Bel pulang sekolah belum berbunyi, tetapi Haknyeon memutuskan tidak mengikuti kelas Musik karena ia harus menyelinap lewat pintu samping sekolah dan kabur menuju Warkojok di belakang sekolah.
Kemarin, sehabis menerima pesan dari Sunwoo yang akhirnya kembali muncul dan bersedia untuk bertemu, perasaan Haknyeon menjadi sedikit lebih lega. Ada banyak hal yang ingin dibicarakan oleh pemuda manis itu.
Cowok tinggi berambut hitam itu mengiyakan dan menyarankan untuk bertemu di Warkojok teh Yoona. la tentu saja tidak bisa masuk ke gedung sekolah sembarangan seperti saat ia masih tercatat sebagai siswa di tempat itu.
Sementara itu, di warkojok hanya ada beberapa anak kelas sebelas yang tidak terlalu dikenali oleh Sunwoo. Mereka sesekali menyapa kakak kelas mereka itu dan Sunwoo hanya membalas dengan senyuman.
Cowok itu berulang kali melirik jam tangannya, merasa gelisah karena sebentar lagi ia akan menemui sesuatu yang belakangan ini sudah dihindarinya. Sunwoo sendiri juga masih tidak yakin dengan apa yang akan ia sampaikan pada Haknyeon siang ini. Tapi, mau tidak mau, Sunwoo harus benar-benar bicara empat mata.
Sepasang sepatu Nike warna hitam yang tidak terlalu kusam muncul dari arah kanan warung. Itu adalah Haknyeon. Jantung Sunwoo rasanya berdebar tak beraturan hanya dengan melihat wajah cantik Haknyeon menatapnya sembari berjalan mendekat.
Rasanya bahagia sekali bisa bertatapan langsung dengan pemuda manis itu walaupun tanpa bicara apa-apa. Senang sekali melihat senyum Haknyeon terlukis, membentuk simpul yang seolah-olah tak ingin dilupakan Sunwoo sampai kapan pun.
Cowok itu tidak pandai menutupi perasaan dan ia sudah tahu sejak puluhan detik lalu mengapa ia merasa begini saat Haknyeon datang. Sunwoo rindu.
Rasa sesalnya hadir, seandainya ia tidak seberengsek dulu sampai menghabiskan hari-harinya bersama obat-obatan dan jarum suntik. Seandainya Haknyeon datang lebih awal di kehidupannya, dan menjadi penyembuh luka juga melindunginya dari hal-hal buruk seperti itu. Mungkin, semua tidak akan serumit ini.
"Teh," panggil Sunwoo pada wanita yang tadinya sedang menonton televisi di dalam warung.
"Aya naon?" Teh Yoona melongokkan kepalanya, lalu sempat menatap ke arah Haknyeon yang berjalan mendekati warungnya.
"Eh saha ieu teh? Manis pisan," bisiknya sambil menoel bahu Sunwoo.
Anak lelaki itu langsung tersenyum begitu Teh Yoona memuji Haknyeon.
"Pacar Sunwoo, yah?" Teh Yoona kembali bertanya. Belum sempat cowok itu menjawab pertanyaan Teh Yoona, Haknyeon sudah berhenti melangkah tepat satu meter dari posisi Sunwoo duduk. Haknyeon juga sempat tersenyum manis ke arah Teh Yoona.
"Duduk dulu, Nyeon." Sunwoo melirik bangku sebelahnya yang masih kosong.
"Sok atuh, dek! Mangga, mangga. Aduh, pacar Sunwoo meuni manis pisan euy!"
"Iya, Teh." Haknyeon tersenyum ramah lagi sebelum akhirnya duduk di samping Sunwoo.
Nyaris sebulan keduanya benar-benar lost contact.
"Teh? Minuman yang biasa, ya? Dua." Cowok itu menoleh ke arah Teh Yoona sekilas.
"lya." Teh Yoona tersenyum. Wanita itu mengambil dua buah gelas dan membuatkan minuman yang dipesan Sunwoo sambil sesekali mencuri-curi pandang. "Dek manis, siapa namanya?"
Sunwoo langsung menyenggol bahu Haknyeon sembari tersenyum malu.
"Haknyeon, Teh." Pemuda manis itu refleks menjawab sambil tersenyum.
"Manis pisan euy, cantik malah... bener kata si erig teh." Teh Yoona masih saja sibuk memuji Haknyeon.
"Makasih Teh" sahut Haknyeon masih sambil tersenyum ramah. "Teteh juga cantik banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESTA •| SunHak
Teen Fiction{ Long Story } (END) Di suatu kejadian yang akhirnya mempertemukan Rayshiva Haknyeon Faresta dengan seorang Sunwoo Asmaralaya Kawindra hingga membuat keduanya bisa memahami dan mengerti apa yang di maksud perasaan 'Benci menjadi Cinta'. Tetapi seiri...