» 11 «

241 34 1
                                    

Haknyeon menutup pintu mobil warna hitam itu setelah mobil yang dikendarai Sunwoo berhenti di sebuah rumah yang terlihat sangat rapih, luas, teduh dan.... nyaman?

Bagaimana ia bisa merasa nyaman saat menjejakkan kaki untuk pertama kali di rumah seseorang? Tetapi, memang itulah yang ia rasakan begitu kakinya menginjak halaman rumah Sunwoo. Setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku sweater, Haknyeon lalu berjalan mengikuti Sunwoo dan berusaha menyamakan langkah.

"Kok sepi, Nu?" tanya Haknyeon seraya menoleh ke laki-laki yang berdiri di sampingnya itu. Bibir Sunwoo melengkung membentuk senyuman.

"Rame kok." Sunwoo menoleh sekilas. "Kalo nenek gue bikin pengajian."

"Dih garing Lo, Nu."

"Bodo amat lah."

"Jangan mulai." Haknyeon berhenti melangkah. Ia mengamati punggung Sunwoo yang terus berjalan ke depan menuju pintu utama yang bercat putih itu. Lampu-lampu di sekitaran halaman semakin membuat suasana ini terkesan sedikit romantis di sore hari menjelang malam itu. "Kita udah damai kan?" sambungnya. Suara Haknyeon meninggi.

"Oh iya, lupa. Udah buruan ah." Sunwoo terkekeh setelah ia menoleh ke belakang dan mendapati Haknyeon menatapnya sambil cemberut. "Nyeon?"

"Gak ah," kata Haknyeon. "Nggak mau temenan."

"Lah emang kita temenan?" Sunwoo makin ingin tertawa "Cepetan elah. Jangan sok imut."

"Bodo amat. Tau gitu gak gue maafin." Haknyeon membuang muka. Padahal, sejujurnya ia hanya ingin bercanda. Sunwoo terdiam. Lalu ia mengangkat bahu seolah tak perduli dan kembali melangkah maju.

"Yaudah lo di situ aja."

"Oke. Fine."

"Tenang aja, entar juga ditemenin. Di situ kan ada penunggunya." Sunwoo mengeraskan suaranya karena jarak mereka terpaut sepuluh meter. "Hiii, awas entar di atas pohon!"

"Bodo. Gue nggak takut!" Suara Haknyeon ikut-ikutan meninggi. Sunwoo mulai masuk ke dalam rumah. Dan Haknyeon mulai berubah was-was. Matanya mulai mengawasi pohon-pohon yang ada di halaman rumah Sunwoo.

Krek.

Suara sesuatu yang jatuh langsung membuat Haknyeon menelan ludahnya. Ia melirik ke kanan dan ke kiri, sampai ia merasa tidak tahan dan mulai parno sendiri. Tak lama kemudian, pemuda manis bersweater abu-abu itu sudah berlari menyusul sunwoo.

"ISH! TUNGGUIN GUE, SUNWOO!"

"Tunggu di sini bentar, ya." Sunwoo menunjuk sofa warna putih di ruang tamu rumahnya dengan dagu. Haknyeon langsung mengangguk, dan berjalan ke arah yang dimaksud Sunwoo. Cowok yang lebih tinggi langsung meletakkan dompet juga ponselnya di sisi Haknyeon.

"Nggak ada orang sama sekali?" tanya Haknyeon. "Pas nenek lo nggak bikin pengajian, sesepi ini?"

Sunwoo pun tersenyum, "Mau minum apa?"

"Apa aja." Haknyeon menatap kesal. Sebenarnya ia ingin menegur karena Sunwoo tidak menjawab pertanyaannya, tetapi tidak jadi. "Sirup dingin boleh juga sih tapi." Sunwoo sudah melangkah ke arah dapur yang bisa terlihat dari ruang tamu.

"Ye babi, itu mah namanya bukan 'apa aja'. Jelas-jelas lo request." Tangan Sunwoo membuka laci dapur untuk mengambil gelas dan mulai membuatkan minuman untuk tamunya.

"Rumah lo adem ya, Nu?" Haknyeon tersenyum simpul. Mengungkapkan pemikirannya secara terang-terangan. "Gue langsung nyaman gitu masa."

"Iya. Sama lah kayak pemiliknya."

"Apaan?"

"Gue juga bisa bikin nyaman kok."

"Yaelah. Tai kucing di ampasin." Haknyeon terkekeh. "Gue enggak tau kok kita bisa langsung senyambung ini, ya? Padahal kemaren kemaren gue benci banget gitu sama lo. Sebelum kecelakaan juga gue udah nggak suka sama lo. Nah, terus ditambah pas lo nabrak gue."

FARESTA •| SunHak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang