26🥀

660 106 103
                                        

Warning Typo📌

















Cklekk

Suara dari knop pintu itu membuat lamunan seorang wanita buyar, dia langsung mengarahkan netranya pada sumber suara, dimana disana sudah ada anak lelakinya yang datang entah darimana dengan keadaan basah kuyup, benar-benar basah karena memang di luar hujan.

"Astaga!" mama Dinda bangkit dan menghampiri tubuh menggigil Farel, putranya yang sedari tadi dia tunggu kehadirannya

Farel pergi dari rumah tanpa memberi tau dirinya, tadi dia ingin mengecek kedua putranya. Namun yang ada hanya putra sulungnya, putra bungsunya entah kemana, mama Dinda khawatir luar biasa, dengan terpaksa wanita itu membangunkan bang Devan yang tertidur kelelahan, terlihat jelas dari gurat wajahnya. Untuk menanyakan dimana Farel, siapa tau bang Devan tau dimana Farel, ternyata tidak. 

"adek!!" suara bang Devan, pemuda itu segera mendekat dan mengecek keadaan adiknya, "kamu darimana dek?"

"tanyanya nanti dulu ya, mending sekarang adek mandi ya, terus tidur, kalau merasa pusing bilang mama ya?" anggukan lemah Farel berikan sebagai jawaban dari ucapan panjang mama Dinda

.

.

.

Bunda Alana sejak beberapa menit lalu hanya diam menatap lurus kedepan, wajahnya datar tanpa ekspresi, disampingnya ada sang suami yang sudah lebih dulu menjelajahi alam mimpi. Ada perasaan aneh yang menghampiri bunda Alana, perasaan bersalah yang begitu besar, tapi untuk siapa? Bunda Alana tak tau.

Tiba-tiba saja bayangannya bersama Farel terputar, bagaimana dia menyuapi Farel di caffe, bagaimana dia sangat bersemangat untuk membelikan Farel barang, atau saat bunda Alana diam-diam mengangumi anak itu, Farel bukan sekedar baik, dia lebih dari itu.

Farel, ada sebuah rasa yang sulit bunda jelaskan ketika bersama dengan pemuda itu, perasaan seperti rasa nyaman, juga rasa ingin memberikan semua yang Farel suka, membahagiakan anak itu, melindungi agar Farel tanpa luka, dan masih banyak lagi.

Sangat disayangkan, Farel dengan lancang menyakiti seseorang yang berharga bagi bunda Alana, seseorang yang karena kehadirannya membuat bunda Alana bersemangat untuk melanjutkan hidupnya yang hampir mati.

"bun" suara serak ayah terdengar, bunda segera menghapus air mata yang sempat singgah di pipinya, "kenapa yah?"

"bunda kok belum tidur?" ayah bertanya, lelaki itu kemudian bangkit dari baringnya dan mengusak rambut hitam bunda dengan pelan menggunakan telapak tangan kekarnya

"kenapa bun?"

"nggak kenapa-napa yah" jawab bunda diimbuhi dengan senyum yang sangat kentara dipaksakan, "cerita sama ayah, ayah suami bunda, bukan orang lain, bunda akhir-akhir ini keliatan murung terus banyak ngelamun"

Ayah Al mendekat pada bunda Alana, merengkuh istrinya itu dengan lembut, membiarkan bahu kekarnya untuk sandaran wanita cantik disampingnya.

"kangen aja sama Alfarezel, bunda pengin dia ada disini, kalau anak bungsu kita masih ada pasti dia udah seumuran Raffa, dia bisa main sama Raffa, ngerjain tugas bareng sama Raffa, pasti seru"

AlfarezelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang