22🥀

597 98 50
                                    

Warning Typo📌

📍Alur dipercepat










































Buliran air jatuh menghantam permukaan bumi saat bang Devan dan Farel tengah mengayuh sepeda mereka menuju rumah kontrakan. Ah sial! Kenapa harus hujan sekarang, padahal tadi langit terang benderang, tapi sekarang malah hujan disertai suara gemuruh guntur lagi.

"dek, nepi dulu" Farel mengangguk mendengar perintah bang Devan, kebetulan di depan sana ada halte yang bisa mereka gunakan untuk berlindung dari derasnya hujan

Bang Devan dan Farel menepikan sepeda mereka, kemudian membawa tubuh mereka yang sedikit basah ke halte.

"mama!" celetuk Farel, mama Dinda yang tengah memperhatikan jalanan dengan tatapan kosongnya tersadar, menoleh kesamping dan ternyata ada kedua putranya

"kalian, astaga! Kenapa hujan-hujanan seperti ini" mama Dinda bangkit dan mengusap rambut kedua putranya yang sedikit terkena air hujan

"nggak apa-apa ma, mama kok belum pulang?" bang Devan bertanya, mama Dinda terdiam sebentar sebelum menjawab, "mama ada urusan tadi"

"ayo kita duduk, hujan sepertinya akan lama" ajak mama Dinda, Farel dan bang Devan menurut keduanya duduk berdampingan dengan mama Dinda yang berada di tengah

Jderr

Reflek mama Dinda merengkuh kedua putranya di dalam dekapan hangatnya, mengecupi pucuk kepala mereka dengan sayang. Biarlah suaminya tak mengakui kalau dua pemuda yang tengah dipeluknya erat kini sebagai putra.

"mama sayang kalian"

Farel semakin mengeratkan tubuhnya pada pelukan hangat mama Dinda, senyum indah tergurat diwajah lelahnya. Penantiannya selesai, mama akhirnya mau menyayanginya, meski hanya terucap di mulut, tapi Farel sudah sangat merasa senang.

"el, juga sayang mama"

.

.

.

Pagi menyapa, lelehan air yang semalam sempat tumpah masih menghiasi dedaunan dan jalanan. Kediaman keluarga Arsyanendra terlihat masih sepi, perseteruan semalam berakhir setelah kak Birru pergi meninggalkan bunda dan kakek. Dia muak dengan bunda yang selalu saja membela Raffa, memang Raffa itu siapa?.

Persetan dengan ucapan bunda yang mengatakan Raffa penyebab bunda masih hidup sampai sekarang, sekali Albirru membenci maka dia akan benci.

Srekk

Suara ban kecil terdengar bergesekan dengan lantai, pegawai yang sudah sibuk dengan pekerjaannya saling melempar tatapan melihat tuan mereka yang keluar kamar dengan raut wajah menyeramkan.

"tuan muda mau kemana?" tanya ketua asisten rumah tangga, kak Birru melirik pada wanita itu sebentar

"pergi"

"kak, kamu mau kemana?" kak Faza datang dari arah belakang, melihat kakaknya membawa koper hitam dia mempercepat langkahnya, "kak, kakak mau pergi? Kok nggak bilang?"

"kakak ada urusan"

"kemana?"

"kak Birru mau kemana?" kini suara ayah yang terdengar, lelaki itu berjalan menuruni anak tangga diikuti sang istri yang juga memandang terkejut pada Albirru

"aku izin yah, ada urusan, janji nggak akan lama"

"loh, kok kakak nggak bilang dulu sebelumnya?"

"ini aku bilang, udah ya, aku buru-buru"

AlfarezelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang