Saat ini otaknya tidak bisa di ajak berkompromi untuk berpikir. Badannya sudah sangat mengigil kedinginan wajahnya sudah mulai pucat dan yang ada di pikirannya hanya kondisi Shaka.
***
Apotek kimia frama, Gajahan, Surakarta. 09.03 AMSetelah beberapa menit termenung akhirnya Yaya bisa berpikir jernih. Saat ini nomor yang di ingatnya hanya nomor bunda. Yaya terpaksa menghubungi bunda dengan meminjam salah ponsel salah satu petugas apotek.
Panggilan terus berdering sampai yang ketiga kalinya terdengar jawaban dari bunda.
Tanpa basa basi Yaya segera menceritakan kondisinya pada bunda, mendengar hal itu bunda sangat khawatir tetapi berusaha tenang untuk membantu Yaya.
"Jika seperti itu kondinya bunda akan coba menghubungi dr. Pittara untuk meminta bantuannya, Yaya bisa beli baju ganti di sekitar pasar supaya tidak masuk angin nak" ucap bunda lembut.
Yaya memilih untuk tetap menunggu sampai dia mendapatkan obat dulu sebelum mempedulikan dirinya yang sudah kedinginan.
Tidak sampai sepuluh menit, ponsel petugas apotek berbunyi kali ini panggilan dari kepala apotek. Petugas yang mengangkatnya hanya mengangguk dan berkata baik seperti dia mengerti dengan semua intruksi yang di berikan oleh suara di sebrang telpon sana.
"Ini obat yang mbak perlukan untuk saat ini saya sudah menerima resep yang dibuatkan atas nama dr. Pittara dari jakarta. Silahkan tanda tangani di bagian sini" ucap petugas apotek
"Baik terima kasih" ucap Yaya dan segera bergegas keluar apotek.
Ternyata kondisi diluar masih gerimis. Yaya memutuskan untuk membeli pakaian dulu kepasar dan membeli jas hujan karena perjalanan cukup jauh. Yaya tidak ingin semua temannya merasa khawatir melihat kondisinya setelah sampai di asrama.
Asrama Abdurahman bin Auf foundation, Lumbung Wetan, Baluwarti. 01.34 PM
Yaya segera menyerahkan satu kardus obat-obatan kepada ners yang sedang menjaga Shaka karena Zein sedang menangani salah satu pasien desa yang datang ke klinik.
"Apa dr. Shaka sudah sadar" ucap Yaya bertanya kepada ners tetapi matanya tetap tertuju pada Shaka yang masih menutup matanya.
"Dr. Shaka sudah sadar sejak tadi, saat ini beliau sedang tertidur karena pengaruh obat Ya" jawab Ners Ivy
"Baik kalo begitu, Yaya ganti baju dulu ya" ucap Yaya dan keluar dari ruangan Shaka yang dia biarkan sedikit terbuka
"Yaya!" teriak Zee yang kesal karena Yaya malah meninggalkan ponselnya di kamar Shaka.
"Yaya kamu baik-baik saja kan?" ucap Elya gak kalah khawatir
"Kalian tenang semuanya baik-baik saja hanya saja besok mungkin agak sedikit ada keributan" ucap Yaya tersenyum menghampiri Zee dan Elya.
"Keributan apa ya?" tanya Zee
"Zee, Yaya boleh mandi dulu sebentar, lihat tangan Yaya sudah mengkerut kedinginan" ucap Yaya sambil menunjukan tangannya yang sudah sangat pucat.
"Ya ampun, Zee masakan air panas yaa dan El bisa bantu buatkan minuman panas" ucap Zee
Mereke segera membawa Yaya ke kamar agar segera membersihkan diri. Setelah Yaya selesai mandi, dia menceritan semua yang di laluinya hari ini dan terpaksa memberi kabar ke Jakarta. Zee dan Elya yang mendengar hal itu merasa sangat simpati dengan apa yang pada sahabatnya tersebut dan memeluk Yaya agar dia merasa hangat.
"Qiyan dimana?" tanya Yaya
"Dia selalu ada di samping Zein, sudah seperti ners sungguhan. Meskipun mereka masih tetap seperti Tom and Jerry dengan pendapat yang berbeda. Sepertinya hanya Shaka yang bisa klop dengan Zein" ucap Zee tertawa.
"Bahkan tadi ketika Zein memasangkan perban di bahu Shaka dia selalu kena marah Zein karena kehadirannya tidak membantu, mulut Zein bener-bener harus di sekolahin lagi" tambah Elya.
"Apa sudah ada kabar dari kepala desa, tentang perampok yang semalam datang kesini ?" tanya Yaya.
"Tadi hanya ada istri pak kades berkunjung kesini, beliau hanya berkata sedang di upayakan oleh pihak kepolisian. Tetapi belum ada polisi yang datang untuk memeriksa asrama" ucap Elya.
"Jika terjadi apa-apa pada kita semua Zee pastikan desa ini akan menjadi sangat viral dan mendatangkan kepala kepolisian pusat untuk investigasi, sepertinya mereka akan menyelesaikan ini secara kekeluargaan. Benar-benar desa yang sangat dermawan" ucap Zee kesal sambil terus menempelkan salep di wajah Yaya yang memarnya sudah mulai berubah warna.
Ners Ivy mengetuk pintu kamar Yaya dan menyampaikan jika Shaka meminta Yaya untuk menemuinya.
Yaya mengetuk kamar Shaka dan masuk setelah Shaka mengijinkannya. Karena saat ini Shaka sudah sadar Yaya sedikit Canggung untuk berbicara langsung dengan Shaka.
"Hi, Yaya. Maaf tadi pagi saya membuat khawatir" ucap Shaka menatap Yaya dengan suaranya yang masih serak.
"Hmm tidak dok, itu wajar, saya malah heran jika dokter tidak pingsan setelah kejadian semalam. Be better soon dok" ucap Yaya entah kenapa jantungnya berdegup lebih kencang dan tidak normal sehingga membuatnya salah tingkah.
"Saya sudah dengar dari Zein kalo kamu memberikan kabar ke Jakarta tentang kondisi kita disini" ucap Shaka.
"Dok, saya minta maaf saat itu saya benar-benar khawatir dan pikiran saya tidak bisa di ajak kompromi hanya itu cara untuk mendapatkan obat. Setelah itu saya sadar hal ini hanya akan membuat semua orang khawatir dan mungkin saja memperumit keadaan" ucap Yaya menunduk.
"Bukan itu maksud saya Ya, saya juga sangat khawatir mengetahui kamu pergi ke apotek yang begitu jauh dengan kondisi hujan dan tidak membawa handphone apa lagi kondisi kamu juga sedang tidak fit" ucap Shaka
"Dokter fokus saja pada kesembuhan dokter Shaka saat ini, Yaya sudah kembali denga selamat dan berhasil mendapatkan obat" ucap Yaya
"Terima kasih banyak Ya atas bantuannya. Mereka para perampok itu sepertinya adalah orang - orang yang sama dengan orang yang memarahi suami bu Nani" ucap Shaka
"Benarkah dok" ucap Yaya
"Benar karena saya bisa melihat kalung yang sama yang dipakai oleh salah satu premen itu" ucap Shaka
"Apa mereka membalas perilaku kita saat di klinik, tapi ini sangat keterlaluan" ucap Yaya
Belum sempat Shaka menjawab ucapan Yaya, ners Ivy mengetuk pintu dan masuk. Dia izin untuk pergi ke klinik malam ini karena ada beberapa pasien yang keracunan makan dan Zein sangat membutuhkan bantuan. Zee dan Elya pun akan ikut membantu jadi yang tersisa di asrama hanya Yaya dan Shaka dan mungkin nanti akan ada warga desa untuk ronda malam.
"Apa bisa ners Rian yang kesini, saya rasa kami akan sangat canggung disini" ucap Shaka
"Mohon maaf dokter ners rian juga sangat di butuhkan kehadirannya disana, Yaya tidak bisa menggantikan mereka karena kondisinya saat ini sedang deman ringan. Itu artinya hanya Yaya yang bisa berada di asrama" ucap ners Ivy.
"Baik jika seperti itu" ucap Shaka
"Pasti ini akal-akalan Zein kan" pikir Shaka
"Yaya, kalo tidak nyaman bisa tunggu di kamar kamu. Saya bisa hubungi jika ada sesuatu yang saya butuhkan" ucap Shaka
"Tidak, Yaya akan tetap di sini. Lagian pintunya juga terbuka jadi tidak masalah. Oiya sudah pukul tujuh malam, Yaya sholat Isya dulu dan mengambilkan makanan untuk dokter Shaka" ucap Yaya keluar kamar Shaka
Didapur Yaya menyiapkan bubur untuk Shaka yang sudah di buat sebelunya dia memegang dadanya yang terus berdetak dan berusaha tenang. Saat tiba diruang tamu Yaya masih bingung karena warga desa belum juga datang.
Yaya masuk keruangan Shaka dan terkejut seseorang sudah duduk didamping Shaka dengan pisau yang diarahkan pada leher Shaka untuk mengancam Yaya agar memberhentikan semua penyelidikan yang sedang di lakukan oleh polisi dan meminta Yaya segera menelpon kades.
"Cepet sampaikan pada pak kades jika permasalahan ini akan di tutup dan tidak akan di perpanjang" ucap pria bertopeng
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Love Me [Completed]
RomansaYaya seorang gadis cantik yang baru saja lulus kuliah dan sedang berusaha menemukan jati dirinya untuk menghadapi masa depan. Yaya tidak pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis dalam hidupnya. Namun siapa sangka, Shaka, seorang dokter muda denga...