Haknyeon bergegas menuruni tempat tidur begitu pintu kamarnya diketuk seseorang. Waktu menunjukkan pukul 17.00 dan satu jam lalu, Hyunjin berjanji akan datang. Sedangkan Sunwoo, entah ke mana cowok berambut hitam itu. Sejak berjanji akan menemui Haknyeon siang tadi, cowok itu belum memberikan kabar lagi.
Tok tok tok.
"Sabar," kata Haknyeon sambil memutar kenop dan membuka pintu. Tetapi, begitu pintu itu terbuka, apa yang muncul di depannya bukan Hyunjin. "Sunwoo?"
Cowok itu masih memakai seragam sekolah dan itu tandanya ia belum pulang ke rumah sama sekali.
"Nyeon" Suaranya serak bukan main sehingga Haknyeon sendiri tidak yakin bahwa Sunwoo baru saja memanggilnya. Sunwoo di hadapannya kali ini, sedang tersenyum teduh dengan setumpuk rasa bersalah di pelupuk mata. Hal itu membuat Haknyeon merasa sesak sekaligus lega.
Selanjutnya, pemuda manis berkaus putih itu menghela napas, lalu ia melangkah maju. la berusaha menghapus jarak demi jarak di antara mereka, berhenti selangkah di depan Sunwoo, dan melingkarkan tangannya ke tubuh tegap di depannya. Mata keduanya langsung terpejam, rasa nyaman menyelimuti mereka. Sedetik kemudian, Sunwoo membalas pelukan Haknyeon.
"I'm so sorry," bisik Sunwoo.
Haknyeon enggan menjawab. la ingin seperti ini lebih lama lagi. Tidak peduli orang tuanya melihatnya sedang berpelukan dengan seorang laki-laki, tidak peduli pula Mbak Yuju akan melihat adegan manis ini. Haknyeon tidak peduli lagi dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Saat ini, ia hanya butuh Sunwoo. Itu pun sudah cukup. Pelukannya mengerat dan kecupannya berulang kali mendarat di puncak kepala Haknyeon.
"I know... I know...." Haknyeon melepas pelukan anak lelaki itu dan mencium bahunya dalam-dalam. Sunwoo selalu seperti ini. Harum. Tidak pernah mengecewakan untuk dipeluk.
Haknyeon menggerakkan tangannya untuk menangkup wajah Sunwoo dan cowok itu langsung memundurkan wajahnya, sehingga ada jarak walau sedikit. Mata mereka bertemu dan Sunwoo memutuskan menghapus jarak itu dengan mendaratkan bibir tebalnya ke atas bibir ranum milik Haknyeon.
Untuk yang kedua kali setelah di Busan.
Kali ini lebih lama, dan keduanya sama-sama menggunakan hati. Haknyeon bisa mendengarkan jantung Sunwoo berdegup cepat.
Rasanya begitu lama, sampai Sunwoo mengakhiri ciuman itu. Perlahan, mata keduanya terbuka, dan apa yang nampak di depan Haknyeon saat ini adalah rasa bersalah dan mimik wajah yang tidak bisa dibaca.
"Bisa kita ngobrol sebentar di luar?" tanya Sunwoo begitu ia selesai menggaruk bagian belakang kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Okay."
💤
Motor Sunwoo berhenti di sebuah taman yang tidak terlalu ramai. Haknyeon berjalan santai dengan celana training dan kausnya, sedangkan Sunwoo berusaha menyamakan langkah dan tubuhnya masih dibalut seragam sekolah.
Keduanya terdiam, dan Sunwoo lagi-lagi mengambil tangan Haknyeon. Ia menggenggam tangan mungil itu tanpa ragu, seolah ia telah menggenggam masa depannya sendiri.
Haknyeon juga tidak menolak saat Sunwoo mengajaknya duduk di salah satu bangku yang terbuat dari batu. Dua remaja itu masih diam, dan yang dilakukan Haknyeon hanyalah mengayun-ayunkan kedua kakinya.
"Nyeon?" Suara Sunwoo yang serak langsung membuat Haknyeon menoleh.
"lya?"
Sunwoo tersenyum. Tulus sekali.
"Kok muka lo beda?" tanya Haknyeon.
"Hah? Masa sih?" tanyanya. Haknyeon pun mengangguk. "Enggak kok... Eum Nyeon, kalo misalnya gue cerita, lo bakal marah nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESTA •| SunHak
Teen Fiction{ Long Story } (END) Di suatu kejadian yang akhirnya mempertemukan Rayshiva Haknyeon Faresta dengan seorang Sunwoo Asmaralaya Kawindra hingga membuat keduanya bisa memahami dan mengerti apa yang di maksud perasaan 'Benci menjadi Cinta'. Tetapi seiri...