Percakapan antara Sunwoo dan Hyunjun di telepon berakhir di kafe dengan nuansa dark ini. Sunwoo baru saja mendorong pintu kaca kafe, membuat lonceng di atas pintu berbunyi dan beberapa orang sempat menatap ke arahnya, walaupun hanya sekilas. Cowok itu memilih tempat duduk di dekat jendela kaca besar yang berbatasan langsung dengan kolam kecil berisi ikan-ikan hias. Waiters sempat menghampiri cowok berbaju abu-abu itu dan menawarkan menu.
Tapi, Sunwoo menolak, karena ia masih menunggu seseorang. Sementara dari luar kafe, seseorang dengan rambut hitam baru saja turun dari sebuah mobil. Tubuh rampingnya dibalut hoodie warna putih lengkap jeans hitamnya.
Hyunjun segera berjalan masuk dan mencari orang yang mengatakan bahwa ia sudah tiba di kafe ini sekitar lima menit yang lalu. la menelan ludahnya. Merasa gugup sekaligus takut karena sudah nyaris tiga tahun lebih keduanya tidak pernah bertemu.
Sama sekali.
Hyunjun langsung mengitarkan pandangannya ke sudut-sudut kafe dan berusaha mencari Sunwoo. Sementara cowok itu sudah menyadari kehadiran Hyunjun sesaat setelah pemuda yang pernah ia cintai itu mendorong pintu kaca.
"Nu," sapa Hyunjun seraya berjalan mendekat begitu melihat Sunwoo sudah duduk dengan jemari tangan yang saling tertaut di atas meja kafe. Dan di sinilah keduanya duduk sekarang.
Setelah tiga tahun berlalu sejak Hyunjun mematahkan hatinya.
"Aduh, awkward banget ya," kata Hyunjun seraya tersenyum. Sedangkan Sunwoo masih menatap pemuda yang duduk di hadapannya dengan pandangan datar.
"Udah jam delapan, Jun. Gue nggak bisa lama-lama." Sunwoo langsung to the point. Lidahnya terasa berbeda saat ia menyebutkan nama Hyunjun di akhir kalimatnya barusan. Dahulu, ia menyebut Hyunjun dengan sebutan 'Hwallie'. Tapi, kalau ditanya mengapa Sunwoo menyebut Hyunjun begitu, ia pasti tidak punya jawaban. Itu hanya sebagai panggilan sayangnya untuk Hyunjun.
Sesederhana itu.
Sunwoo juga tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia merindukan Hyunjun. la merindukan pemuda itu. Hyunjun tidak banyak berubah. Auranya masih sama. Teduh, nyaman, seolah tidak pernah memiliki masalah besar di hidupnya. Dan pembawaan Hyunjun yang tenang betul-betul membuat Sunwoo rindu. Tetapi di sisi lain, ada kenyataan yang baru saja ia rasakan.
la memang merasa rindu. Tetapi, tidak ada lagi debar yang membuatnya bahagia. Tidak seperti dulu.
"Gue denger Junseok sekarang sekolah di Seoul juga?"
"lya." Sunwoo mengangguk. Singkat. Padat. Jelas. Tidak ada niatan sama sekali untuk berbasa-basi.
"Setelah hari itu, kayaknya gue masih utang banyak hal sama lo, Nu."
Sunwoo menyipitkan mata. Berusaha tidak lagi peduli. Atau ia mungkin memang sudah tidak lagi peduli. "Gue hutang maaf. Dan sekarang ini gue mau minta maaf, Nu."
"Buat?"
"Gue sama Kevin-"
"Nggak papa." Sunwoo memotong. "Jangan dibahas lagi."
Kevin Moon Atalaric.
Nama itu. Sahabatnya semasa SMP. Kevin memang dua tahun di atas Sunwoo. Tapi, kedekatan mereka seolah tidak bisa dibantahkan. Mereka bersahabat sejak sekolah dasar dan pada akhirnya keadaan keduanya memburuk, karena Kevin jatuh cinta pada Hyunjun, kekasih sahabatnya sendiri.
"Gue udah lupain juga," kata Sunwoo. la menatap Hyunjun, lalu bibirnya kembali berkata, "Kevin apa kabar?" Karena mau tidak mau, ia harus akui bahwa ia rindu pertemanannya dengan Kevin.
"Baik." Hyunjun mengangguk. "Dia sering nanyain lo ke anak-anak SMP." Sunwoo yang mendengar itu tersenyum simpul.
"lya. Gue tau." Seusai bicara, obrolan mereka terputus karena ponsel Hyunjun berbunyi. Pemuda itu sempat mengetikkan sesuatu di benda warna putih itu sebelum kembali menatap Sunwoo. "Jun? Kevin tau kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESTA •| SunHak
Teen Fiction{ Long Story } (END) Di suatu kejadian yang akhirnya mempertemukan Rayshiva Haknyeon Faresta dengan seorang Sunwoo Asmaralaya Kawindra hingga membuat keduanya bisa memahami dan mengerti apa yang di maksud perasaan 'Benci menjadi Cinta'. Tetapi seiri...