28🥀

692 113 76
                                    

Warning Typo📌

📍Double up

Boleh nggak panggil aku Jiee, biar aku nya seneng, nggak maksa kok🤗












































Sinar matahari menyoroti tubuh kedua kakak beradik yang kini terduduk di dekat rambu lampu merah yang dipadati kendaraan, dengan menenteng sebuah map keduanya berkeliling kota mencari pekerjaan, peluh memadati dahi mereka berdua yang tak kunjung mendapat pekerjaan.

Dengan secuil harapan kedua kakak beradik itu tetap berkelana mencari orang baik yang mau memperkerjakan mereka, sudah beberapa hari ini mereka mencari pekerjaan tapi tak jua mendapatkan, uang yang disimpan mama Dinda juga tak selamanya utuh, tidak ada pemasukan sedangkan pengeluaran tetap berlanjut, membingungkan.

Bang Devan mengusap pelan bahu Farel, bibir yang sedikit pucat itu tersenyum tipis menatap bang Devan. Farel lelah, sudah pasti, dia seperti ada di jurang kehancuran, tidak ada yang bisa diperbuat.

Bang Devan dan Farel sudah menawarkan diri kesana kemari, diberi pekerjaan apapun asalkan menghasilkan upah, sayangnya orang-orang yang keduanya kunjungi selalu berdalih demikian,

'maaf ya, saya tidak mau berurusan dengan keluarga Arsyanendra'

Bunda telah memutus semua penguhi kota untuk tidak memberikan pekerjaan bagi kedua pemuda itu, jika sampai ada yang nekat memberikan pekerjaan, akan berurusan langsung dengan menantu keluarga Arsyanendra. Keluarga Arsyanendra itu punya kekuasaan, mereka bisa berbuat apa saja.

"Adek capek banget ya?"

Farel tak bisa berbohong, bibir kering pucat serta keringat yang membasahi dahi sudah cukup untuk menjawab pertanyaan bang Devan.

"susah banget ya bang cari pekerjaan?" bang Devan tersenyum kecil, jalan mereka seolah dibuat buntu oleh bunda Alana, "usaha kita aja yang kurang keras dek"

"kalau hari ini nggak dapet kerjaan juga gimana bang? Kita mau makan apa?" Farel bertanya dengan nada lesunya, bang Devan juga tak tau apa yang harus dia ucapkan sebagai bentuk balasan untuk pertanyaan adiknya

"semangat! Kita coba lagi yuk! Pasti ketemu kok"

Ketemu orang baik yang mau memperkerjakan mereka dengan layak dan memberi upah sepantasnya.

.

.

.

Brakk

"kak Daffi!"

Aldaffi yang duduk tenang di kursi ruang kerjanya sedikit berjengit kala ayah Al dengan seenaknya masuk dan berteriak memanggil namanya. Dia masih muda kan tak lucu kalau sudah terkena serangan jantung.

Kalimat protes yang akan diucapkan kak Daffi dia telan kembali melihat raut panik ayah, kenapa dengan lelaki tua itu, kenapa raut wajahnya begitu membingungkan.

"kenapa ayah?"

"Birru! Kau tau dimana keberadaannya"

Albirru memang tak mengatakan pada siapapun dia akan pergi kemana, kak Daffi juga tak mencarinya, pikir kak Daffi adik pertamanya itu sudah besar, sudah bisa menjaga diri sendiri, tak perlu dicari tau dimana keberadaannya.

"nggak yah, lagian buat apa cari Birru dia udah besar" jawab enteng kak Daffi, benar kan Albirru itu sudah besar, bisa menjaga diri sendiri

"bukan itu, dia, Birru tau tentang adikmu"

Haduh, kak Daffi benar-benar diuji kesabarannya oleh ayah saat ini, ayah yang tiba-tiba saja datang, berteriak memanggil namanya, bertanya hal yang menurutnya tak penting, dan tambah lagi,

AlfarezelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang