Hayyie, ketemu lagi nih,
Silahkan lanjut baca tapi jangan lupa follow juga yah.*****
Saat pulang sekolah, alysa menunjukkan nilai ulangannya kepada bundanya. Ia berharap bundanya bisa bangga dengan nilai
"Bunda, tadi ada ulangan matematika...." Ucap alysa bersemangat menghampiri bundanya yang sedang menyiapkan makan siang.
Melihat anaknya yang bersemangat, rini--bunda alysa--pun menghentikan kegiatannya lalu duduk bersama anaknya di meja makan.
"Nih Bun, nilai ulangannya." Alysa menyodorkan kertas ulangannya. Melihat angka 92 dipojok atas kertas ulangannya, rini pun tersenyum lebar. "Wah, anak bunda hebat yah" rini mengelus puncak kepala alysa.
Namun senyum alysa seketika hilang saat ia mengingat bahwa nilai yang diperoleh rachel lebih tinggi darinya.
"Tapi bun, nilai rachel lebih tinggi daripada nilai alysa." Ucap alysa menatap sendu bundanya.
"Gapapa, yang penting kamu sudah berusaha, dapet nilai 92 itu sudah bagus kok." Jawab bunda, mengapresiasikan kerja keras anaknya.
"Bunda..." Lirih alysa.
"Iya..."
"Kira-kira alysa bisa nggak ya masuk peringkat tiga besar kalau nanti alysa lulus smp?" Tanya alysa.
"Selagi masih berusaha, pasti bisa kok." Rini menatap alysa sembari mengelus pundaknya.
"Harus bisa, alysa mau buat bunda sama ayah bangga, dengan cara masuk peringkat tiga besar pas lulus smp." Alysa menjelaskan dengan penuh semangat.
"Nggak harus peringkat tiga besar kok alysa..." Bunda berkata dengan nada pelan.
"Nggak, pokoknya harus peringkat tiga besar bunda..." Alysa masih penuh dengan semangat.
Rini hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah anaknya yang penuh ambisi dan tekad yang luar biasa.
"Alysa..."
"Ya bunda..."
"Kamu kan udah mau lulus smp nih... Udah mikir mau lanjut sma kemana?" Tanya bunda pada alysa.
"Belum tau bunda, masih mikir mau lanjut sma kemana" jawab alysa.
"Maunya bunda suruh kamu buat lanjut sma di luar kota bareng kakak sepupu sama temen Deket kamu waktu kecil." Ucap bunda sambil membujuk alysa.
"Hm... Bunda udah nggak sayang lagi ya sama alysa?" Alysa menatap Rini dengan penuh sorot kesedihan.
"Bukan gitu alysa, bunda cuma mau kamu dapet fasilitas sma terbaik di luar kota, dan supaya kamu bisa akrab lagi sama kakak sepupu dan temen kamu pas masih kecil dulu." Rini meyakinkan alysa, ia hanya ingin anak semata wayangnya itu mendapatkan fasilitas sma terbaik, dan berharap alysa bisa hidup mandiri.
Alysa mengerutkan keningnya, "kakak sepupu? Teman masa kecil? Siapa bunda?" Alysa bingung ia tak tau apa yang dimaksud bundanya itu.
"Nanti juga kamu tau kok. Makan siang dulu gih, bunda udah masak banyak tuh."
"Ya bunda.." alysa mengangguk pelan, walaupun sejujurnya ia sangat penasaran dengan siapa orang yang dimaksud bundanya. Yang alysa tau ia tak punya kakak sepupu, kalaupun punya mungkin dia lupa.
Lalu, teman masa kecil? Siapa? Kenapa bunda lebih memilih menutupinya daripada memberi tau alysa soal ini?
*****
"Siapa ya kira-kira orangnya, perasaan aku nggak punya temen deh waktu kecil." Berbagai pertanyaan tentang siapa orang yang bunda maksud terus bermunculan di benak alysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYSA [On-Going]
Fiksi Remaja"kisah seorang gadis yang selalu di bully serta mengalami panick attack dan tiga orang laki-laki yang selalu melindunginya." Alysa, si cuek tapi sekalinya akrab manjanya bukan main. Daniel, si wakil ketua geng sekaligus ketua basket. Andra, si ketua...