Part 5 : Save Him, Please!

432 67 31
                                    

Shaka mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi karena jalanan cukup lengang dengan headset terpasang di telinga untuk memberikan instruksi pada dokter jaga IGD. Karena profesor yang menugaskan Shaka sedang tidak memungkinkan untuk ke rumah sakit secepatnya karena faktor usia dan besok pagi akan menghadiri rapat penting di rumah sakit.

Jadi semua dipercayakan kepada Shaka untuk menangani pasien tersebut.

Ciputro hospital, Garden city, Jakarta. 01.33 AM

Shaka segera berlari ke ruang IGD dan menghampiri pasien yang di maksud. Dokter jaga IGD dan ners sedang berusaha menangani pasien tersebut. Pasien tersebut adalah kakek Yaya yang sedang mengalami kejang.

"Boleh saya lihat hasil rotgen pasien?" tanya Shaka.

Ners langsung menunjukan hasil rotgen melalu monitor yang terpasang di ujung tempat tidur pasien.

"Gangguan pada tulang belakang sudah sampai pada titik peradangan yang cukup parah mengganggu intruksi saraf ke otak, untuk saat ini berikan dosis lorazepam pada pasien untuk menghentikan kejang, jadwalkan operasi darurat besok pagi dan panggil pihak keluarga." ucap Shaka pada Ners.

"Panggilan untuk keluarga tuan Zakir Zuhayr" suara ners dari speaker rumah sakit.

"Yaya dan mbak Inah langsung masuk ke IGD?" Shaka sudah menunggu di bangkunya dan menjelaskan kondisi kakek Yaya saat ini dan menjelaskan beberapa resiko yang mungkin terjadi setelah operasi.

"Save Him, Please! do your the best dok, apapun hasilnya saya insyaallah ikhlas" Yaya hanya menjawabnya dengan sedih.

"Baik kami akan segera menjadwalkan operasi dan mempersiapkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani" balas Shaka dengan tenang.

"Kakek saya bisa selamat kan dok?" ucap Yaya berkaca-kaca, karena bunda yang selalu memberikan ketenangan sedang tidak ada di sampingnya, mbak Inah mengelus pundak Yaya menenangkan.

"Kondisi pak Zakir saat ini memang bisa di bilang sedang tidak stabil tetapi beliau juga sedang berjuang untuk bertahan, sebagai tenaga medis saya hanya bisa mengupayakan yang terbaik. Tetapi keselamatan pasien hanya Allah yang menentukan. Saat ini keluarga harus tetap memberi dukungan dengan doa-doa terbaik karena hanya itu yang bisa sampai pada beliau." jawab Shaka menjelaskan dengan tenang.

dijawab dengan anggukan dan ucapan terima kasih dari Yaya.

Yaya, pak Bagus dan mbak Inah sedang menunggu di depan ruang operasi. Akhirnya bunda dan Ayah sampai dirumah sakit dan langsung memeluk Yaya.

"Bunda, Yaya benar-benar minta maaf, semua ini karena Yaya yang tidak amanah menjaga grandpa" ucap Yaya meneteskan air mata penuh penyesalan.

"Sayang, jangan bicara seperti itu, ini semua adalah kehendak Allah" ucap bunda menenangkan.

"Seandainya Yaya gak berangkat ke kampus untuk mengambil berkas yang sebetulnya bisa di ambil besok, pasti grandpa gak bakalan jatuh dari tredmill."

"Yaya, semua sudah kehendak Allah" Ayah ikut menenangkan.

Diruang operasi, Shaka dibantu oleh beberapa ners sedang sibuk melakukan beberapa tindakan, tidak lama Shaka sudah berhasil menemukan yang menjadi permasalahan dia bertindak cepat dan menyelesaikan operasinya dengan baik.

Shaka keluar dari ruang operasi bertemu dengan keluarga pasien,

"dok bagaimana kondisi ayah saya" tanya Keenan (Ayah Yaya).

"Alhamdulillah, operasi berjalan lancar pak, pasien akan segera pindahkan ke ruang ICU untuk observasi selanjutnya." ucap Shaka.

