Barang-barang yang dibutuhkan Haknyeon selama kuliah di Jeju sudah semuanya dikirim. Jadi, hari ini ia hanya perlu membawa satu koper berukuran sedang berisi sebagian baju dan barang-barang pribadinya.
Jihoon dan Jaemin sudah menginap di rumahnya sejak semalam. Sementara Sunwoo berjanji akan mengantar pemuda manis itu ke bandara hari ini. Bongjae tidak bisa ikut mengantar karena ada urusan mendadak.
Berat rasanya meninggalkan kehidupan lamanya di Seoul. Terutama meninggalkan Sunwoo. Tapi, Haknyeon harus berpikir lebih dewasa. Sebab, bagian lain dari dirinya harus memikirkan sesuatu yang menjadi masa depannya.
Hidupnya akan terus berjalan dan tidak semua hal di hidupnya adalah tentang Sunwoo. Banyak hal yang harus ia kejar, dan ini semua soal mimpi dan cita-cita yang harus ia capai.
"Nih buat lo," kata Jaemin seraya menyerahkan sekotak kado berwarna merah muda berukuran tidak terlalu besar.
Haknyeon menatap wajah dua sahabatnya bergantian, lalu beralih menatap kotak itu. "Ini apa?"
"Buka aja."
Haknyeon diam sebentar, lalu di detik ketiga, tangannya menerima kotak itu, meletakkannya di pangkuan, dan membuka tutupnya hati-hati. Begitu benda itu terbuka, Haknyeon langsung tersenyum haru.
Matanya mulai berkaca-kaca. "Kok isinya ginian, sih! Kan gue kesel!"
Isi kotak yang ia terima adalah benda-benda semasa SMA yang sering dipakai Haknyeon. Ada pulpen bermerek Star langganan Bongjae yang katanya tidak enak dipakai, sweater tebal milik Jihoon yang dibenci Haknyeon karena rajutannya kasar dan panas, ditambah sepasang sandal berbulu halus kesayangan Jaemin.
"Ih! Jelek banget ini, pake dikasih ke gue lagi!" rengek Haknyeon. la menunjuk-nunjuk boneka Doraemon warna merah milik Jihoon. Haknyeon benci benda itu karena seharusnya Doraemon itu berwarna Biru, bukan Merah. "Ngeselin!"
Jihoon tersenyum samar, lalu ikut duduk di bibir kasur sebelum merengkuh bahu sahabatnya. "Lo kuliah yang bener di sono. Jangan bandel," katanya, mirip seorang ibu yang sedang memberikan wejangan pada anaknya.
"Iya. Jagain tuh sendal bulu kesayangan gue. Jangan dibikin rontok bulunya," pesan Jaemin. "Kalo pengin boker tengah malem, sebut nama Jaemin tiga kali ya."
"Lo pada nyebelin banget dah." Haknyeon menyeka air matanya yang mulai berjatuhan di pipinya. Lalu, ia tersenyum, menyandarkan kepalanya dengan kepala Jihoon. "Coba Bongjae di sini."
Bongjae memang tidak bisa ikut melepas kepergian Haknyeon karena ayahnya yang sedang sakit parah.
Akhirnya, ketiga pemuda manis itu saling berpelukan. Sebentar lagi pasti akan banyak yang berubah dari mereka. Entah karena sibuk kuliah, ataupun karena tinggal berjauhan.
Haknyeon tahu, selalu ada cara untuk menjaga ikatan persahabatan sejauh apa pun mereka dipisahkan. Selalu ada cara lain untuk tidak benar-benar berpisah, kan?
💤
Sekalipun Haknyeon di Jeju, Jaemin dengan profesi pramugaranya, serta Jihoon dan Bongjae yang tinggal di Seoul, Haknyeon tahu mereka akan tetap menjadi sahabat sampai keempatnya menua. Ingatan semasa SMA kembali menggerayangi pikirannya. Semuanya berputar secara berurutan. Mulai dari saling mengenal di masa orientasi, hingga akhirnya pengumuman kelulusan mereka.
"Cepet banget ya, udah pisah aja. Kayaknya baru kemaren gue senyum ke elo pas MOS," kata Jaemin. Ketiganya sudah berpelukan.
"Ini ngomong-ngomong laki lo ke mana sih, Nyeon? Katanya mau ikut nganter?" Pertanyaan Jihoon membuat Haknyeon membuka matanya yang sempat terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESTA •| SunHak
Ficção Adolescente{ Long Story } (END) Di suatu kejadian yang akhirnya mempertemukan Rayshiva Haknyeon Faresta dengan seorang Sunwoo Asmaralaya Kawindra hingga membuat keduanya bisa memahami dan mengerti apa yang di maksud perasaan 'Benci menjadi Cinta'. Tetapi seiri...