'Selamat Hari Pocky' atau 'Selamat Hari Pacaran' ya?
Bel istirahat kedua udah bunyi dari tadi, tapi Jeongwoo masih menidurkan kepalanya di atas meja. Haruto yang melihatnya langsung menepuk meja Jeongwoo sampai empunya meja itu kaget.
"Asu. Jangan ngagetin gue napa."
"Lagian lo bengong. Mikirin apa sih? Jaehee? Eh, ngomongin Jaehee, lo udah nembaknya?"
Jeongwoo menghembuskan nafasnya, "Belum tapi udah."
"Gimana?"
"Belum nembak langsung, kemarin gue nembaknya pas dia tidur."
Tadinya Haruto mau ketawa tapi pas lihat muka Jeongwoo yang letih, lesu, lunglai, lemas, dan lemah karena belum disemangatin ayangnya jadi nggak jadi ketawa.
"Semangat, bro."
"Hm."
"JEONGWOO!"
"Kebetulan nongol tuh anaknya. Gue hampirin Jihan dulu kalau gitu. Sukses, damai sejahtera, pilih calon nomor urut dua!"
"Lo kenapa, sih?" Walau gitu, Jeongwoo tetep ketawa dengar perkataan Haruto.
"Biar relax dikit."
Jaehee berlari menghampiri Jeongwoo dan tersenyum ketika berpapasan dengan Haruto. Jaehee udah tahu pasti Haruto mau ngapelin Jihan. Eh, ngapelin atau bukan ya? Pokoknya itu.
"Woo, gue bawa snack. Lo mau nggak?"
"Snack apa? Kalau yang aneh-aneh, ogah."
"Nggak aneh. Dijamin enak."
"Kayak tukang sales lo."
Jaehee memeletkan lidahnya. Dia mengeluarkan dua buah kotak dari dalam tasnya dan pindah tempat duduk ke meja Haruto.
"Nih, lo mau nggak?"
Jeongwoo melihat kedua snack tersebut. Raut mukanya yang dari tadi bingung, ngantuk, nggak ada semangat hidup langsung berubah jadi berbinar tapi setelahnya dia langsung mengontrol wajahnya.
Jeongwoo berdehem, "Nggak. Buat lo aja."
"Serius? Tapi gue mau bagi satu buat lo. Kata lo, gue mending makan yang ini," Jaehee menggoyangkan snack di tangan kirinya. "Atau ini?" Giliran snack di tangan kanannya yang digoyangin.
Jeongwoo diam sejenak sebelum memilih pilihannya. "Ini," tunjuknya pada snack stik panjang dengan rasa matcha.
Jaehee tersenyum, "Tahu aja kesukaan gue. Kalau gitu yang ini buat lo."
Jeongwoo melihat pocky dengan rasa cokelat pemberian Jaehee di atas mejanya. Jaehee berdiri. Niatnya mau pergi keluar kelas, tapi benda di balik jaket Jeongwoo lebih menarik.
"Lo bawa pocky juga?"
Jeongwoo gelagapan. Akhirnya, barang yang dia sembunyiin dari tadi pagi ketahuan sama pemiliknya. Jeongwoo menggaruk kepalanya, "Hehe, iya," tawanya canggung.
"Boleh buat gue nggak?"
"Lo maruk banget anjir."
"Ya biarin. Pokoknya ini punya gue."
Jaehee pergi dari kelasnya dengan hati yang gembira dan kedua pocky di tangannya. Satu hasil nyolong punya Jeongwoo dan satu hasil pembeliannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neigh(boy)hood
Hayran KurguJEONGWOO | JAEHEE Rumahnya dekat, hubungannya dekat, tapi perasaannya dekat juga nggak, nih?