"Terima kasih banyak dokter" ucap Keenan.

Ruang Inap VIP, Ciputro Hospital. 09.00 AM

Sebuah ruang inap yang cukup nyaman dan luas untuk pasien dan keluarga, dalam ruangan tersebut di sediakan beberapa fasilitas seperti sofa, TV bahkan sampai meja makan dengan empat kursi. Itu adalah raungan grandpa yang sudah keluar dari ICU dua hari yang lalu.

Yaya sedang sibuk mengetikan sesuatu di laptopnya, sedangkan bunda sedang melipat selimut di sofa, pintu raungan dibuka, ners dan Shaka memasuki ruangan untuk melakukan pemeriksaan.

"Selamat pagi ibu dan bapak" ucap Shaka

Yaya dan bunda segera berdiri menyambut sapaan Shaka dan ners.

Selama pemeriksaan Yaya yang paling banyak bertanya, mulai dari makanan yang boleh dan tidak, kemungkinan yang terjadi sampai Shaka kewalahan menjawab dan menjawab. Yaya mengucapkan terima kasih dan mengantar Shaka sampai pintu.

Tiga orang berjalan ke arah Yaya, dua perempuan dan satu laki-laki. Perempuan pertama bertubuh profosional, berkulit putih dengan hidung yang mancung bergaya glomor, mengenakan dress signature pattern dengan tampilan elegant hitam yang dipadukan dengan hijab voal coklat muda yang senada dengan pattern dress-nya. Dia adalah zevrin Khairunissa Munstaffa seorang selebgram bercentang biru.

Perempuan ke dua, Elya Sidqi berkulit coklat denga gaya tomboy, rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja, menggunakan loose baggy high weist jeans yang dipadukan denga sweater garis blueberry.

Yang terakhir Izqian Fairus, laki-laki dengan tinggi profosional dengan wajah yang cukup tampan, menggunakan jaket hitam dipadukan dengan celana jean berwarna senada.

Shaka berjalan meninggalkan Yaya dan berpapasan dengan mereka. Zee berlari menghampiri Yaya memanggilnya dan bertanya, "Bagaimana keadaan grandpa?"

"Alhamdulillah, grandpa udah mulai stabil doain ya semoga bisa cepat pulang, ayoo masuk" ajak Yaya.

Mereka meletakan semua bawaanya mulai dari buah, bunga dan plastik lainnya.

"Duh kok kita gak beli minum yaa?" ucap Elya sambil mengeluarkan beberapa makanan.

"kalo gitu Yaya beli deh kebawah" ucap Yaya.

"Qiyan aja Ya" ucap Qiyan.

"Yaya sama Zee aja deh Qi, sekalian mau ke toilet" ucap Zee senyum manis.

Pintu lift terbuka, mereka berhadapan dengan seorang pria menggunakan jas dokter dengan postur tubuh cukup proposional, wajahnya cukup tampan sedikit khas Arab dan kulitnya putih, dia adalah Ammar Zein Alatas seorang dokter bedah umum teman Shaka yang jenaka.

"Zee? lagi apa disini" tanya Zein.

"Lagi jenguk grandpa-nya temen, yaampun Zein kamu praktek disini? tanya Zee antusias.

dijawab anggukan oleh Zein.

"Zey kenalkan ini Yaya temen Zee" mereka saling berkenalan dan Zein ikut membuntuti Yaya dan Zee membeli minuman di kantin rumah sakit. Kerana dia juga sedang istirahat.

"Zein masih ingat gak, Yaya ini translator andalah Shaka" ucap Zee memecah keheningan.

"What!?" ucap Zein terkejut, "jadi ini translator Sangkuriang nya Shaka" lanjutnya.

"Ternyata takdir sebercanda ini, apa pertemuan kali ini menandakan sesuatu yang spesial, Shaka pasti sangat merindukan kamu Yaya" ucap Zein dengan senyum lebar di bibirya.

Membuat Yaya dan Zee kebingungan dengan ucapannya, setelah itu Zein meninggalkan mereka lebih dulu.

***

Fated To Love Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang