» 25 «

155 25 0
                                    

"SUNWOO?!" Sunoo tanpa sadar memekik begitu melihat kakak kelasnya berdiri di depan pintu rumahnya. Tubuh Sunwoo telah basah kuyup karena hujan di luar sana yang berjatuhan dengan derasnya.

Wajah cowok tampan itu pucat bersamaan dengan bibirnya yang bergetar hebat. Sunoo tidak tahu sama sekali apa yang terjadi dengan Sunwoo. la hanya tahu jika seseorang yang amat ia sukai ini sedang dalam keadaan kacau karena sebab yang Sunoo tidak tahu.

"Kamu kenapa?" tanya Sunoo, ia mengamit tangan Sunwoo dan menariknya masuk ke dalam rumah. Setelahnya, ia menuntun cowok itu untuk duduk di sofa.

Sunwoo masih diam. la butuh obat-obat dan jarum suntik sialan itu malam ini. Rasa perih masih terasa di jari-jari tangan kanannya yang memar dan luka. Di pikirannya hanya ada wajah milik Haknyeon yang mendominasi.

Wajah tampan itu basah di iringi suara isakkan yang terdengar memilukan bersama pancaran matanya yang meredup terhalang rasa kecewa, bagaikan parang tajam yang mengoyak bagian dada Sunwoo tepat di jantung. Begitu sakit rasanya, sampai untuk sekadar memanggil nama sang pemilik hati pun ia rasa tak sanggup.

Hidup ini lagi-lagi tidak memihak padanya. Sunwoo bahkan tidak diizinkan untuk menghapus air mata di pipi pemuda manis kesayangannya itu tadi. Tidak setetes pun bisa ia hapus, yang mana semakin menderas karena ulahnya. Mata cokelat hazel itu memanas, dan untuk kedua kalinya, ia menitikkan air mata hanya demi seseorang.

Haknyeon adalah orang kedua yang berhasil membuatnya menangis setelah Irene, ibunya.

Sunwoo menyisir rambut lepeknya ke belakang dengan jemarinya kemudian menghapus air matanya dengan kasar. Semuanya semakin buruk. Rasanya ia akan jatuh dan sewaktu-waktu bisa meledak layaknya bom waktu.

"Ganti baju dulu" kata Sunoo yang sudah kembali dari kamarnya dengan kaus warna putih tulang polos di tangannya. Pemuda manis itu terlihat khawatir. Namun Sunwoo memilih tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepala. "Kalo gitu minum dulu tehnya," perintah Sunoo sambil menyodorkan secangkir teh hangat. Dan lagi-lagi, Sunwoo hanya memberikan gelengan kepala. Sekujur tubuhnya terasa kaku, ia butuh obat.

Tapi, saat ini yang lebih ia lebih butuhkan adalah Haknyeon-nya.

"Sunwoo, aku serius" kata Sunoo. "Buka baju kamu, harus diganti bajunya biar nggak sakit."

"GUE NGGAK MAU!" bentak Sunwoo yang langsung membuat pemuda manis itu terdiam. "Mana, Sun?"

"Nggak, nggak boleh!" Sunoo tidak mengizinkan.

"TAPI GUE BUTUH!"

"Sunwoo!"

"BERENGSEK!" Sunwoo memaki, entah kepada siapa dan kembali bibir tebalnya gemetar lagi. "Sunoo, please, gue butuh sekarang!"

Sunoo langsung meraih ponselnya di saku celana yang ia pakai dan pilihannya jatuh ke nomor telepon milik ibunya. "Mama?" kata Sunoo, suaranya terdengar ketakutan. Tapi, ia tidak boleh panik untuk menghadapi Sunwoo. Bagaimanapun juga, ia telah berniat membantu cowok yang saat ini sedang mengisi hatinya. "Sunwoo- Sunwoo minta obat lagi," lanjut Sunoo.

"Haknyeon maafin gue...." Sunwoo bergumam lirih. la bicara pada dirinya sendiri membuat pemuda manis di sebelahnya langsung menoleh saat Sunwoo menyebutkan nama Haknyeon.

"I-iya. Aku nggak kasih kok, Mama cepetan pulang ya." Setelah menuruti saran dari mamanya yang merupakan seorang dokter rehabilitasi, Sunoo kembali meletakkan ponselnya ke atas meja ruang tamu kemudian kembali menatap Sunwoo.

"Sunwoo," panggil Sunoo ragu. "Sini."

"Gue mau sembuh," ucap Sunwoo begitu lirih. "Gue mau lepas dari semua hal ini. Gue nggak mau jadi pengecut, gue nggak mau jadi berengsek. Gue pengin jadi orang baik."

FARESTA •| SunHak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang