan ibu kandung gue dan suasana hangat. Dibandingkan sekarang, ayah gue kurang ngasih perhatian ke gue. Dan ibu tiri gue cuma ngincer harta ayah gue." Tutur Zidan dengan suara yang terdengar sangat lemah.
"Gue pengen ayah gue balik lagi kerumah tanpa membanding-bandingkan gue sama Devano."
Mereka sejenak terdiam, bagai ada sesuatu yang sangat penting dipikirannya.
"Lan," panggil Zidan dengan suara pelan.
"Ya?"
"Gimana rasanya punya nyokap yang selalu ada buat lo?"
"Nyokap gue baik, baik banget. Dan gue seneng. Tapi itu dulu, sekarang nyokap gue lebih menekankan gue buat lebih fokus tentang perusahaan." Fadlan menjeda kalimatnya lalu perlahan menundukkan pandangannya. "Padahal gue pengen jadi pelukis."
"Kalau lo? Gimana rasanya punya nyokap tiri yang nggak pernah sayang sama lo?" Fadlan berbalik menanyai Zidan.
"Dia cuma perhatian kalau ada bokap gue. Kadang kalau gue minta perhatian lebih sama dia, respons nya galak bener dah. Mirip singa kalau diambil sarapan paginya."
Fadlan tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban dari Zidan hingga perutnya terasa nyeri sedangkan Zidan hanya tertawa kecil. "Yang bener lo? Selain mirip singa dia mirip apa lagi?"
"Mirip..."
Kring kring
Belum saja fadlan menyelesaikan kalimatnya, bel masuk sudah berbunyi. "Nanti gue lanjutin, sekarang masuk kelas dulu." Ucap Fadlan lalu berjalan menuju kelas diikuti oleh Zidan dibelakangnya.
****
"Kita putus!"
Rania terdiam, tidak menjawab, seakan dunianya berhenti sesaat saat laki-laki didepan nya mengatakan dua kata itu. Devano, membuat Rania membatu, seakan bisu tak bisa berkata-kata. Rania menarik napasnya mendalam dan bersiap mengeluarkan kata-kata nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYSA [On-Going]
أدب المراهقين"kisah seorang gadis yang selalu di bully serta mengalami panick attack dan tiga orang laki-laki yang selalu melindunginya." Alysa, si cuek tapi sekalinya akrab manjanya bukan main. Daniel, si wakil ketua geng sekaligus ketua basket. Andra, si ketua...