Sunwoo mengerjapkan matanya berkali-kali untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk menembus pupil matanya hari ini. Ingatannya masih berusaha bekerja, mencari tahu apa yang tejadi tadi malam sampai akhirnya ia bisa tertidur di tempat ini.
Ini bukanlah kamarnya. Bukan pula rumahnya. Sunwoo mendudukkan dirinya di atas tempat tidur dan saat itu ia merasakan kepalanya pening dan berat. Perlu beberapa menit untuk Sunwoo memijit kepalanya sendiri dan tidak bergerak dari atas kasur. Seribu persen, ia yakin apa yang ia rasakan sekarang adalah efek dari alkohol semalam.
"Bangun juga si kebo," kata Eric sambil terkekeh dan muncul dari balik pintu kamar.
Sunwoo terkekeh, tangannya masih memijit kepalanya sendiri saat ia bertanya, "Masih pagi juga, lo abis kelayaban kemana?"
"Pagi dari mana?!" kata Eric. "Liat tuh di HP lo, udah jam berapa sekarang oy!"
Sunwoo langsung terkekeh lagi dan mengedarkan pandangannya untuk mencari ponselnya. "HP gue di mana, njing?"
"Lah. pake nanya ke gue lagi, emang gue emaknya! Mana gue tau."
Sunwoo terdiam lagi, mencoba mengingat-ingat di mana benda elektronik itu ia letakkan terakhir kali. Dan setelah sepuluh detik memikirkan hal itu, Sunwoo akhirnya ingat bahwa semalam ia meletakkannya di saku kemeja flanel kotak-kotak yang ia pakai semalam.
"Flanel gue di mana?"
"Tuh!" Eric menunjuk gantungan baju di balik pintu dengan dagunya. Dan Sunwoo langsung berjalan ke arah yang di maksud temannya. "Semalem lo minum banyak."
"Nah kan bener, HP gue di sini!" Sunwoo tidak membalas perkataan eric sama sekali. la langsung menatap jam yang tertera di layar ponselnya.
Pukul 13.14. Untungnya ini adalah hari Sabtu.
"Anjay!" Kalimat itu Sunwoo tujukan pada dirinya sendiri. Lalu, ia menghampiri Eric yang sudah sibuk dengan PS milik pemuda LA itu dan duduk di sampingnya.
"Main?" tawar Eric.
"Nggak, lo aja. Gue masih puyeng."
"Lagian lo minum nggak kira-kira. Untung nggak sampe muntah."
"Hahahahaha."
"Gara-gara Haknyeon, ya?" tebak Eric tiba-tiba, tetapi pandangan matanya sama sekali tidak berpindah dari layar kaca yang menampilkan permainan FIFA-nya.
"Haknyeon kenapa?"
"Halah, jangan belaga gila." Eric menyesap rokoknya sebelum ia bermain lagi. "Lo cerita sama gue."
"Kapan?"
"Ya pas lo minum lah,"
"Masa?" Alis Sunwoo mengernyit. "Kok gue nggak nyadar?"
"Elah, lo kayak orang baru mabok sekali dah! Namanya orang lagi kepengaruh minuman ya nggak sadar lah!" Mendengar ucapan Eric, Sunwoo langsung terkekeh geli.
"Gue pengin hidup sehat dah, ric."
"Hah?" Eric langsung menoleh. "Apa?"
"Serius bego!" Sunwoo menoyor kepala temannya itu. "Yang semalem itu, gue anggep yang terakhir."
"Sok mantep. Mau bikin gue terenyuh dan mengucapkan masyaallah apa gimana?"
"Beneran. Gue pengen aja."
"Sejak kapan lo jadi kek gini?"
"Ya gimana ya. Kita udah pada dewasa lah, harus berhenti ngelakuin hal-hal goblok kayak gitu. Sekarang udah nggak jamannya bandel. Gue pengen punya masa depan, Ric." Perkataan lelaki itu membuat Eric menghentikan permainannya. Walaupun stick PS itu masih ia genggam, tetapi Eric sudah memusatkan seluruh perhatiannya pada Sunwoo. "Gue mau berubah."
KAMU SEDANG MEMBACA
FARESTA •| SunHak
Teen Fiction{ Long Story } (END) Di suatu kejadian yang akhirnya mempertemukan Rayshiva Haknyeon Faresta dengan seorang Sunwoo Asmaralaya Kawindra hingga membuat keduanya bisa memahami dan mengerti apa yang di maksud perasaan 'Benci menjadi Cinta'. Tetapi seiri...