[End] » 36 «

329 30 0
                                    

Seperti kemarin-kemarin, kemacetan di kota Busan hari ini membuat Haknyeon harus terlambat datang ke tempat meeting yang dua hari lalu sudah ia sepakati bersama kliennya dari Seoul. Haknyeon menghela napasnya saat kakinya menapaki lobby sebuah hotel. Lalu, dengan tergesa, Haknyeon berjalan menuju lift yang ada di ujung lobby untuk naik ke lantai 3, tempat di mana meeting akan dilaksanakan.

Ini adalah tahun ketiga Sunwoo pergi. Banyak hal yang berubah. Haknyeon sekarang menjabat sebagai sekretaris di suatu perusahaan di Busan dan dengan terpaksa harus pindah dari Seoul. Jaemin dan Mark sudah tidak lagi bersama-sama karena suatu alasan yang tidak ingin mereka umbar, Namun kabarnya keduanya sudah memiliki tambatan hati mereka Mark kabarnya sudah melamar teman kuliahnya bernama Haechan sedangkan Jaemin, Sapa yang menyangka jika ia akan menikah dengan Jeno yang sempat satu SMA dengan mereka.

Jihoon di kabarkan masih setia melajang setelah putus dengan guanlin, sementara Bongjae justru akan melangsungkan pernikahan bulan depan. Eric? la kabarnya sudah memiliki kekasih bernama Jacob, tetangga barunya di LA.

Haknyeon sendiri masih belum mau membuka hati. Pemuda manis itu masih enggan memulai cerita dengan orang baru. Karena rasanya, seluruh cintanya sudah di bawa pergi bersama kepergian Sunwoo.

Satu tahun lalu, Hyunjin sempat memintanya untuk menjadi seorang istri, tapi Haknyeon menolak. Sebab ia tahu, hatinya masih milik Sunwoo dan menerima pinangan Hyunjin sama saja mematahkan hati sahabatnya itu. Haknyeon tidak mau Hyunjin hanya menjadi bayang-bayang dan pelampiasan. Haknyeon tidak mau Hyunjin tersakiti karena pemuda manis itu menyayangi Hyunjin, tapi dalam arti yang berbeda.

Pada akhirnya, Haknyeon mendengar kabar bahwa Hyunjin kini sudah menjalin hubungan dengan teman sekantornya yang bernama Jeongin. Dan dengan begitu, Haknyeon bisa merasa lega sekaligus bahagia.

Sesekali juga, beberapa rekan kerja Haknyeon berusaha membangun hubungan lebih jauh. Haknyeon memang tidak menutup diri dari siapapun. Tapi, entah mengapa, setiap kali ada yang meminta lebih, Haknyeon akan langsung menjauh.

Dia takut. Dia tidak ingin kehilangan, lagi.

💤

Ting!

Pintu lift terbuka dan tanpa basa-basi Haknyeon langsung masuk ke dalamnya. Saat ia bersiap menekan tombol angka tiga, seorang lelaki berkemeja flanel berlari tergesa ke arah lift.

"Bentar, bentar!" teriaknya sebelum ia ikut masuk ke dalam lift. Haknyeon sempat menatap lelaki itu. Tapi, hanya sekilas. Mungkin satu detik. Atau setengah? Entahlah.

Setelah pintu tertutup, lelaki itu bertanya kepada Haknyeon. "Mau ke lantai berapa?"

Haknyeon yang sedang menyibukkan diri dengan ponsel langsung menoleh. "Lantai tiga."

"Ooh," jawab lelaki itu kemudian.

Haknyeon diam lagi. Tidak tahu apa yang salah dari lelaki yang berdiri di sebelahnya saat ini. Tapi, berada di dekatnya membuat Haknyeon merasa gugup.

Sementara, lelaki di sampingnya itu mulai memasangkan earphone ke telinganya.

GREK! GREK!

Dua orang yang berada di dalam lift itu sama-sama menengadahkan kepala, karena bersamaan dengan suara itu, lampu lift tiba-tiba meredup dan berkedip.

Haknyeon semakin panik. Ia bisa merasakan bahwa lift itu berhenti melaju ke atas dan berhenti tepat di antara lantai dua dan tiga.

"Shit!" desis lelaki itu sambil memutar bola mata. "Liftnya macet."

"Hah?" Haknyeon refleks menoleh ke arah orang di sebelahnya. "Macet?"

FARESTA •| SunHak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang