16🥀

609 90 32
                                        

Warning Typo📌
📍2.1k
































Langit sudah petang saat Devan dan Farel selesai kerja, keduanya pulang bersama tadi, menyusuri kota yang mulai sepi menggunakan sepeda, karena esok mereka masih harus sekolah keduanya memilih untuk segera sampai rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sudah petang saat Devan dan Farel selesai kerja, keduanya pulang bersama tadi, menyusuri kota yang mulai sepi menggunakan sepeda, karena esok mereka masih harus sekolah keduanya memilih untuk segera sampai rumah.

Kini, setelah menempuh perjalanan dengan mengayuh sepeda, kakak beradik itu sudah sampai di depan rumah kontrakan, Devan dan Farel kemudian turun dari sepeda, berjalan menuju pintu.

"Gimana tadi kamu menang nggak? Harusnya sih menang" bang Devan bertanya pada Farel yang berdiri di sebelahnya, dia sedang membuka pintu menggunakan kunci

Farel mengangguk, "iya, aku menang, dapet juara satu lagi, abang nggak mau kasih hadiah gitu?"

Reaksi Devan terlihat biasa saja, jelas karena adeknya itu bukan satu dua kali menang lomba, katakan Devan terbiasa dengan adeknya yang selalu menang.

Cklek

Pintu terbuka setelah abang memutar kunci, "mau hadiah apa ni? Permen mau?"

Farel berdecih, jika hanya dibelikan permen dia juga sanggup beli sendiri, apalagi sekarang dia kan sudah kerja di tempat Alnafaza.

"Kalau permen adek juga bisa beli sendiri" cibir Farel sembari mengikuti langkah bang Devan yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah

"Ya udah, kalau gitu beli sendiri aja" jawab bang Devan tanpa menoleh ke arah Farel

Bruukk

Mendengar suara dari belakang bang Devan reflek menoleh, dengan cepat bang Devan berlari ke arah sang adik yang sudah terduduk sembari berpegangan pada meja kayu ruang tamu.

"Adek!!"

"Shh, sakit bang"

Farel merintih kesakitan sambil memegang perutnya. Saat di Caffe tadi bunda menawari Farel makan, namun dengan lembut Farel menolak, dia datang ke Caffe el bukan untuk makan melainkan bekerja, rasanya tidak enak saja saat pegawai lainnya bekerja Farel malah makan, udah gitu makan bareng nyonya bos lagi, kan tambah tidak enak.

"Mana yang sakit?" Bang Devan menatap Farel dengan raut khawatir yang begitu kentara

"Pe...rut adek" lirih Farel dengan terus mencengkram perutnya

"Kita ke kamar ya, nanti kakak bawain obat sama makan, kamu pasti belum makan kan? Ini pasti magh kamu kambuh"

Bang Devan kemudian bangkit dan menuntun sang adik menuju kamar, membantu sang adik agar nyaman dalam baringnya.

"Udah gini dulu, abang mau ambil makan sama obat"

Farel yang tengah memejamkan matanya dengan dahi berkerut mengangguk pelan.

AlfarezelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang